Sunday, December 29, 2019

SERUAN-SERUAN KEPADA PACHAMAMA DIUCAPKAN PADA KONSER NATAL DI VATIKAN



Paduan suara anak-anak di konser Natal Vatikan


seruan-seruan kepada PACHAMAMA DIucapkan pada KONSER NATAL di VATIKAN


NEWS: WORLD NEWS

by Jules Gomes  •  ChurchMilitant.com  •  December 27, 2019    

ROMA  (ChurchMilitant.com) - Umat Katolik menjadi marah atas kemunculan kembali ‘Pachamama’ di Vatikan pada konser Natal yang disponsori oleh Kongregasi Tahta Suci untuk Pendidikan Katolik.

Dewi Bumi atau Ibu Pertiwi, yang disembah oleh penduduk asli Amazon, diserukan keras oleh seorang wanita Amerika Latin di hadapan 5.000 penonton, sementara dua juta pasang mata menonton di televisi di Italia dan di seluruh dunia pada Malam Natal dan sore hari Natal.

Seorang wanita pribumi meminta hadirin untuk menyilangkan tangan mereka di atas dada mereka dan untuk merasakan sebuah getaran yang kuat: itulah detak 'jantung Ibu Pertiwi.' (menurutnya) Tweet


Silakan lihat videonya disini: https://youtu.be/JaSS6z9B7Ws


Pada pertunjukan amal 14 Desember yang berjudul "Let's network for the Amazon," nampak seorang wanita Amazon yang mengenakan pakaian pribumi, meminta para penonton untuk menyilangkan tangan mereka di dada mereka dan untuk merasakan getaran yang kuat, dan dia  menjelaskan bahwa itu adalah ‘jantungmu’ dan juga ‘jantung Ibu Pertiwi.’

Seorang pastor Katolik dengan memakai kerah imamat yang menjadi tuan rumah pertunjukan di Aula Audiensi Kepausan (Aula Paolo VI) meminta penduduk asli berbahasa Spanyol itu untuk memberi tahu penonton "tentang hubungan Anda dengan Ibu Pertiwi."

Para kardinal dan para uskup yang duduk di barisan depan, diikuti oleh seluruh hadirin, menanggapi dengan antusias dengan ikut menyilangkan tangan mereka dan mendengarkan dengan penuh hormat pada mantra-mantra yang ditujukan kepada Pachamama.

Para kardinal ikut menyilangkan tangan di atas dada mereka untuk menghormati
dan ‘merasakan’ detak jantung Ibu Pertiwi

"Di sisi lain, di mana ada keheningan, disitu ada Roh," wanita pribumi itu menjelaskan. "Roh yang memungkinkan Anda semua bisa merasakan pesan dari Ibu Pertiwi."

Dia melanjutkan berkata :
Bagi kami masyarakat adat, Ibu Pertiwi, Hicha Gueia, adalah segalanya. Ibu Pertiwi-lah yang memberi kita makanan, air suci, tanaman obat; dan apa yang kami tawarkan kepada bumi adalah untuk memberi penghormatan kepadanya, plasenta dan rambut pertama yang kami potong. Bagi kami, Ibu Pertiwi adalah fundamental, hubungan kami dengannya adalah konstan, bagaimana rasanya denyut nadi, bagaimana jantung kami merasakan.

Sebuah situs web  Katolik menulis: "Jadi sekarang orang telah diajarkan untuk menyilangkan tangan mereka di depan dada, merasakan hati mereka, dan menyalurkan Gaia batin mereka."

Bagi kami masyarakat adat, Ibu Pertiwi, Hicha Gueia, adalah segalanya. Tweet

Situs web Katolik lainnya mencatat bahwa "Gueia" adalah sinonim untuk Pachamama dan, pada kenyataannya, itu adalah ‘setan.’

Tindakan kontroversial ini berakhir dengan seorang pastor yang berkata bahwa seruan kepada Pachamama mengingatkannya pada Kitab Keluaran 3: 5, di mana "Allah memerintahkan Musa untuk melepas sandalnya, karena dengan kehadiran Tuhan, Dia telah menguduskan tempat itu."

"Pada malam menjelang kelahiran Yesus Kristus itu, kita dapat melihat di Vatikan, ada seorang wanita Indian (Amerika Latin) yang mengajarkan kepada para wali gereja, kardinal, uskup, hadirin, presenter dan pemirsa televisi semuanya, dengan cara menyilangkan tangan di atas dadanya, dalam suatu ritual yang menurut mereka, seperti para gembala yang diberi kabar oleh malaikat. Ini adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh Surga," demikian komentar Marco Tosatti, jurnalis Italia dan ahli Vatikan.

"Tapi adalah tidak bisa dibenarkan bahwa upacara penyembahan berhala diadakan di Vatikan, selama Sinode Amazon, ketika para Pachamama (berhala) dibawa dalam prosesi di St. Peter's dan kemudian dihormati di Gereja Santa Maria di Traspontina" kata Tosatti.

Jurnalis itu mengecam keras komentar paus Francis sebelumnya tentang sikap ‘keras kepala’ umat Katolik tradisional, dimana Marco Tosatti menambahkan: "Sebaliknya, mengadakan upacara pada Malam Natal, di Vatikan, disiarkan di televisi global, dimana ada seorang wanita yang mengajar para uskup untuk merasakan roh yang memungkinkan kita untuk mendengar pesan Ibu Pertiwi. Terutama di saat Natal ini, dapatkah Anda (paus) mengatakan bahwa Anda tidak akan melakukan kekonyolan ini, atau apakah ini juga merupakan bentuk ‘keras kepala’ Anda?"

Sehari sebelum konser, paus Francis mengingatkan para pemain di acara itu bahwa "kita semua dipanggil untuk membangun 'desa pendidikan global,' menjalin jaringan hubungan manusia, karena ini adalah penangkal terbaik bagi semua bentuk diskriminasi, kekerasan, dan intimidasi."

"Di desa global ini, pendidikan dan seni bertemu melalui bahasa-bahasa musik dan puisi, lukisan dan patung, teater dan bioskop," lanjutnya.

"Dengan dilahirkan di dalam palungan, Tuhan sendiri meluncurkan satu-satunya revolusi sejati yang dapat memberikan harapan dan martabat bagi mereka yang kehilangan hak dan yang terbuang: revolusi kasih, revolusi kelembutan," kata Francis.

Hasil dari konser Natal Vatikan akan digunakan untuk membantu melindungi Amazon dan mendukung masyarakat adat di hutan hujan, termasuk proyek Salesian yang membantu masyarakat di Brasil barat laut dan kampanye peningkatan kesadaran Scholas Occurrentes di 450.000 sekolah di seluruh dunia yang mempromosikan reboisasi.

Lionel Ritchie, Susan Boyle and Bonnie Tyler at the Vatican Concert

Konser ini juga menampilkan penyanyi pemenang Grammy AS, Lionel Richie, penulis lagu Bonnie Tyler dan Susan Boyle - finalis 2009 tentang Got Talent Inggris - serta beberapa penyanyi dan musisi Italia, termasuk band polisi Vatikan, menurut pernyataan Kongregasi Vatikan untuk Katolik Pendidikan.

Pada bulan Juni, Paus Francis menunjuk uskup agung New Jersey yang pro-LGBT, Cdl. Joseph Tobin untuk mengepalai Kongregasi ini.

Tobin sebelumnya bertugas di Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Masyarakat Kehidupan Kerasulan, tetapi tugasnya disitu hanya sebentar, diberhentikan oleh Paus Benediktus XVI dari jabatannya di Vatikan setelah hanya dua tahun, dan dikirim kembali ke Amerika Serikat untuk menjadi uskup agung Indianapolis, Indiana.

Pada tahun 2018, Tobin membingungkan para pengikutnya dengan men-tweet, "Seharusnya mengudara dalam 10 menit. Malam-malam sayang. Aku mencintaimu.” Dalam beberapa jam kemudian dia menghapus tweet itu, meminta maaf karena secara tidak sengaja menerbitkan sesuatu yang dimaksudkan untuk "adik perempuannya". Namun, banyak umat Katolik yang merasa ragu atas penjelasannya, karena dia sudah terkenal sebagai pendukung LGBT.

Tobin adalah satu di antara segelintir wali gereja yang secara terbuka memuji perbuatan homoseksual Jesuit, pastor James Martin, dan juga secara terbuka dia mengkritik para kardinal dubia, dan mengecam para kardinal pengkritik Amoris Laetitia itu sebagai ‘sangat naif.’

Tahun lalu, Hussain Al Jassmi, penyanyi Muslim dari Uni Emirat Arab, menjadi artis Arab pertama yang tampil di konser Natal tahunan Vatikan.

"Saya menyampaikan hari ini, di Vatikan, di depan paus Francis, tentang pesan kasih, perdamaian dan toleransi di antara agama dan orang-orang yang mewakili budaya, komunitas, bangsa dan warisan Arab saya," Al Jassmi memposting di media sosial, dan menambahkan, "globalisasi bangkit dari sesuatu yang lokal dan dari tenggorokan artis."


*****


Ukiran gembala pada salib emas milik kardinal Bergoglio, dan salib perak milik Francis, juga menggambarkan gerakan menyilangkan tangan di depan dada.




  
Foto para kardinal yang menyilangkan tangan di depan dada, mengingatkan beberapa pengamat tentang gerakan yang serupa selama ritual Masonik (gambar atas dan bawah)



No comments:

Post a Comment