Saturday, June 6, 2020

KITA TIDAK BISA LEBIH LAMA LAGI MENGABAIKAN PERMINTAAN-PERMINTAAN DARI BUNDA FATIMA




These Last Days News - October 11, 2017

Sebuah Homili Dari Seorang Uskup San Francisco

USKUP AGUNG SALVATORE CORDILEONE:
KITA TIDAK BISA LEBIH LAMA LAGI MENGABAIKAN PERMINTAAN-PERMINTAAN
DARI BUNDA FATIMA ...


NCRegister.com reported on October 9, 2017:

Homili berikut, “Fatima: Panggilan menuju pembentukan Pasukan Spiritual demi Keselamatan dan Perdamaian Dunia,” disampaikan oleh Uskup Agung Salvatore Cordileone pada 7 Oktober lalu ketika dia mengkonsekrasikan Keuskupan Agung San Francisco kepada Hati Maria yang Tak Bernoda.


Pendahuluan

Di saat yang sangat penting dalam sejarah dunia ini, saat kita menandai peringatan ke-100 tahun  penampakan Bunda Maria di Fatima, dapat dimengerti, bahwa banyak perhatian telah diberikan pada fenomena supernatural ini. Saya tahu, bahwa mudah bagi kita untuk merasa terganggu oleh unsur-unsur sensasional dari penampakan ini: prediksi perang dan bencana, matahari yang menari, penglihatan atas neraka. Kita mudah tergelitik dengan bagian-bagian dari cerita itu, mungkin begitu banyak, hingga kita kehilangan inti keseluruhannya, yang tentu saja, adalah pesannya sendiri.


Penglihatan atas neraka dan waktu 100 tahun yang telah berlalu

Penglihatan atas neraka adalah sebuah momen terkenal dalam kisah penampakan Fatima: tiga anak gembala melihat jiwa-jiwa yang tersiksa di neraka dengan penderitaan yang tak terlukiskan, sebuah penglihatan yang begitu mengerikan dan menakutkan hingga mereka menjerit keras karena ketakutan.

Segera setelah penglihatan ini, Bunda Maria meminta penyebarluasan devosi kepada Hatinya Yang Tak Bernoda. Sekarang, ada beberapa orang, saya yakin, yang ingin menganggap semua ini sebagai khayalan belaka; bahkan ada beberapa orang yang menyangkal keberadaan neraka. [Lihat (*) di bawah.] Tetapi jika kita berpikir tentang apa yang telah terjadi selama 100 tahun terakhir ini sejak dari pesan ini diberikan, ditambah dengan kegagalan kita untuk melaksanakannya, apakah itu tidak memberi tahu kita bahwa tahun-than yang baru saja kita lewati tidak lain adalah sebuah pengalaman neraka?

Yang pasti, dalam banyak hal, telah ada kemajuan besar selama abad yang lalu: orang segera memikirkan perbaikan dalam teknologi yang telah meningkatkan kemudahan dan kecepatan komunikasi, perdagangan, dan perjalanan; kemajuan dalam perawatan dan pengurangan penyakit fisik dan mental; kemajuan dalam hak-hak sipil. Namun, ada juga kemunduran yang mengerikan di bidang lain, dan bahkan di bidang-bidang di mana kemajuan telah dibuat. Jika kita berpikir tentang abad yang sekarang kita jalani, apakah itu tidak menunjukkan dirinya sebagai tahun-tahun yang dalam banyak hal merupakan cerminan neraka yang hidup, yang di banyak bidang telah mengolok-olok Allah secara total?

Contoh-contohnya terlalu banyak untuk disebutkan di sini, tetapi yang langsung terlintas dalam pikiran, dimulai dengan dua perang besar yang menyelimuti seluruh dunia di dalam kekerasan dan pertumpahan darah. Ada kamp-kamp kematian dan genosida -- yang paling terkenal, yang dilakukan terhadap orang-orang yang pertama-tama dipilih Allah untuk menjadi milik-Nya.

Siapakah yang berani mengatakan bahwa kebiadaban seperti itu bukan merupakan cemoohan terhadap Allah? Ini adalah abad yang menghasilkan rezim paling brutal dalam sejarah dunia, dan di seluruh muka bumi. Dan kemudian ada juga penganiayaan terhadap Gereja di setiap dekade abad ini dan di seluruh dunia, dan sekarang penindasan dan pemusnahan umat Kristen dan minoritas agama lainnya di Timur Tengah dan di tempat lain, yang permohonannya untuk meminta perlindungan dan keadilan dari komunitas internasional, telah masuk ke telinga yang tuli.

Kita tidak harus melihat jauh melintasi ruang dan waktu. Masih segar dalam ingatan kita dan berat di hati kita, adalah korban kekejaman di Las Vegas hanya beberapa hari yang lalu, yang tragis hanyalah penembakan massal terbaru dan paling dahsyat dalam serangkaian kekerasan yang tidak masuk akal di negara kita selama bertahun-tahun hingga sekarang.

Dan kemudian ada juga serangan terhadap kehidupan manusia yang tidak bersalah: tanah kami sendiri telah dikotori oleh darah anak-anak yang tidak bersalah dalam apa yang telah menjadi epidemi mematikan sama dengan genosida, terhadap kehidupan di dalam rahim; dan sekarang kita semakin menyaksikan ditinggalkannya saudara-saudari kita yang menderita di ujung perjalanan kehidupan mereka.

Dan bahkan di kota kita sendiri San Francisco, kita melihat di jalan-jalan kita ada banyak orang menderita kerusakan akibat kecanduan dan penyakit mental, serta adanya perayaan dan bahkan meninggikan hal-hal yang vulgar dan menghujat, mengolok-olok rencana Allah yang indah dalam cara Dia menciptakan kita, di dalam tubuh kita sendiri, untuk persekutuan dengan satu sama lain dan persekutuan dengan Tuhan sendiri. Tuhan diejek di jalan-jalan kita, dan itu disambut dengan tepuk tangan dan sorak sorai di tengah komunitas kita - namun, kita tetap diam.

Apa yang terjadi pada dunia kita? Dengan berbagai cara, apa yang tadinya tidak terpikirkan, kini telah menjadi rutinitas. Abad sejak penampakan Fatima yang sekarang berakhir, telah mengolok-olok Tuhan, tetapi Tuhan tidak akan bisa diejek: bukan karena Dia senang membalas dendam kepada kita, tetapi karena jika kita memalingkan punggung kita kepada Tuhan hanya akan memantulkan kembali akibatnya kepada kita, yang menjurus kepada penghancuran diri kita sendiri.

Sekarang, orang mungkin berpendapat bahwa semua ini telah terjadi, bukan karena orang lebih rusak moralnya di zaman kita daripada di masa lalu, tetapi karena cara-cara modern untuk melakukan kekerasan, perusakan dan kerusakan moral jauh lebih canggih dan masif sekarang daripada di masa lalu. Ini mungkin benar, tetapi jika demikian, hal itu semakin menunjukkan kebutuhan kita untuk memperhatikan pesan Fatima dan memohon belas kasihan Tuhan.


Pembela kita

Maka kita musti berpaling kepada Bunda kita, karena akar dari semua penderitaan dan kehancuran ini adalah penyakit spiritual, yang, bertolak belakang dengan jenis penyakit fisik dan mental, yang telah tumbuh di zaman kita dan sebagian besar tidak ditangani. Ini adalah penyakit yang ‘melucuti’ Tuhan dan menggantikan-Nya dengan ‘ego yang otonom,’ menjadikan diri kita sebagai Tuhan, menciptakan realitas sendiri untuk diri sendiri. Ini adalah penyakit yang menolak untuk mengakui Putra Allah, Yesus Kristus, sebagai kebenaran tertinggi dan ikon kasih yang sempurna.

Jadi, ya, kita berpaling kepada Bunda kita. Sekarang, memang, kita merasa tidak membutuhkan Maria untuk menunjukkan jalan kepada Kristus bagi kita. Kita tahu di mana Dia berada: Dia berada di tabernakel, di dalam sakramen, dalam Sabda-Nya, Dia hadir di dalam Gereja. Sebaliknya, yang kita butuhkan adalah seseorang untuk menjemput kita dan membawa kita kepada-Nya, karena kita terlalu lemah untuk sampai ke sana sendirian. Jadi, karena Maria memiliki peran khusus dalam mengasuh Putra Allah, maka dia memiliki peran khusus pula dalam mengasuh kita ke dalam kehidupan di dalam Putranya. Perutusan Keibuan ganda dari Bunda Maria ini - dalam kehidupan Putranya dan dalam kehidupan umat beriman -- dijelaskan secara mendalam oleh Paus St. Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya Bunda Penebus (no. 24):

… ada kaitan yang unik antara saat Inkarnasi Sabda dan saat kelahiran Gereja. Orang yang mengaitkan dua momen penting ini adalah Maria: Maria di Nazareth dan Maria di Ruang Atas di Yerusalem… Demikianlah dia yang hadir dalam misteri Kristus sebagai Ibu – atas kehendak Putra dan kuasa Roh Kudus – telah ikut serta dan selalu hadir dalam misteri Gereja. Di dalam Gereja Maria juga terus memperlihatkan kehadiran keibuannya, seperti yang ditunjukkan oleh kata-kata yang diucapkan Yesus dari Salib: 'Wanita, lihatlah putramu!'; dan "Lihatlah, Ibumu."

Dalam kehadiran keibuannya, Maria ada di sana (Fatima) untuk mendukung kita. Kita melihat hal ini dalam gambar Bunda Fatima kita. Di bagian bawah jubahnya ada sebuah bintang. Bintang itu dapat dilihat sebagai referensi untuk Ester dalam Perjanjian Lama, yang namanya berarti "bintang." Ester adalah orang yang memohon kepada raja Persia untuk meluputkan nyawa rakyatnya, dan hal itu beresiko besar bagi hidupnya sendiri. Raja, yang telah mengambilnya sebagai ratu, tertipu untuk mengeluarkan dekrit yang memerintahkan pembantaian orang-orang Yahudi, dan untuk meminta raja agar menyelamatkan rakyat Ester, maka Ester harus mengungkapkan kepada raja identitas Yahudi-nya.

Dengan memohon kepada raja, dia menyelamatkan rakyatnya. Bunda Maria, Bintang Evangelisasi Baru, juga tidak berhenti memohon bagi kita kepada Raja kita, seperti yang dia lakukan untuk pasangan miskin yang baru menikah di Kana. Ini bukan karena kita akan diperlakukan dengan keras oleh Putranya jika kita mendekati-Nya secara langsung. Tidak, melainkan kita harus menyadari bahwa Allah akan memperlakukan kita dengan adil jika kita meminta belas kasihan. Tuhan ingin kita meminta belas kasihan, dan Dia ingin kita meminta melalui Ibu dari Putra-Nya untuk membantu kita, sama seperti Maria menolong pasangan di Kana.


Mengindahkan permintaan Bunda Maria dan 100 tahun berikutnya

Selama 100 tahun kita telah mengabaikan pesan Fatima; atau, mungkin, itu bukan pesan yang terlalu mudah kita abaikan begitu saja, karena kita sangat menyadari pesan peringatan dan sejarah yang dihasilkannya. Namun, adalah permintaan dari Bunda Maria yang kita abaikan. Tetapi kita tidak boleh melakukannya lagi. Kita harus memperhatikan permintaan Bunda Maria di Fatima. Kita harus melakukan apa yang dikatakan Maria kepada para pelayan di Kana: lakukan apa yang Dia katakan kepadamu. Dan apa yang Kristus perintahkan agar kita lakukan? Dia mengungkapkan hal ini melalui permintaan-permintaan Bunda Maria di Fatima. Sekarang adalah saatnya untuk memperhatikan permintaan itu. Kita mungkin tidak memiliki kekuatan untuk mengubah sejarah dunia, tetapi paling tidak, kita dapat mengubah apa yang terjadi dalam keluarga dan komunitas kita sendiri jika kita mengindahkan pesan itu. Abad berikutnya ini bisa sangat berbeda dari yang sebelumnya, asalkan kita mengindahkan pesan dan menanggapi permintaan Bunda Maria Fatima.

Ini berarti bahwa apa yang kita lakukan hari ini tidak dapat dianggap sebagai peristiwa yang mengharukan dan memori yang menyenangkan dalam sejarah Keuskupan Agung kita. Alih-alih menjadi sesuatu yang kita periksa pada daftar yang harus dilakukan, apa yang kita sadari tentang hari ini tidak lain adalah panggilan untuk berjuang: dengan memakai senjata spiritual. Kita hidup di masa dan medan pertempuran spiritual yang hebat, dan hanya dengan mengangkat senjata spiritual maka kita akan dapat meringankan penyakit spiritual, yang merupakan akar dari begitu banyak penderitaan fisik dan mental di dunia saat ini. Sudah saatnya untuk meninggalkan hal-hal yang sensasional, dan menanggapi permintaan Bunda kita di Fatima. Apa yang dia minta kita lakukan? Seharusnya tidak mengejutkan, karena itu adalah bagian utama dari pesannya di mana pun dan kapan pun dia menampakkan diri: doa, penebusan dosa dan adorasi. Dan dia berbicara sangat jelas di Fatima tentang dua tujuan dari permintaan ini: untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari neraka, dan untuk menciptakan perdamaian di dunia. Pesan Fatima bukan hanya tentang tatanan duniawi, tetapi di atas segalanya, tatanan keabadian. Dalam kedua tatanan ini, taruhannya tidak bisa lebih tinggi lagi: perdamaian dunia dan keselamatan kekal bagi jiwa kita! Karena itu saya memanggil semua umat beriman dari Keuskupan Agung San Francisco untuk mempertimbangkan resep mujarab ini demi perdamaian dan keselamatan, seperti yang diminta Bunda Maria kepada kita.


Sebuah program pelaksanaan

Pertama-tama, doa: Bunda Maria telah meminta kita secara khusus untuk berdoa Rosario setiap hari. Saya meminta setiap umat Katolik di Keuskupan Agung San Francisco, jika Anda belum melakukannya, untuk berdoa Rosario setiap hari. Dan saya meminta semua keluarga untuk berdoa rosario bersama setidaknya sekali seminggu. Dengan cukup tepat, kita merayakan Misa konsekrasi Keuskupan Agung kita ini kepada Hati Maria yang Tak Bernoda pada Peringatan Bunda Rosario kita, sebuah pengingat yang mengharukan bagi kita akan kekuatan doa Rosario untuk mewujudkan perdamaian dan bahkan mengubah arah sejarah dunia. Maka, hal itu tentu saja dapat mengubah arah sejarah dalam keluarga dan komunitas kita sendiri.

Tobat: terutama kita harus mengangkat senjata spiritual kita yang berupa pertobatan, karena itu adalah senjata ampuh dalam gudang persenjataan spiritual kita yang telah kita abaikan terlalu lama. Reformasi atas disiplin praktik penyesalan dan tobat di Gereja, bukannya menyangkal pentingnya hal itu, tetapi hal ini dimaksudkan untuk menanamkan semangat yang lebih dewasa dalam menerapkan ciri khas kehidupan Kristiani dalam kehidupan umat beriman secara individu. Secara khusus, hari Jumat masih merupakan hari-hari untuk pertobatan dan penyesalan, karena hari-hari Jumat masih selalu diperlakukan secara khusus di Gereja, berdasarkan kebiasaan masa kerasulan dulu. Umat beriman sekarang dapat memilih untuk melakukan bentuk lain dari puasa sebagai ganti praktik tradisional untuk tidak makan daging, jika penebusan dosa semacam itu bagi mereka merupakan pengorbanan yang terlalu berat. Saya meminta setiap umat Katolik di Keuskupan Agung San Francisco untuk mendedikasikan hari Jumat sebagai hari penebusan dosa untuk menghormati hari dimana Tuhan kita mati untuk kita, memilih satu bentuk konkrit puasa tubuh untuk dilaksanakan pada hari ini, apakah itu berpantang dari daging atau jenis makanan lain atau atas beberapa jenis minuman yang biasanya mereka nikmati, atau tidak makan sama sekali. Praktek pertobatan kita juga dimaksudkan untuk menuntun kita guna mencari jalan lain yang lebih serius dan lebih sering kepada Sakramen Tobat. Tidak akan ada kebangkitan spiritual, dan khususnya kebangkitan devosi kepada Ekaristi, tanpa ada pembaruan dalam praktik Sakramen Tobat kita. Saya memanggil semua umat beriman dari Keuskupan Agung San Francisco untuk meningkatkan ketulusan dan frekuensi mereka dalam memanfaatkan sakramen ini, dan paling tidak, untuk mengakui dosa-dosa mereka melalui Sakramen Tobat setidaknya sebulan sekali.

Adorasi: Bunda kita mendukung kita, dia menjemput kita, untuk membawa kita kepada Putranya. Semua devosi kita, sama seperti semua praktik penyesalan kita, harus mengarah kepada pemujaan kepada Tuhan. Devosi yang diminta Bunda Maria dimaksudkan untuk memurnikan kita dari kecenderungan kita untuk menyembah dewa-dewa palsu dari masyarakat kontemporer, dan untuk menyerahkan diri kita kepada penyembahan total: Allah yang sejati. Seperti yang dikatakan Lucia dalam merefleksikan kembali pengalaman masa kecilnya menerima wahyu di Fatima: “... pemujaan kita harus menjadi puji-pujian yang sempurna, karena, bahkan sebelum kita ada, Tuhan sudah mengasihi kita, dan tergerak oleh kasih ini untuk memberi kita keberadaan kita." Karenanya, konsekrasi kita juga harus membawa pembaruan kasih dan devosi kita kepada Tuhan dalam Sakramen Mahakudus. Saya meminta kepada setiap umat Katolik di Keuskupan Agung San Francisco untuk mendedikasikan waktu setiap minggu untuk berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus. Jika tidak mungkin selama seminggu, luangkan waktu sebelum atau setelah Misa Minggu untuk berdoa dan berlutut di hadapan Tuhan kita yang hadir di dalam tabernakel. Setidaknya beberapa kali seminggu berdoalah di hadapan Tuhan kita dalam Sakramen Mahakudus - Tubuh, Darah, Jiwa dan Keilahian-Nya – yang akan memenuhi keinginan-Nya agar kita memohon belas kasihan kepada-Nya. Dan tentu saja, Bunda Maria juga meminta kita untuk melaksanakan devosi Lima Sabtu Pertama, persis seperti anak-anak Fatima itu menerima penglihatan akan neraka, dimana Maria juga meminta devosi kepada Hatinya Yang Tak Bernoda. Devosi ini terdiri dari: menghadiri Misa dan menerima Komuni sebagai silih atas dosa-dosa kita pada lima hari Sabtu pertama berturut-turut dalam lima bulan, tak lama setelah atau sebelum pergi mengaku dosa, dan meluangkan waktu seperempat jam berdoa Rosario. Lagi-lagi kita melihat kepedulian Bunda Maria untuk membantu kita mencapai keselamatan kekal: tujuan dari devosi ini adalah untuk membuat perbaikan atas dosa-dosa kita, terutama dosa penghujatan. Saya meminta semua umat untuk menjadikan Lima Sabtu Pertama sebagai prioritas dalam kehidupan devosional mereka dengan melaksanakannya setahun sekali.


Dari Gelap Menuju Terang

Dalam bacaan pertama untuk Misa kita hari ini, nabi Yesaya berbicara tentang orang-orang yang berjalan dalam kegelapan melihat terang yang besar, terang yang adalah sukacita keselamatan Allah. Tuhan datang untuk membantu umat-Nya dengan menghancurkan sarana penindasan Asyur dan mengirim kepada mereka seorang raja untuk membebaskan mereka. Berdoa Rosario, puasa dan adorasi kepada Tuhan kita dalam Sakramen Mahakudus: ini adalah senjata spiritual Allah yang akan menghancurkan penindasan spiritual yang telah merusak kita selama 100 tahun terakhir dari sejarah dunia, dan hal itu akan membawa rahmat dan belas kasih Tuhan bagi kita, dan rahmat itu adalah berupa perdamaian dunia dan keselamatan kekal. Ada satu hal lagi yang sangat penting yang dikatakan Bunda Maria kepada anak-anak Fatima setelah penglihatan mereka tentang neraka, bukan permintaan, tetapi sebuah janji: "Pada akhirnya, Hatiku Yang Tak Bernoda akan menang." Maka marilah kita memperhatikan pesannya, mari kita melaksanakan permintaannya, untuk mempercepat kemenangan itu, yang merupakan kemenangan Putranya atas kematian, karena Maria tidak terpisahkan dari Putranya, yang datang untuk mendapatkan keselamatan kekal bagi kita. Hati Maria yang Tak Bernoda adalah pintu yang terbuka bagi kita untuk masuk ke dalam kemenangan itu. Melalui pintu itulah kita berjalan dari kegelapan dosa dan kematian menuju terang kebenaran dan belas kasih Kristus. Di sana, di sisi lain pintu itu, ada tempat yang mulia, luas, dan dipenuhi cahaya, yaitu surga. Hati Maria adalah gerbang surga.


Kesimpulan

Maka, dengan tepat, kita akan mengakhiri doa kita hari ini, setelah Misa, Prosesi dan Tindakan konsekrasi, dengan Adorasi dan Doa Penutup dari Sakramen Mahakudus. Maria selalu berada di sana untuk menjemput kita dan membawa kita kepada Putranya. Maria ingin membawa kita melalui Hati Keibuannya, dari kegelapan di mana kita berjalan, menuju terang Putranya, dan Putranya ingin agar kita mengizinkan Ibu-Nya melakukan hal ini. Mari kita lakukan itu, dengan mematuhi permintaannya untuk melakukan apa pun yang Yesus katakan kepada kita. Yaitu, mari kita melaksanakan segala permintaan Maria, agar kita dapat selalu menjaga mata kita tertuju kepada Putranya, Putra Allah dan Juru Selamat dunia. Maka mari kita simpulkan refleksi hari ini dengan menjadikan kata-kata Santo Thomas Aquinas menjadi milik kita sendiri, sebagaimana dikutip oleh Paus St. Yohanes Paulus II dalam kesimpulannya terhadap ensikliknya tentang Ekaristi, ketika Paus yang suci itu menasihati kita, “dengan harapan untuk merenungkan tentang tujuan yang diinginkan oleh hati kita dalam kehausan kita akan sukacita dan kedamaian ”:

Datanglah, ya Gembala yang baik, Roti Ilahi,
tunjukkanlah tanda belas kasih-Mu kepada kami;
berilah kami makanan, pertahankanlah kami tetap menjadi milik-Mu;
agar kami dapat melihat kemuliaan-Mu yang bersinar
di tengah belantara tak bermoral ini.
Oh Yesus, Engkau adalah maha bijaksana, maha kuasa, dan maha baik.
Engkau adalah Makanan kami saat ini dan tempat istirahat kami di masa depan.
Datanglah, jadikan kami masing-masing sebagai tamu pilihan-Mu,
ahli waris-Mu, dan bersama para sahabat kami yang terberkati,
orang-orang kudus yang berada bersama-Mu. [Amin.]


*****

AKU MEMPERINGATKAN KAMU
"Seperti yang telah kuperingatkan di masa lalu dan kamu tidak mendengarkan, maka kecuali jika kamu mau lebih banyak lagi berdoa, melakukan lebih banyak penebusan dosa, pengorbanan, maka komunisme akan menyebar ke seluruh dunia, membujuk negara-negara, menghancurkan Imanmu, memasuki tempat-tempat tertinggi di Rumah Putraku. Bisakah kamu menyangkal apa yang terjadi sekarang di duniamu? Singkirkan kebutaan dari matamu dan lihatlah! Keluarlah dari kegelapan sebelum terlambat, karena sebuah Rumah dalam kegelapan memakai pita kematian atas dirinya! Aku ulangi: sebuah gereja dalam kegelapan akan menutup pintu-pintunya. " - Our Lady of the Roses, Bayside, March 18, 1977


FATIMA
"Anakku, berapa banyak peringatan yang telah kuberikan kepada dunia, namun hal itu diabaikan.

"Aku berharap kamu mengumumkannya, atau menyegarkan ingatan anak-anakku dengan kunjunganku ke tanah Fatima." - Our Lady of the Roses, Bayside, April 13, 1974


*****

(*)

Pope Francis reportedly denies the existence of hell. Vatican panics.

We’ve seen this before.

From denying existence of ‘hell’ to LGBTQ in churches, here’s why Pope Francis has raked up a storm



*****










No comments:

Post a Comment