Tuesday, December 24, 2019

SEORANG USKUP BELANDA BERKATA...



seorang uskup belanda berkata: sinode amazon, niatannya adalah membentuk sebuah agama baru

by Mgr. Rob Mutsaerts



Jika Anda membaca Dokumen Kerja dari apa yang disebut Sinode Amazon, tampaknya hasil yang dimaksudkan untuk sinode itu adalah sebuah agama baru. Semacam eko-sosialisme, campuran ekologi, perubahan iklim, ekumenisme, viri probati, penahbisan perempuan dan, ya, penyebutan tunggal tentang nama Yesus, tetapi bukan sebagai Anak Allah, Juru Selamat, tetapi Yesus sang filsuf, revolusioner dan hippie. Yesus mendapat tempat di Pantheon, sebagai salah satu dari banyak dewa. Sinode para uskup untuk wilayah Pan-Amazon dengan anehnya tidak dilakukan di wilayah Amazon, tetapi justru di Roma. Sungguh luar biasa bahwa banyak uskup dan kardinal - semuanya dengan tanda tangan yang sama - diundang dari luar Amazon. Dan kemudian ada sesuatu yang lain: Anda akan menemukan amat banyak tujuan sekuler di dalamnya. Ekologi integral adalah salah satunya.

Dokumen Kerja sinode mencakup panteisme (yang selama ini selalu ditolak oleh Gereja) dan mengakui bahwa takhayul berhala adalah juga sebagai sumber wahyu, sebagai cara-cara alternatif untuk memperoleh keselamatan; dengan demikian secara implisit hal itu mengatakan bahwa karya keselamatan Kristus tidaklah unik dan tunggal; Kristus hanyalah salah satu dari banyak sumber keselamatan. Secara keseluruhan, dokumen kerja sinode - yang telah disetujui oleh Francis sendiri – telah menghapuskan Gereja dari identitasnya seperti yang selalu kita pahami selama ini. Sinode ini sama sekali tidak berbicara soal karya penebusan Yesus, tentang pertobatan, pengorbanan atau kesakralan. Tindakan merangkul dan memeluk pepohonan ternyata lebih dipertimbangkan dan diutamakan.

Baru-baru ini paus Francis mengatakan bahwa dia ingin memulai debat dengan semua orang (menurut saya, asal nama Anda bukan Burke, atau Müller, karena Burke dan Brandmüller masih menunggu jawaban untuk beberapa pertanyaan sederhana - yang disebut ‘dubia’). Yang luar biasa adalah bahwa bahkan media pun tidak dapat mentolerir kritik terhadap paus. Burke dkk. dikecam oleh pers. Itu sangat mengejutkan ketika Anda tahu bahwa media yang sama ini mengkritik John Paul II dan Benedict sebagai hal yang rutin. Namun, siapa pun yang mengkritik Paus Francis dibingkai sebagai bagian dari rencana untuk mengusir Paus pergi, hanya karena mereka telah mengajukan pertanyaan kepadanya.

Atas pertanyaan dari para jurnalis tentang pernyataan Uskup Agung Vigano, paus Francis menjawab bahwa mereka harus mencari tahu sendiri. Dan dia menganggap kritik dari Amerika sebagai suatu kehormatan. Dia tidak takut akan perpecahan di dalam gereja, katanya kepada wartawan dalam penerbangan kembali dari Afrika ke Roma.

Jika ternyata paus Francis bersikap seperti itu, biar saja dia begitu. Saya sendiri, secara pribadi, takut akan perpecahan di dalam gereja. Menurut saya, itu benar-benar hal terburuk yang dapat terjadi pada Gereja. Dalam penerbangan kembali dari Mauritius, Paus menambahkan bahwa kritik itu bermanfaat.

Dia kemudian mencatat bahwa “tidak hanya orang Amerika yang mengkritik saya, tetapi ada juga kritik dari dalam kuria.” Mengapa Paus tidak mau mengundang empat kardinal ‘dubia’ untuk membicarakannya? Sebagai pembangun jembatan (pontifex) sebenarnya dia bisa membuat dirinya lebih kredibel dan dia akan mampu mencegah banyak kebingungan. Namun, paus memilih untuk membingkai semua itu untuk konsumsi pers dengan mencitrakan para pengkritiknya sebagai kaum moralis yang kaku dan ideolog yang terpeleset.

Akhirnya adalah ini: betapa seringnya saya mendengar ucapan paus Francis bahwa itu semua hanyalah masalah belas kasihan. Saya tidak percaya hal itu. Itu adalah belas kasihan yang palsu. Seseorang tidak akan mau atau ingin meliberalisasi selibat untuk menguduskan imamat, kecuali dia mau mengabaikan sebuah aturan yang membutuhkan kesucian. Orang banyak tidak ingin mengubah doktrin mengenai homoseksualitas, karena mereka ingin berbelas kasih kepada orang yang berbeban berat karena dosa. Tetapi paus Francis dan para pengikutnya justru ingin mengatakan bahwa dosa (homosex) bukan lagi dosa. Orang banyak tidak mau dan tidak ingin mengizinkan seks di luar pernikahan, karena mereka berpikir positif tentang seksualitas. Namun paus Francis dan para pengikutnya tidak ingin mengakui pernikahan (pria dan wanita) sebagai satu-satunya perjanjian pernikahan yang diakui Allah. Bersikaplah yang jujur!!! Dan berhentilah dengan agenda-agenda tersembunyi Anda.


*****

Mgr. Rob Mutsaerts is auxiliary bishop of Den Bosch.

Source: LifeSiteNews


No comments:

Post a Comment