Monday, September 23, 2019

VIGANÒ, BERKATA: PAUS FRANCIS-LAH YANG MENYULUT PERPECAHAN






NEWSCATHOLIC CHURCH

 

PENGUNGKAP KEBENARAN, USKUP AGUNG VIGANÒ, BERKATA: PAUS FRANCIS-LAH YANG MENYULUT PERPECAHAN

 

https://www.lifesitenews.com/news/vatican-whistleblower-vigano-pope-francis-is-the-one-provoking-schism

By Dorothy Cummings McLean

 

ROMA, 20 September 2019 (LifeSiteNews) - Seorang jurnalis veteran Vatikan mengungkapkan bahwa seorang pengungkap fakta tentang Vatikan, mengatakan bahwa Paus Francis-lah yang 'memprovokasi' perpecahan di dalam Gereja Katolik.

Robert Moynihan, pendiri dan pemimpin redaksi majalah Inside the Vatican, baru-baru ini mempublikasikan pernyataannya yang mengatakan bahwa Uskup Agung Carlo Maria Viganò membuat pernyataan kepadanya, sebagai tanggapan atas pidato refleksi terakhir Paus Francis tentang perpecahan.

Dalam penerbangan 10 September 2019 ke Roma dari perjalanan lima hari ke Madagaskar dan Mozambik, Paus dari Argentina itu mengatakan kepada wartawan bahwa dia "tidak takut pada perpecahan" dan bahwa perpecahan "selalu merupakan pemisahan elitis yang berasal dari ideologi yang terlepas dari doktrin.”

"Paus Francis mengatakan hal itu karena dia tahu bahwa Sinode Amazon dapat memprovokasi sebuah skisma atau perpecahan," kata Viganò kepada Moynihan.

“Dia (paus Francis) siap untuk mengatakan bahwa orang lain membuat perpecahan, tetapi (dengan tindakannya yang terus mendukung Sinode Amazon) dia sedang memprovokasi perpecahan itu sendiri,” kata Viganò melanjutkan.

“Apakah seperti ini sikap seorang pastor yang peduli kepada umat? Bukankah sudah menjadi tugasnya untuk mencegah perpecahan.”

Moynihan menerbitkan pernyataan ini pada 11 September, dan mengatakan bahwa Uskup Agung Viganò telah menyampaikannya pada hari itu.

Komentator terkenal atas Gereja Katolik itu juga menerbitkan dua pendapat yang ia temukan dalam komentar berbasis pembaca, yang berkaitan dengan sebuah cerita LifeSiteNews tentang wawancara terbaru di atas pesawat dari Francis, “Pope Francis welcomes honest criticism: ‘This is loving the Church’”.

Yang pertama, oleh pembaca "Luxsit", menunjukkan pernyataan kekhawatiran bahwa orang-orang Katolik yang berpegang teguh pada doktrin Katolik yang abadi, sedang "dibentuk" menjadi "kambing-hitam-skismatik."

“Saya pikir kemungkinan kita sedang dipersiapkan untuk diberi label kambing hitam 'skismatik' ketika Vatikan secara resmi menjadi murtad (dan skismatik sejati), meskipun landasan kemurtadannya itu telah diletakkan puluhan tahun yang lalu," tulis komentator itu.

"Di mata dunia, itu akan mendukung klaim Vatikan bahwa apa pun juga kaum ortodoks adalah berada 'di luar Gereja.' Ini hampir merupakan taktik sempurna bagi pemerintah sekuler yang bermaksud menghilangkan kekristenan dari setiap kehadiran publik dan hati nurani moral dunia."

"Saya yakin Anda tepat berada di sini," jawab pembaca "Borghesius" dalam komentar kedua yang dikutip Moynihan.

“Kaum liberal dapat memisahkan diri dari Gereja kapan saja dalam masa 4 kepausan sebelumnya: mereka telah berada dalam perpecahan de facto sejak tanggapan mereka yang berbeda atas Humanae Vitae,” lanjutnya.

“Tetapi Francis memberi mereka (kaum liberal) kesempatan, dan mereka ingin agar sikap mereka itu dimunculkan, bahwa MEREKA adalah Gereja dan umat Katolik telah memisahkan diri dari mereka. Dengan cara itu mereka mendapatkan uang, kekuasaan, properti, dan dapat mengklaim sebagai gereja Katolik, padahal dari keyakinan mereka yang seperti itu mereka bukanlah Gereja Katolik sama sekali. Tetapi semua itu tidak akan bertahan lama, jika Anda terpisah dari Sumber."

Secara keseluruhan, semua pernyataan ini membuat Moynihan khawatir, yang melihat di dalamnya bukti bahwa ada sebuah bahaya "perpecahan."

Pernyataan tersebut adalah bagian dari “kritikan keras  terhadap banyak keputusan dan tindakan paus Francis, mulai dari krisis pelecehan seksual, hingga reformasi Kuria Roma, hingga kesepakatan dengan pemerintah Cina, hingga penutupan ordo-ordo religius konservatif, hingga memunculkan perhatian pada masalah lingkungan meskipun semua Paus sebelumnya berfokus terutama pada kehidupan kurban dan kematian Yesus Kristus, dan pada apa maknanya hal itu bagi semua umat manusia,” demikian tulisnya.

Moynihan mencatat bahwa ada beberapa kritikus dari jajaran tinggi Gereja yang berbicara keras mengenai berbagai keputusan kontroversial paus ― dan bahwa hanya dua dari mereka adalah orang Amerika. Dia menyebut Cardinal Brandmüller, Burke, Eijk, Müller, dan Sarah, serta Uskup René Henry Gracida dan Athanasius Schneider.

"Para kritikus ini yakin bahwa Gereja dipimpin secara buruk oleh sekelompok orang dalam yang telah membujuk Paus untuk bertindak sejalan dengan sejumlah inisiatif yang menyimpang dari ajaran Katolik tradisional," tulisnya.

"Beberapa kritikus berpendapat bahwa ajaran Paus, atau mereka yang dipilih dan didukung oleh paus, telah mencapai tingkat bidaah - tingkat yang bertentangan dengan doktrin Katolik yang sah," katanya melanjutkan, dan mengajak para pembaca untuk memperhatikan kritikan Kardinal Brandmüller tentang dokumen kerja yang kontroversial dari Sinode Amazon.

Moynihan memperingatkan bahwa Paus Francis dan orang-orang dekatnya mungkin telah meremehkan betapa "dunia" membenci Gereja.

“Kekuatan-kekuatan sekuler yang sangat kuat tampaknya ingin menundukkan Gereja dalam agenda duniawi mereka, yang dimulai sebagai seruan untuk melakukan “belas kasih” dan berakhir dengan serangan terhadap semua ajaran tradisional Kristen dan ajaran moral,” tulisnya.

Contoh pertamanya adalah menyangkut masalah aborsi.

"Karena aborsi semakin diterima secara luas, maka masyarakat secara keseluruhan menjadi tidak berperasaan lagi untuk mencabut nyawa manusia," kata Moynihan.

"Paus Francis tampaknya meremehkan pembelaan atas kehidupan manusia, hak untuk hidup dari orang yang tidak bersalah," lanjutnya.

“Dalam konteks ini, tindakan paus tampaknya hampir tidak dapat dipahami oleh umat Katolik yang pro-kehidupan. Mengapa paus tampak melemahkan komitmen Gereja pada tujuan kehidupan, yang justru terjadi pada saat tujuan itu sangat dibutuhkan?"

Reporter Vatikan juga mengakui bahwa doktrin yang berkaitan dengan pernikahan berada di bawah ancaman serius.

“Ajaran tradisional tentang tidak terceraikannya perkawinan sangatlah penting untuk pertahanan keluarga, dan hak anak untuk tumbuh bersama ayah dan ibu,” katanya.

"Sikap yang tampak meremehkan keutuhan pernikahan tampaknya jelas diarahkan pada situasi dari jutaan orang yang pernikahannya gagal, dengan cara memberikan pendampingan pastoral bagi mereka," lanjutnya.

“Tetapi dalam jangka panjang, semakin berkurangnya cita-cita pernikahan yang baik kemungkinan akan menciptakan situasi yang lebih sulit bagi pertumbuhan kehidupan keluarga di masa mendatang. Mengapa Paus Francis tampaknya tidak mau menyadari ini?"

Moynihan menyimpulkan dengan mengatakan bahwa sebuah "perubahan arah" dan sebuah "pertemuan untuk memperjelas posisi" sangatlah diperlukan, tetapi "waktu semakin singkat."


No comments:

Post a Comment