Saturday, September 14, 2019

Phil Lawler - JIKA PAUS FRANCIS TIDAK TAKUT TERJADINYA PERPECAHAN DI DALAM GEREJA




Frame from BBC video report

By Phil Lawler
(Penulis buku The Lost Shepherd)

OPINIONCATHOLIC CHURCHFAITH

 

 

JIKA PAUS FRANCIS TIDAK TAKUT TERJADINYA PERPECAHAN DI DALAM GEREJA, MAKA SAYA YANG TAKUT KEPADA PAUS FRANCIS

 

https://www.lifesitenews.com/opinion/if-pope-francis-doesnt-fear-a-split-in-the-church-then-i-fear-pope-francis?utm_source=LifeSiteNews.com&utm_campaign=4c2200c80f-Daily%2520Headlines%2520-%2520World_COPY_579&utm_medium=email&utm_term=0_12387f0e3e-4c2200c80f-402366805



12 September 2019 (CatholicCulture.org) - "Saya tidak takut perpecahan (dalam Gereja)," demikian kata Paus Francis kepada para wartawan dalam konferensi pers terbaru di atas pesawat.

Ya, tetapi saya yang takut, jika ada seorang Paus Roma yang tidak merasa takut untuk memecah-belah Gereja universal. Berarti, ya… saya yang takut kepada Paus Francis.

Jika kita memperhatikan Sinode Amazon, ada banyak indikasi bahwa Paus dan sekutunya akan menggunakan pertemuan itu untuk melakukan serangkaian perubahan dramatis dan radikal dalam hal ajaran dan disiplin Gereja. Dia rela untuk putus hubungan dengan para bapa kita di dalam iman; dia rela putus hubungan dengan saudara-saudaranya. Saya takut bahwa Paus bertekad untuk menentukan jalannya sendiri, terlepas dari besarnya ongkos bagi persatuan Gereja.

Seperti yang saya katakan baru-baru ini, dalam beberapa minggu terakhir kita telah melihat tanda-tanda yang cukup mengganggu dari sikap baru di eselon tertinggi Vatikan: sebuah kesediaan dan tekad untuk meredam dan menghentikan kritikan terhadap Paus. Pendekatan agresif seperti itu - mungkin menjadi upaya untuk memastikan terjadinya "perubahan yang tidak dapat diubah" dalam waktu terbatas yang tersedia – yang ditampilkan ketika Paus menjawab pertanyaan dari jurnalis Jason Horowitz dari New York Times, tentang kritik yang dihadapi Paus dari umat Katolik Amerika.

Jason Horowitz mengajukan pertanyaan tentang perpecahan dalam Gereja Katolik, dengan menanyakan apakah itu (perpecahan) mengkhawatirkan Paus. Tetapi paus tidak mengatakan bahwa itu adalah ancaman serius yang akan segera terjadi. Dia mengakui bahwa beberapa orang Katolik Amerika "sangat kritis," tetapi Horowitz menunjuk kepada Paus bahwa "beberapa sekutu terdekat Anda yang telah berbicara tentang adanya komplotan yang melawan Anda."

Dengan demikian reporter Times itu merujuk pada beberapa diskusi tentang skisma yang terjadi saat ini hingga kepada sumbernya yang tepat. Bukannya para kritikus Paus yang menyulut perpecahan, justru para sekutunya yang mengklaim bahwa kritik apa pun – betapapun ringan, betapapun terhormatnya, betapapun logisnya – sudah merupakan ancaman bagi otoritas Paus dan merupakan serangan terhadap persatuan Gereja.

Dalam tanggapannya terhadap Horowitz, Paus Francis menjelaskan bahwa ia menerima analisis sekutu-sekutunya tentang situasi Amerika. Dia menerima pembacaan tidak masuk akal atas urusan Amerika oleh temannya Pastor Antonio Spadaro, yang melihat konservatisme America,  sebagai ancaman terbesar bagi agenda kepausan, dan menegaskan bahwa "ada kanpanye disinformasi untuk melawan Paus Francis yang menghubungkan kepentingan Amerika dan Rusia." Dia percaya akan karya penulis Prancis, Nicolas Seneze, yang melihat plot Amerika yang konservatif untuk melawan Paus. Dia percaya para penasihatnya ketika mereka menjelaskan bahwa semua kritik terhadap pernyataan dan kebijakannya tentang masalah doktrinal - tentang Ekaristi, tentang peranan yang sangat diperlukan dari Yesus Kristus dalam keselamatan, tentang tidak terceraikannya pernikahan, tentang imamat laki-laki - benar-benar merupakan tabir asap, sebuah dalih, karena para kritikus itu hanya tertarik untuk memajukan agenda politik kelompok konservatif.

Dalam pernyataannya yang panjang dan bertele-tele, Paus tidak menjawab inti pertanyaan Horowitz, apakah dia telah belajar sesuatu dari para pengkritiknya, atau apakah dia memiliki rencana untuk dialog lebih lanjut dengan mereka.

Paus memberikan refleksi yang terputus-putus dan tidak nyambung atas banyak kritikan terhadap dirinya, bahkan mengklaim bahwa dia selalu bersedia menerima kritikan yang jujur ​​dan mengisyaratkan bahwa para kritikus Amerika adalah orang-orang munafik, yang hanya memajukan agenda tersembunyi mereka sendiri. Pernyataan paus itu sangat jauh dari kenyataan situasi, sehingga sulit untuk mengatakan apakah itu merupakan tanda dari ketidakjujuran atau khayalannya - atau mungkin keduanya.

"Pertama-tama, kritik adalah selalu membantu, selalu," demikian kata Paus. Pada awal perjalanannya ke Afrika, seorang juru bicara kepausan mengatakan bahwa Francis "merasa dihormati. oleh kritik. Kemudian Paus sendiri mengatakan kepada jurnalis Horowitz, "Saya selalu mendapat manfaat dari kritik" dan "kritik yang adil selalu diterima dengan baik, setidaknya oleh saya." Benarkah omongannya ini? Setelah meliput urusan Vatikan sepanjang kepausan ini, saya tidak pernah melihat adanya contoh satu pun di mana Paus Francis membuat tanggapan publik yang ramah kepada setiap kritikus, pada topik apa pun. Tetapi saya dapat dengan mudah mengingat lusinan peristiwa dimana paus menyebut para pengkritiknya sebagai: orang-orang Farisi dan orang-orang munafik, "doktor hukum," yang kaku dan tidak dapat mengasihi sesamanya. "Mengkritik tanpa ingin mendengar tanggapan dan tanpa berdialog, berarti tidak memiliki kebaikan hati Gerejawi," demikian kata Paus lebih lanjut. Tetapi justru dialah yang menolak menanggapi kritikan yang paling terkenal: empat kardinal yang mengajukan dubia. Empat pangeran Gereja itu mengajukan pertanyaan menyelidik tentang masalah-masalah ajaran yang penting, dan paus menolak untuk menjawabnya.

Ketika Uskup Agung Vigano meluncurkan kecaman pedasnya terhadap paus, Francis berjanji bahwa dia akan menawarkan "tidak satu kata sekalipun" sebagai balasannya – bahkan dia benar-benar menentang karakter pribadi uskup agung Vigano. Ketika para uskup Amerika menuntut penjelasan tentang keterlibatan Vatikan dalam skandal McCarrick, paus menjanjikan penjelasan penuh - tetapi hingga setahun kemudian: tidak ada penjelasan seperti itu yang muncul. Ketika Kardinal Müller menyatakan keprihatinan tentang berbagai pernyataan paus, paus tiba-tiba memecatnya dari perannya sebagai pengawas doktrinal tertinggi Vatikan; baru-baru ini paus berkomentar bahwa kardinal Jerman itu bertindak "seperti anak kecil."

Ini bukanlah perkataan atau tindakan dari seorang pemimpin yang bersedia menerima kritikan yang jujur. Semua itu merupakan tanda-tanda dari kesediaan untuk menindas secara kasar atas segala kritikan. Dan karena tindakan semacam itu berasal dari seorang paus yang secara bersamaan menunjukkan kesediaan untuk percaya bahwa kekuatan-kekuatan besar di Amerika merencanakan untuk melawannya, maka kita dapat mengharapkan untuk melihat tanda-tanda lebih lanjut dari permusuhan kepausan hingga akhir tahun ini, ketika para uskup Amerika Serikat membuat kunjungan ad limina ke Roma.

Ketika dia mengakhiri pernyataannya yang mencengangkan itu, paus Francis akhirnya menyuarakan simpati untuk para pengritiknya, karena "mereka sedang mengalami sebuah masa sulit," dan ditutup dengan mengatakan, "kita harus mendampingi mereka dengan lemah lembut." Sebuah saat yang sulit… ya!... memang!; tindakan paus Francis itu adalah meremehkan. Bagaimana kita dapat percaya bahwa paus berencana untuk mendampingi kita dengan lemah lembut, bahwa dia memang berencana untuk tidak mengabaikan keprihatinan kita, mempertanyakan motif kita, mengecam kepercayaan kita?

Paus Francis memang tidak takut akan perpecahan di dalam Gereja. Tetapi saya yang takut. Itulah sebabnya maka saya merasa takut pada paus ini.

Published with permission from CatholicCulture.org.




No comments:

Post a Comment