Tuesday, September 24, 2019

KISAH SUPERNATURAL DARI PADRE PIO




 

 

KISAH SUPERNATURAL DARI PADRE PIO

 

Dia sendirian dalam doa ketika seorang pria muncul entah dari mana ...

Suatu hari saat berdoa sendirian, Padre Pio membuka matanya untuk melihat seorang lelaki tua berdiri di sana. Dia terkejut dengan kehadiran orang lain di ruangan itu dan menjelaskan dalam kesaksiannya, "Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa memasuki biara pada malam hari karena semua pintu dikunci."

Berusaha untuk memahami misteri itu, Pio bertanya kepada pria itu, “Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?"

Pria itu menjawab, “Padre Pio, saya Pietro Di Mauro, putra Nicola, dijuluki Precoco. Saya meninggal di biara ini pada 18 September 1908, di sel nomor 4, ketika itu masih sebuah rumah miskin. Suatu malam, ketika di tempat tidur, saya tertidur dengan cerutu yang masih menyala. Kasur saya terbakar dan saya mati dengan sangat mengerikan. Saat ini saya masih berada di Api Penyucian. Saya membutuhkan Misa Kudus agar bisa dibebaskan. Tuhan mengizinkan saya datang menemui Anda dan meminta bantuan Anda."

Pio menghibur jiwa yang malang itu dengan mengatakan, "Yakinlah bahwa besok aku akan merayakan Misa demi pembebasanmu."

Pria itu pergi dan keesokan harinya Pio melakukan investigasi, dan menemukan bahwa seorang pria dengan nama yang sama meninggal pada hari itu pada tahun 1908. Semuanya dikonfirmasi dan Padre Pio merayakan Misa bagi istirahat kekal jiwa orang itu.

Ini bukan satu-satunya penampakan jiwa dari Api Penyucian yang meminta Padre Pio untuk berdoa. Pio menyatakan, “Karena banyak juga jiwa orang mati yang datang ke biara ini sebagai jiwa orang hidup.” Sering sekali jiwa-jiwa meminta Misa untuk dipersembahkan bagi mereka, hal ini menyadarkan kita betapa besarnya manfaat rohani dari sebuah Misa dan bagaimana hal itu dapat mengurangi waktu yang dihabiskan seseorang di dalam Api Penyucian sebelum ia memeluk kemuliaan surga.




Pada suatu malam di tahun 1944, para biarawan mendengar suara-suara keras dari lantai bawah yang berseru-seru, "Viva Padre Pio!" Kepala biara, Padre Raffaele da S. Elia a Pianisi, mengatakan kepada penjaga pintu, Fra. Gerardo da Deliceto, untuk menyuruh orang-orang itu keluar dan mengunci pintu dengan benar.

Fra. Gerardo turun ke bawah, tetapi dia tidak menemukan siapa pun, dan pintunya dikunci rangkap dua setiap malam. Dia kembali untuk melapor. Padre Raffaele bingung dan langsung pergi menemui Padre Pio dan bertanya apakah dia tahu sesuatu tentang kejadian aneh ini.

Tanpa rasa gelisah atau terkejut, Padre Pio menjawab, "Oh! Mereka adalah tentara yang telah mati di medan perang, dan datang ke sini untuk berterima kasih kepadaku atas keselamatan mereka."



Saudara laki-laki Carmela Marocchino, Padre Vittore da Canosa, meninggal secara mendadak pada tanggal 29 Januari 1958




Carmela bertanya kepada Padre Pio mengapa kematian mendadak itu terjadi.

Padre Pio, yang selalu berbelas kasih, menjawab dengan perumpamaan yang indah ini, "Apakah kamu tahu apa yang Yesus lakukan terhadap saudaramu? Yesus pergi ke taman, dan ada banyak bunga, dan yang satu lebih indah dari yang lain. Dia membungkuk kepada yang paling indah itu dan mengambilnya."

Carmela bertanya, "Apakah saudaraku selamat?"

"Ya, tapi kita perlu berdoa."

Pada 29 Juli, dia bertanya lagi apakah saudaranya sudah diselamatkan.

"Putriku," Padre Pio menjawab, "kami para imam, lebih besar lagi tanggung jawab kami di hadapan Tuhan. Marilah terus berdoa."

Ketekunannya dihargai dengan kata-kata berikut dari Padre Pio, "Dia berada di dalam Firdaus."



Padre Pio menceritakan kisah berikut ini kepada para imam:

"Suatu malam saya bernyanyi sendirian dan aku melihat seorang biarawan membersihkan altar pada larut malam.

"Saya memintanya untuk tidur karena malam sudah sangat larut. Dia berkata: 'Saya seorang biarawan seperti engkau. Saya melakukan novisiat saya di sini. Ketika ditugaskan untuk merawat altar, saya sering lewat di depan Tabernakel hingga berkali-kali tanpa melakukan penghormatan yang benar. Atas dosa ini saya harus berada di dalam Api Penyucian, dan Tuhan mengirim saya kepadamu. Engkaulah yang bisa memutuskan berapa lama lagi saya harus menderita di dalam nyala api itu."

"Saya mengatakan kepadanya bahwa dia harus tetap di Api Penyucian sampai Misa di pagi hari.

Dan untuk itu dia menjawab, 'Kejam' dan kemudian dia menghilang.

"I still have a wound in my heart. I could have sent him immediately to Paradise, instead he had to stay one more night in the flames of Purgatory."

"Saya masih merasa sedih di hati saya. Semestinya saya bisa segera mengirimnya ke Surga saat itu, namun sebagai gantinya dia harus tinggal satu malam lagi di Api Penyucian."

No comments:

Post a Comment