Thursday, January 12, 2017

Vol 2 - Bab 49 : Berbagai manfaat

Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah

Bab 49

Berbagai manfaat
Karunia spirituil dan sementara
Christopher Sandoval di Louvain
Pengacara yang menolak dunia
Br.Lacci dan Br.Verdiano

Marilah kita melihat contoh lain, yang layak untuk diceritakan dari Paus Clement VIII, telah melihat karya jari Allah dan menganjurkan hal itu untuk dipublikasikan demi kebesaran nama Gereja.
“Beberapa penulis”, kata Pastor Rossignoli, “telah menceritakan adanya pertolongan ajaib yang diterima oleh Christopher Sandoval, Uskup Agung Seville, dari jiwa-jiwa di Api Penyucian. Ketika masih kanak-kanak, dia biasa membagikan sebagian dari uang sakunya untuk bersedekah demi jiwa-jiwa suci. Kesalehan dan kemurahannya itu meningkat sesuai dengan usianya. Demi kepentingan jiwa-jiwa malang yang menderita didalam Api Penyucian dia memberikan semua hal yang bisa dilakukannya, bahkan dia merelakan banyak sekali hal-hal kecil yang berguna atau diperlukan oleh dirinya sendiri. Ketika dia belajar di University of Louvain, terjadilah bahwa beberapa surat wesel yang dia harapkan dari Spanyol ternyata datang terlambat. Akibatnya dia sampai menjadi pengemis di jalan-jalan untuk mengumpulkan uang untuk membeli makanan. Saat itu ada seorang miskin yang meminta sedekah darinya demi jiwa-jiwa di Api Penyucian dan apa yang belum pernah terjadi atas dirinya sebelumnya, dia terpaksa menolak permintaan itu.
“Sedih oleh keadaan ini, dia lalu pergi ke sebuah Gereja. Dia berkata :’Jika aku tak bisa memberi sedekah bagi jiwa-jiwa malang itu, paling tidak aku bisa menolong mereka dengan doa-doaku”.
“Belum lama dia menyelesaikan doa-doanya, ketika meninggalkan Gereja, dia disapa oleh seeorang pria muda yang tampan, berpakaian sebagai pelancong, yang menyapanya dengan sangat akrab dan sopan sekali. Christopher mengalami perasaan spirituil yang besar, seolah dia berada dihadapan suatu roh dalam wujud manusia. Namun dia segera menjadi yakin oleh keramahan orang itu, yang berbicara kepadanya dengan lemah lembut seperti Marquis of Dania, ayahnya, para saudaranya, dan para sahabatnya, seperti seorang Spanyol yang baru tiba dari Peninsula. Dia mengakhiri pembicaraannya dengan meminta Christopher untuk menemaninya kesebuah hotel, dimana mereka bisa makan bersama dengan santai. Christopher Sandoval yang belum makan sejak kemarin, senang sekali menerima tawaran itu. Mereka lalu duduk didekat meja dan meneruskan perbincangan mereka dengan akrab. Setelah makan, orang asing itu mmberinya sejumlah uang untuk digunakan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhannya, sambil menambahkan bahwa Marquis, ayahnya, akan membayarnya setelah kembali ke Spanyol. Lalu dengan alasan urusan bisnis, orang asing itu pergi dan Christopher tak pernah melihatnya lagi. Betapapun Christopher berusaha mengingat-ingat, dia tak bisa memperoleh informasi mengenai orang asing itu. Tak seorangpun di Louvain atau Spanyol yang pernah melihat atau mengenal orang itu. Mengenai uang itu, jumlahnya sama dengan yang diperlukan oleh Christopher untuk kebutuhannya selama surat-suratnya weselnya yang terlambat itu, dan uang ini kemudian tak pernah dimintakan ganti oleh keluarganya.
Karena itu dia yakin bahwa Surga telah melakukan keajaiban bagi dirinya dan telah menolongnya melalui salah satu jiwa-jiwa suci, dimana jiwa itu sendiri pernah ditolong oleh doa-doa dan perbuatan sedekahnya. Pendapatnya itu diyakinkan pula oleh Paus Clement VIII kepada siapa dia bercerita kejadian itu ketika dia pergi ke Roma untuk menerima piagam Bulls yang mengangkatnya menjadi pejabat Episkopat kemudian. Paus, terkejut oleh kejadian itu, lalu menganjurkan dia untuk mewartakan hal itu agar bermanfaat bagi umat beriman. Dia melihatnya sebagai sebuah karunia dari Surga yang membuktikan betapa berharganya di mata Allah kemurahan hati terhadap orang yang meninggal.
Begitulah ucapan terima kasih dari jiwa-jiwa suci yang telah meninggalkan dunia ini, dimana mereka telah membuktikan hal itu atas segala perbuatan baik yang telah diberikan kepada mereka dulu ketika masih di dunia. Diceritakan pula didalam the Annals of the Friars Preachers, bahwa diantara mereka yang menerima warisan disiplin dari tangan St.Dominikus pada 1221 terdapat seorang pengacara yang keluar dari profesinya dengan cara yang luar biasa. Dia terikat oleh tali persahabatan dengan seorang muda yang suci, yang dia tolong dengan sukacita selama orang muda itu sakit hingga meninggal. Hal ini sudah cukup untuk mendorong orang yang meninggal itu untuk membalas segala kebaikan kepadanya, yang berupa pertobatannya dan kehidupan rohaninya. Sekitar 30 hari setelah kematiannya, dia menampakkan diri kepada pengacara itu dan memohon pertolongannya karena dia berada didalam Api Penyucian. “Apakah kamu sangat menderita ?”, tanya pengacara itu. “Celaka !”, jawab jiwa itu, “jika seluruh dunia ini beserta seluruh hutan-hutan dan gunung-gunungnya terbakar semua, ia masih belum bisa menyaingi panasnya tungku api yang kutempati sekarang ini”. Dikuasai oleh rasa takut, imannya bangkit kembali, dan pengacara itu kemudian hanya memikirkan nasib dari jiwanya saja. Lalu dia bertanya :”Bagaimanakah keadaan dari jiwaku saat ini di mata Allah ?”. “Dalam keadaan yang buruk”, jawab jiwa itu, “dan profesimu itu sangatlah berbahaya”. “Apa yang harus kulakukan ? Apa saranmu bagiku ?”. “Tinggalkanlah dunia yang busuk itu dimana kamu tenggelam didalamnya, dan pikirkanlah keadaan jiwamu”. Pengacara itu mematuhi nasihat ini dan dia menyerahkan semua hartanya kepada orang-orang miskin dan dia memasuki biara St.Dominikus.
Marilah kita melihat betapa seorang religius yang suci dari the Society of Jesus menunjukkan terima kasihnya setelah kematiannya kepada dokter yang merawatnya selama sakitnya. Francis Lacci seorang Bruder, juru bicara dari biara, meninggal di College of Naples pada 1598. Dia adalah orang yang rajin beribadah, sangat murah hati, sabar, hormat kepada Perawan Terberkati. Beberapa saat setelah kematiannya, Dr.Verdiano memasuki Gereja dari College untuk mengikuti Misa Kudus sebelum dia mengunjungi orang yang sakit. Saat itu adalah hari perayaan pemakaman raja Philip II, yang telah meninggal 4 bulan sebelumnya. Ketika meninggalkan Gereja, dia akan mengambil air suci, ada seorang religius yang mendekatinya dan bertanya mengapa disitu dipersiapkan perayaan dan siapa yang memimpin upacara itu. “Ini adalah bagi raja Philip II”, jawabnya.
Pada saat yang sama Verdiano heran karena ada seorang religius yang bertanya seperti itu kepada orang asing seperti dirinya itu, dan dia tidak mengenali wajah dari orang yang menyapanya itu karena suasana gelap. Verdiano bertanya siapakah dia. Religius itu menjawab :”Aku adalah Br. Lacci, yang kau kunjungi ketika aku sakit keras dulu”. Dokter itu memperhatikan dia. Dan dia baru mengenali wajah Lacci. Dengan sangat terkejut dia berkata :”Bukankah anda telah meninggal karena penyakit itu ? Apakah anda menderita didalam Api Penyucian dan apakah anda meminta bantuan permohonan kami ?”. “Terberkatilah Allah, aku tidak lagi menderita sakit ataupun bersedih. Aku tidak meminta doa-doa permohonanmu. Aku sudah berbahagia di Surga”. “Dan raja Philip, apakah dia telah berada di Surga ?”. “Ya, dia ada disana, tetapi di tempat yang jauh lebih rendah dariku, dimana semasa di dunia dulu dia berada jauh diatasku. Dan bagi anda, Dr.Verdiano, kemanakah anda mau berkunjung sekarang ?”. Verdiano menjawab bahwa dia akan pergi kepada seseorang di Maio, yang sedang sakit keras. Lacci memperingatkan dia untuk berhati-hati terhadap bahaya besar yang sedang mengancamnya di pintu rumah itu. Kenyataannya, dokter itu menemukan sebuah batu yang besar yang letaknya sedemikian rupa sehingga jika digoyang sedikit saja maka ia akan terjatuh dan bisa melukainya.
Peristiwa ini nampaknya telah direncanakan oleh Kuasa Ilahi untuk membuktikan kepada Verdiano bahwa dia tidaklah sedang berilusi saja.



No comments:

Post a Comment