Friday, March 29, 2019

FRANCIS MENDORONG PARA PASTOR UNTUK MENYAMBUT HANGAT...




NEWSCATHOLIC CHURCHMARRIAGE

FRANCIS MENDORONG PARA PASTOR UNTUK MENYAMBUT HANGAT PASANGAN-PASANGAN KUMPUL-KEBO (COHABATING COUPLES) MENURUT ‘GAYA INJIL'

By Jan Bentz

ROMA, 27 Februari 2017 (LifeSiteNews) - Paus Fransis mendorong para pastor paroki yang berpartisipasi dalam kursus yang dikelola oleh Vatikan yang berjudul "Prosedur Pernikahan Baru" agar menyambut hangat pasangan hidup bersama yang hidup dalam percabulan dan yang "lebih suka hidup bersama tanpa menikah" atau kumpul-kebo. Paus tidak meminta para imam itu untuk menegur pasangan-pasangan seperti itu, karena mereka hidup dalam dosa besar, juga paus Francis tidak meminta pastor-pastor untuk berusaha demi pertobatan dan penyesalan mereka.

“Pada saat yang sama, buatlah dirimu dekat dengan gaya Injil itu sendiri, dalam hal perjumpaan dan sambutan terhadap orang-orang muda yang lebih suka hidup bersama tanpa menikah,” demikian kata paus Francis kepada para imam di acara Sabtu, 25 Februari yang diselenggarakan oleh Roma Rota, sebuah divisi pengadilan gerejawi tertinggi di Vatikan.

“Di bidang spiritual dan moral, mereka (pasangan kumpul-kebo itu) berada di antara orang-orang yang miskin dan yang kecil, yang kepadanya Gereja, mengikuti jejak Guru dan Tuhannya, ingin menjadi seorang Ibu yang tidak meninggalkan tetapi mendekat dan merawat anak-anaknya . Orang-orang ini (pasangan kumpul-kebo itu) juga dikasihi oleh hati Kristus. Perhatian yang terakhir ini, yang justru karena berasal dari pesan Injil, adalah bagian penting dari tugas Anda dalam mempromosikan dan mempertahankan Sakramen Pernikahan,” tambahnya.


Paus Francis nampak menyambut hangat sepasang kaum muda yang lebih memilih untuk kumpul-kebo daripada menikah resmi.

Tahun lalu Francis mengatakan bahwa pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul-kebo) berada dalam "pernikahan yang nyata" dan mereka juga menerima rahmat Sakramen. "Saya telah melihat banyak kesetiaan dalam hidup bersama tanpa pernikahan ini, dan saya yakin bahwa ini adalah pernikahan yang nyata, mereka memiliki keanggunan pernikahan yang nyata karena kesetiaan mereka," kata paus Francis saat itu.

Katekismus Gereja Katolik menyebutkan bahwa percabulan adalah "sangat bertentangan dengan martabat pribadi dan seksualitas manusia, yang secara alami diperintahkan demi kebaikan pasangan dan generasi serta pendidikan anak-anak."

Lebih lanjut Katekismus juga menyatakan menyatakan bahwa situasi hidup bersama tanpa menikah itu "menyinggung martabat pernikahan; mereka menghancurkan gagasan mengenai keluarga; mereka melemahkan rasa kesetiaan. Mereka bertentangan dengan hukum moral. Tindakan seksual harus dilakukan secara eksklusif dalam ikatan pernikahan. Di luar pernikahan, perbuatan seperti itu selalu merupakan dosa besar dan akan mengeluarkan seseorang dari persekutuan sakramental."

Kursus formatif telah dirancang untuk mengajar para imam paroki yang bekerja di pengadilan keuskupan mereka masing-masing tentang pembatalan pernikahan, dan hal-hal yang terkait lainnya, bagaimana menerapkan perubahan dari dua Motu Proprio, Mitis Iudex dan   Misericors Jesus, terhadap isi Amoris Laetitia yang memberikan kerangka kerja yang lebih besar.

Francis mengatakan kepada para imam bahwa bagi “setiap orang dan setiap situasi, Anda dipanggil untuk menjadi sesama peziarah untuk bersaksi dan mendukung.”

Selanjutnya paus Francis mendesak para pastor untuk "mendukung" semua pasangan yang telah menentukan sikapnya sendiri untuk hidup secara kumpul-kebo, dimana mereka secara resmi ingin dinyatakan sebagai relasi atau hubungan yang sah.

“Ketika Anda menawarkan kesaksian seperti ini, semoga perhatian Anda juga bertujuan mendukung semua orang yang telah menyadari fakta bahwa hubungan mereka bukanlah pernikahan sakramental sejati dan ingin keluar dari situasi ini. Dalam tugas yang rumit dan perlu ini, lakukanlah sedemikian rupa sehingga umat Anda mengetahui bahwa Anda tidak hanya sebagai ahli dalam tindakan birokrasi atau norma yuridis, tetapi juga sebagai saudara yang menempatkan diri dalam sikap mendengarkan dan memahami keadaan mereka,” demikian kata paus Francis.

Selanjutnya Francis juga menyatakan bahwa para imam sering kali merupakan wakil pertama dari Gereja yang ditemui oleh kaum muda ketika mereka menikah, dan pada saat yang sama menjadi yang pertama kali berpaling, ketika pernikahan mereka sedang dalam keadaan krisis.

“Adalah Anda kepada siapa pasangan itu berpaling, ketika masalah serius dalam hubungan mereka terjadi dan mereka mendapati diri mereka dalam keadaan krisis dan memiliki kebutuhan untuk mengubah iman dan menemukan kembali rahmat sakramen; dan dalam beberapa kasus meminta indikasi untuk memulai proses pembatalan perkawinan (anulasi)."

Proses keputusan kasus seperti ini diserahkan oleh paus Francis ke tangan paroki setempat karena "tidak ada yang lebih baik dari yang Anda ketahui dan yang berhubungan dengan realitas tatanan sosial di wilayah itu, dan yang mengalami dan mengetahui berbagai kompleksitas yang ada."

No comments:

Post a Comment