Tuesday, June 2, 2020

USKUP AGUNG VIGANÒ: MENGENALI MASALAH-MASALAH YANG ADA DALAM KV II...


 


USKUP AGUNG VIGANÒ: MENGENALI MASALAH-MASALAH YANG ADA DALAM KV II SANGATLAH PENTING UNTUK MENGATASI KRISIS SAAT INI



Dalam sepucuk surat kepada seorang biarawati, uskup agung Viganò mengatakan bahwa sangatlah ‘penting’ untuk menyadari bahwa krisis yang terjadi saat ini adalah karena ‘metastasis kanker konsilier (KV II).’

Mon Jun 1, 2020 - 12:42 pm EST
·        

·        


By Martin Bürger


ROMA, Italia, 1 Juni 2020 (LifeSiteNews) - Dalam surat menyurat dengan seorang biarawati yang baru-baru ini diterbitkan, Uskup Agung Carlo Maria Viganò berpendapat bahwa Konsili Vatikan Kedua merupakan akar dari tantangan besar saat ini, yang melibatkan Gereja dan dunia, termasuk krisis yang berkembang dari pandemi coronavirus. Mantan Apostolik Nuncio untuk Amerika Serikat ini mengatakan bahwa memahami peran Konsili Vatikan II sangatlah penting untuk memerangi musuh-musuh Gereja saat ini.

“Saya percaya bahwa poin penting untuk melakukan peperangan rohani, doktrinal, dan moral secara efektif melawan musuh-musuh Gereja adalah keyakinan bahwa krisis saat ini adalah metastasis kanker konsili,” tulisnya dalam surat tertanggal 29 Mei 2020.

“Jika kita belum memahami hubungan sebab akibat antara Konsili Vatikan II dan konsekuensinya yang logis dan perlu selama enam puluh tahun terakhir,” kata Viganò, “tidak mungkin untuk mengarahkan kemudi Gereja kembali ke arah yang diberikan kepadanya oleh Pengemudi llahinya, dalam perjalanan Gereja yang telah dipertahankan selama dua ribu tahun ini.

Mengikuti Konsili Vatikan II, Viganò berkata, “mereka mengajari kita dengan ungkapan penuh kebencian 'tidak ada jalan untuk kembali' berkenaan dengan Liturgi, Iman, ajaran moral, silih, asketisme.”

Sekarang, “kita mendengar ungkapan yang sama yang dengan kasar diulang-ulang di ruang publik, di mana berbagai upaya dilakukan untuk mengindoktrinasi massa bahwa‘ tidak ada yang akan menjadi sama seperti sebelumnya.“

Jadi, menurut mantan Apostolik Nuncio itu, "Paham modernisme dan Covid-19 adalah bagian dari merek dagang yang sama." Bagi orang-orang yang “selalu memandang ke arah yang transenden, tidaklah sulit bagi mereka untuk memahami bahwa ketakutan terbesar dari orang-orang yang ingin agar kita percaya bahwa perlombaan menuju jurang maut tidak dapat dihindari dan tidak terhentikan adalah bahwa kita tidak akan mempercayai mereka, mengabaikan mereka, dan bisa membuka kedok konspirasi mereka."

Pada tanggal 8 Mei 2020, Uskup Agung Viganò telah merilis sebuah “Himbauan untuk Gereja dan dunia bagi umat Katolik dan semua orang dengan niat baik,” yang juga ditandatangani oleh Kardinal Gerhard Müller, mantan Prefek Kongregasi untuk Ajaran Iman, dan beberapa kardinal dan uskup lainnya..

Di dalamnya, Uskup Agung Viganò mengatakan bahwa ada “alasan untuk percaya, berdasarkan data resmi tentang kejadian epidemi yang terkait dengan jumlah kematian, bahwa ada kekuatan-kekuatan yang sangat tertarik untuk menciptakan kepanikan di antara populasi dunia dengan satu-satunya tujuan, secara permanen: memaksakan bentuk pembatasan, yang tidak dapat diterima, atas kebebasan, mengontrol orang-orang dan melacak seluruh pergerakan mereka. Pengenaan langkah-langkah yang tidak liberal ini merupakan awal yang mengganggu bagi terbentuknya pemerintahan tunggal dunia yang berada di luar kendali siapa saja.”

Setelah penerbitan surat Himbauan dari Uskup Agung Viganò, seorang suster religius dari sebuah biara tertutup, yang tak disebutkan namanya, menghubungi uskup agung. Baik tanggapan Uskup Agung Viganò dan surat awal suster religius itu pertama kali diterbitkan oleh jurnalis Italia dan pakar Vatikan, Marco Tosatti. Surat itu direproduksi secara penuh di bawah ini.

Uskup agung itu juga menyebutkan dalam suratnya 29 Mei 2020 tentang adanya “bentrokan besar antara yang Baik dan yang Jahat, antara para putra Terang dan para putra Kegelapan.”

Tanpa menyebut nama, dia mengatakan bahwa para pejabat "tingkat tinggi Hierarki" telah "secara terbuka menempatkan diri mereka dalam pelayanan kepada Pangeran dunia ini, menerima tuntutan-tuntutan yang diminta oleh PBB demi kepentingan agenda kaum globalis, persaudaraan Masonik, paham ekologisme Malthus, serta masalah pengungsi."

Dia berpendapat bahwa "sebuah agama tunggal dunia yang tak memiliki dogma atau pun moral, sesuai dengan keinginan Freemasonry" saat ini sedang diciptakan. Berbicara tentang Paus Francis, Viganò mengatakan, “jelas bahwa Bergoglio, bersama dengan mereka yang ada di belakangnya dan mendukungnya, bercita-cita untuk memimpin parodi Gereja Kristus yang suram ini.”

“Lihatlah, betapa terbukanya para pendukung pemerintahan dunia dan elite yang ingin memaksakan tirani mereka kepada rakyat saat ini dapat dilihat; lihatlah bagaimana, bersama dengan mereka, suatu neo-paganisme (lihat Pachamama) juga secara terbuka mengungkapkan dirinya sebagai lengan keagamaan dari tirani ini, yang didefinisikan oleh beberapa orang sebagai kemurtadan hijau,” tulisnya.

Selain menyerahkan segalanya kepada Yesus Kristus dan Bunda Maria, Viganò juga memiliki saran praktis sebagai "tugas kita, hari ini." Dia menyerukan kepada orang-orang yang sudah memahami masalah-masalah di dalam Gereja dan dunia “untuk membuka mata banyak orang, baik klerus dan kaum religius, yang belum memiliki gambaran secara keseluruhan, yang membatasi diri mereka dalam melihat kenyataan hanya sebagian dan dengan cara yang terputus-putus."

Viganò yakin bahwa "segera setelah kami membantu mereka memahami mekanismenya, mereka akan memahami segala hal yang lainnya."

“Adalah  mungkin untuk kembali, Suster,” kata uskup agung itu menyimpulkan suratnya, “adalah mungkin untuk melakukannya sedemikian rupa sehingga barang yang diambil secara curang dari kita dapat dipulihkan: tetapi hanya dalam koherensi doktrin, tanpa kompromi, tanpa menghasilkan kepentingan pribadi, tanpa oportunisme."

Uskup Agung Viganò telah hidup dalam persembunyian sejak suratnya pada Agustus 2018 yang menuduh Paus Francis tidak menerapkan sanksi (oleh paus sebelumnya) yang diberikan kepada Kardinal Theodore McCarrick.

McCarrick, yang dari tahun 2000 hingga 2006 adalah Uskup Agung Washington, DC, dinyatakan bersalah oleh Kongregasi untuk Ajaran Iman pada tahun 2019 atas “permohonan dalam Sakramen Pengakuan Iman, dan dosa-dosa terhadap Perintah Keenam (melakukan pencabulan) terhadap anak di bawah umur dan dengan orang dewasa, dengan faktor yang memberatkan yang berupa penyalahgunaan kekuasaan."

Namun, beberapa anggota hierarki sudah tahu tentang kejahatan McCarrick, termasuk Paus Benediktus, yang menjatuhkan sanksi kepadanya. Menurut Viganò, “Kardinal McCarrick seharusnya meninggalkan seminari di mana dia tinggal, dia dilarang untuk merayakan Misa di depan umum, untuk berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan publik, memberikan ceramah, melakukan perjalanan, dengan kewajiban mengabdikan dirinya untuk kehidupan doa dan penebusan dosa."
 

Seorang suster religius menulis surat kepada Uskup Agung Viganò. Dua buah surat.

Reprinted with permission from Marco Tossati’s website.


Yang Mulia Monsinyur Carlo Viganò,

Saya adalah seorang suster religius, dan saya menulis kepada Anda setelah percakapan saya dengan Bapa rohani kami. Pembicaraan kami berkaitan dengan "Himbauan" terbaru Anda yang telah tersebar ke seluruh dunia untuk membangkitkan hati nurani semua orang tentang bahaya yang akan terjadi di bawah topeng kedaruratan "coronavirus."

Dan cukup menarik untuk dicatat bahwa bahkan orang-orang yang tidak percaya pun merasa terkejut atas jalannya peristiwa-peristiwa yang lalim saat ini. Situasinya semakin luar biasa, tetapi strategi yang digunakan oleh Bergoglio dan pasukan yang bersekutu dengan dia menggunakan teknik isolasi dan disintegrasi kelompok apa pun yang mungkin bisa membentuk kekuatan balasan. Saya menyebutnya "kontra-kekuatan" karena kata "perlawanan" bagi saya terlalu "manusiawi" dan agak tidak memadai.

Kemungkinan besar bahwa dalam waktu dekat persiapan bagi manifestasi Antikristus akan semakin dipaksakan dan menindas, juga karena langkah-langkah yang akan diambil oleh Bergoglio sendiri sebagai persiapan. Tujuannya, jelas, adalah untuk menghilangkan "kepala panas" – yaitu mereka yang dianggap subversif dan yang menghalangi rencana yang telah dirancang dan yang sekarang tidak lagi menunggu apa pun, selain untuk sepenuhnya direalisasikan. Kekhawatiran yang saya ungkapkan ini kepada Bapa rohani kami adalah kenyataan bahwa tidak ada "organisasi tandingan" terutama di dalam "Gereja yang sejati" yang bisa menjadi semacam "Gereja klandestin" yang mampu memobilisasi dirinya secara terkoordinasi sejauh hal ini dimungkinkan. Langkah selanjutnya [dari Bergoglio] akan secara khusus ditujukan untuk melumpuhkan segala jenis pemberontakan dan perlawanan, sejalan dengan "strategi" pengucilannya dan tindakan yang mustahil dilakukan (sebuah strategi yang tidak lagi tersembunyi bagi kami).

Sebagai seorang biarawati dalam sebuah biara tertutup, saya percaya pada “strategi” yang sangat berbeda - strategi supernatural - yang terutama luput dari perhatian pasukan yang paling terorganisir dan totaliter. Tetapi masalahnya adalah bahwa waktu bagi saya tampaknya sangat singkat. Dan dalam hal ini, saya dengan senang hati memberi tahu Anda bahwa Bunda kita (Mother Abbess) sering membacakan kepada kami di meja, dari tulisan-tulisan Anda yang sangat jelas dan baik. Setiap kali suara kejujuran dan kasih untuk Kristus dan Gereja-Nya didengar, orang tidak bisa tidak mesti akan mengakui kebenarannya.

Bapa rohani kami menyarankan kepada saya bahwa saya harus menulis renungan ini kepada Anda, mendorong Anda untuk terus maju. Saya memberi tahu Anda bahwa saya bukanlah seorang mistikus atau bahkan seorang kudus, tetapi saya berbicara atas nama banyak ‘suara bisu’ lainnya di dalam Gereja, untuk memberi tahu Anda bahwa Anda tidaklah sendirian dan bahwa pertempuran baru saja dimulai.

Melihat para penanda-tangan surat Himbauan itu, bagi saya tampaknya ada banyak kemungkinan untuk bekerja menciptakan semacam koordinasi, untuk “maju bersama” sebagai pasukan kecil Immaculata (... dan saya juga menyertakan di sini orang-orang yang tidak percaya sebagai "Anggota potensial" dari pasukan yang sama, bahkan meski tanpa mereka sadari). Jika Santo Maximilian Mary Kolbe menyebut Bunda Maria sebagai Bunda “Yang Selalu Menang,” juga benarlah bahwa Keputusan dari Paus Pius IX secara otoritatif menyatakan bahwa Bunda Maria sebagai “Musuh Abadi” dari iblis. Dan Anda tahu lebih baik dari saya, bahwa pertempuran yang saya maksudkan disini: karena pertaruhan sesungguhnya dalam pertempuran ini adalah keselamatan kekal dari banyak jiwa.

Maka, surat yang hina dari saya ini ingin menjadi dorongan kecil bagi Anda untuk tidak menyerah dan juga untuk melanjutkan dialog yang konstruktif dengan sedikit klerus dan religius yang masih baik, yang menderita karena alasan yang sama. Tentu akan ada banyak inspirasi dari Roh Kudus pada jiwa-jiwa ini di dalam kolaborasi yang erat. Adapun segala fitnah, kesalahpahaman, dan berbagai serangan pribadi dari banyak klerus yang membuat Anda menderita, ini semua adalah hal-hal yang telah Anda ketahui secara pribadi dan yang menjadi perhiasan yang ditata dengan baik bagi mahkota yang telah menanti Anda ... tetapi itu adalah "mahkota" yang belum selesai: Yang Tak Bernoda ingin menempatkan sendiri perhiasan yang paling berharga bagi mahkota Anda.

Saya ingin menyimpulkan surat saya dengan merujuk pada mukjizat terkenal yang dikaitkan dengan Santa Clare, yang membuat orang-orang Saracen yang sudah berada di dinding biaranya, melarikan diri dan tidak pernah kembali. Mukjizat itu terjadi sebagai hasil dari imannya - dia yang dijuluki sebagai "Jejak Bunda Allah" yang paling setia - dan itu adalah karena kasihnya kepada Sakramen Mahakudus, Terang Sejati, untuk melawan segala jenis kegelapan. Saya mengatakan ini karena "ini" adalah "kekuatan" yang kita percayai dan yang sangat ditakuti oleh para musuh kita. Mukjizat itu terjadi hanya pada saat terakhir, ketika semua harapan manusia telah terhapus. Jika Kemenangan Hati Tak Bernoda tidak jauh, sekaranglah saatnya pertempuran itu, dan dia yang adalah Pemimpin dan Co-Redemptrix ingin melihat kita bertarung, menderita, dan memohon Kemenangannya, yang sudah berada di pintu gerbang.

Saya berterima kasih kepada Anda karena telah mendengarkan saya dengan sabar, dan dengan rendah hati saya meminta berkat Anda atas diri saya dan untuk seluruh komunitas saya. Tolong, ingatlah saya di dalam Misa Kudus harian Anda.

In Corde Matris

Surat ini ditandatangani oleh seorang Suster religius dari dalam biaranya.

29 May 2020

Saint Vigilius, Bishop and Martyr

***

Suster yang terkasih,

Terima kasih banyak atas surat Anda, yang saya baca dengan penuh perhatian. Saya sepenuhnya bisa merasakan pemikiran dan perenungan Anda yang jelas dan realistis tentang situasi krisis saat ini yang melibatkan Gereja dan dunia.

Dengan pandangan supernatural, dikuatkan oleh Kitab Suci dan berbagai pesan dari Bunda Maria, kita dapat memahami bahwa pada saat ini kita dapat melihat dengan lebih jelas dimensi nyata dari bentrokan besar antara yang Baik dengan yang Jahat, antara para putra Terang dan para putra Kegelapan. Apa yang membuat orang benar-benar tersinggung adalah melihat bagaimana tingkatan atas dari Hierarki Gereja secara terbuka menempatkan diri mereka untuk melayani Pangeran dunia ini, mengadopsi tuntutan yang dibuat oleh PBB demi kepentingan agenda kaum globalis, persaudaraan Masonik, paham ekologisme Malthus, serta imigrasi ... Apa yang sedang mereka ciptakan adalah sebuah agama tunggal dunia, tanpa dogma atau pun moral, menurut keinginan dari Freemasonry ... jelas bahwa Bergoglio, bersama dengan mereka yang ada di belakang dan mendukungnya, bercita-cita untuk memimpin parodi Gereja Kristus yang suram ini.

Saya yakin Anda juga telah memperhatikan, Suster yang terkasih, desakan dari begitu banyak Prelatus dan media Katolik tentang perlunya sebuah Tata Dunia Baru: banyak Kardinal dan Uskup telah membicarakannya, juga La Civiltà Cattolica, Vatikan News, Avvenire dan L'Osservatore Romano, disertai dengan kesombongan orang-orang yang mampu mengatakan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terdengar [di kalangan Katolik] berkat perlindungan yang mereka nikmati [dari kepemimpinan hierarki]. Tetapi jika dilihat lebih dekat, kemampuan orang-orang jahat itu untuk bergerak dan bertindak, untuk menyembunyikan niat mereka, jauh lebih kecil daripada yang dipikirkan sebelumnya: mereka begitu yakin telah mencapai tujuan mereka sehingga mereka secara terbuka mengungkapkan niatan mereka dengan arogansi dan kesombongan, mengesampingkan kehati-hatian dan kecerdikan yang sebelumnya memungkinkan mereka untuk tetap tersembunyi.

Lihatlah betapa terbukanya para pendukung pemerintahan dunia dan kaum elite yang ingin memaksakan tirani mereka kepada orang banyak, sekarang dapat dilihat dengan mudah; lihatlah bagaimana, bersama dengan mereka, sebuah neo-paganisme (lihat Pachamama) yang juga secara terbuka mengungkapkan dirinya sebagai lengan keagamaan dari tirani ini, yang didefinisikan oleh beberapa orang sebagai kemurtadan hijau. Kita tahu siapa saja mereka itu, apa yang memotivasi tindakan mereka dan apa tujuan mereka: di belakang mereka selalu ada Pangeran dunia ini, yang untuk melawannya, Ratu Kemenangan (Bunda Maria) memimpin milisi kita yang babak belur, bersama dengan bala tentara Surgawi yang jauh lebih besar dan mengerikan. Tetapi karena kita telah memilih sisi mana dan seperti apa yang kita hadapi dalam medan pertempuran ini, maka kita tidak boleh takut, karena Tuhan kita telah menaklukkan, sementara Dia menawarkan kepada kita kesempatan berharga untuk mengukir bagi diri kita sendiri mahkota yang sangat mulia di zaman apokaliptik ini.

Saya percaya bahwa poin penting untuk secara efektif melakukan pertempuran spiritual, doktrinal dan moral melawan musuh-musuh Gereja adalah keyakinan bahwa krisis saat ini adalah akibat dari metastasis kanker konsilier: Jika kita belum memahami hubungan sebab akibat antara Konsili Vatikan II dan konsekuensi logis dan perlu selama enam puluh tahun terakhir, tidak akan mungkin untuk mengarahkan kemudi Gereja kembali ke arah yang diberikan oleh Pengemudi Ilahinya, dalam perjalanan Gereja yang telah dipertahankan selama dua ribu tahun ini.

Selama berpuluh-puluh tahun mereka mengajari kita dengan berbagai ungkapan penuh kebencian "tidak ada jalan untuk kembali" berkenaan dengan Liturgi, Iman, pengajaran moral, silih, asketisme. Hari ini kita mendengar ungkapan yang sama diulang-ulang secara kasar di ruang publik, di mana berbagai upaya dilakukan untuk mengindoktrinasi massa bahwa ‘tidak ada yang akan menjadi sama seperti sebelumnya.’  Jadi, menurut mantan Apostolik Nuncio itu, "Paham modernisme dan Covid-19 adalah bagian dari merek dagang yang sama." Bagi orang-orang yang “selalu memandang ke arah yang transenden, tidaklah sulit bagi mereka untuk memahami bahwa ketakutan terbesar dari orang-orang yang ingin agar kita percaya bahwa perlombaan menuju jurang maut tidak dapat dihindari dan tidak terhentikan adalah bahwa kita tidak akan mempercayai mereka, mengabaikan mereka, dan bisa membuka kedok konspirasi mereka." Ini adalah tugas kita, hari ini: membuka mata banyak orang, baik klerus maupun religius, yang belum memiliki gambaran keseluruhan, dengan cara membatasi diri mereka untuk memandang kenyataan hanya dengan cara yang sebagian dan terputus-putus. Segera setelah kami membantu mereka memahami mekanismenya, mereka akan mengerti segalanya.

Adalah mungkin untuk kembali, Suster yang terkasih, adalah mungkin untuk melakukannya sedemikian rupa sehingga kebaikan yang diambil secara curang dari kita dapat dipulihkan: tetapi hanya dalam koherensi doktrin, tanpa kompromi, tanpa menghasilkan kepentingan pribadi, tanpa oportunisme. Tuhan akan berkenan memberi kita bagian dalam kemenangan-Nya, bahkan jika kita lemah dan tanpa sarana materi, hanya jika kita mau menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada-Nya dan kepada Bunda Kudus-Nya.

Saya mempercayakan diri saya pada doa-doa Anda dan doa-doa rekan-rekan Anda, dan saya memberkati Anda dan seluruh komunitas Anda dari dalam hati saya.

+ Carlo Maria Viganò, Archbishop

Translated by Giuseppe Pellegrino @pellegrino2020


*****











No comments:

Post a Comment