Friday, March 29, 2019

FRANCIS MENGHENDAKI AGAR UNIVERSITAS-UNIVERSITAS (KATOLIK) MENYEBARKAN PERNYATAANNYA


These Last Days News - March 28, 2019



FRANCIS MENGHENDAKI AGAR UNIVERSITAS-UNIVERSITAS (KATOLIK) MENYEBARKAN PERNYATAANNYA BAHWA ‘KERAGAMAN AGAMA ADALAH ‘DIKEHENDAKI OLEH ALLAH’ ...

LifeSiteNews.com reported on March 25, 2019:
by Dr. Maike Hickson

Kantor Vatikan yang mempromosikan dialog antaragama telah meminta kepada para profesor di universitas Katolik untuk melakukan "penyebaran seluas mungkin" atas pernyataan bersama kontroversial yang ditandatangani oleh Francis bulan lalu, yang mengklaim bahwa "keragaman agama" adalah "dikehendaki oleh Tuhan." Kantor Vatikan menambahkan bahwa permintaan ini  berasal dari Francis sendiri (baca surat lengkapnya di bawah).

Surat Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, yang diperoleh LifeSiteNews, tertanggal 21 Februari 2019. Surat itu dikirim pekan lalu ke para profesor universitas Katolik di Roma, bersama dengan “Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama  yang ditandatangani oleh Francis bersama Imam Besar Ahmad el-Tayeb di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019 lalu.

Uskup Miguel Ayuso Guixot, sekretaris Dewan Kepausan, menulis dalam suratnya bahwa “Bapa Suci telah meminta Dewan Kepausan ini untuk Dialog Antaragama agar berkontribusi bagi penyebaran seluas mungkin dari “Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” dimana dokumen itu pada awalnya ditandatangani oleh Francis dan Ahmad el-Tayeb, Imam Besar Masjid al-Azhar Mesir.

Guixot meminta para profesor, pastor, dan para suster di universitas-universitas Katolik untuk "memfasilitasi pendistribusian, penelitian, dan penerimaan" dokumen tersebut, dan menambahkan bahwa Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Agama "akan berterima kasih kepada Anda sekarang karena inisiatif yang memungkinkan, dalam bingkai lembaga ini, yang bertujuan untuk menyebarkan Dokumen ini."

Surat itu juga mengutip beberapa bagian dari dokumen Abu Dhabi, di mana kedua penandatangan berjanji "untuk menyampaikan Dokumen ini kepada pihak berwenang, pemimpin yang berpengaruh, orang-orang beragama di seluruh dunia, organisasi regional dan internasional yang sesuai, organisasi dalam masyarakat sipil, lembaga agama dan pemikir terkemuka." Para penandatangan berjanji untuk "mengumumkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Deklarasi ini di semua tingkat regional dan internasional, sambil meminta agar prinsip-prinsip ini diterjemahkan ke dalam kebijakan, keputusan, teks legislatif, program studi dan materi yang akan diedarkan." Tujuan selanjutnya adalah untuk "mendidik generasi baru" dalam arti dokumen ini adalah untuk perdamaian dan persaudaraan dunia di antara orang-orang dan agama-agama

Para kritikus menyebut bagian-bagian dalam dokumen itu adalah "salah" dan "sesat."
Kardinal Raymond Burke mengatakan bahwa bagian yang mengatakan bahwa Tuhan menghendaki keragaman agama, adalah salah dan harus dihapuskan dari dokumen itu.

Pernyataan itu "harus dihapus dari perjanjian ini karena hal itu tidak benar," katanya.
Uskup Athanasius Schneider mengatakan awal bulan ini bahwa dalam percakapan pribadi dengan Francis mengenai masalah itu, paus meyakinkannya bahwa "frasa yang dipertanyakan, tentang keragaman agama, hal berarti bahwa kehendak Tuhan yang permisif."

Filsuf Katolik yang terkenal, Profesor Josef Seifert, mengkritik bahwa - terlepas dari koreksi pribadi atas kalimat yang mengganggu ini yang dibuat oleh Francis sendiri dalam percakapan dengan Uskup Schneider dan sesama uskup Kazakh - Paus masih menginginkan dokumen ini disebarluaskan tanpa ada pernyataannya yang dikoreksi.

Surat Vatikan 21 Februari 2019, ketika dikirim kepada para profesor universitas Katolik pada 21 Maret, dengan tujuan untuk menyebarluaskan dokumen yang sangat ambigu tersebut, yang memicu banyak kontroversi di kalangan umat Katolik, ketika pertama kali diterbitkan pada 4 Februari 2019, terutama karena tidak berisi koreksi formal atas kalimat yang dipertanyakan:

Pluralisme dan keragaman agama, warna kulit, jenis kelamin, ras, dan bahasa memang dikehendaki Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya, yang melaluinya Ia menciptakan manusia.

Pada waktu itu, Uskup Schneider – di antara banyak suara lainnya   - yang juga menentang pernyataan paus itu, karena “Kekristenan adalah satu-satunya agama yang dikehendaki Tuhan.” “Karena itu,” katanya, “ia tidak akan pernah dapat ditempatkan secara berdampingan dengan agama-agama lain. Itu akan melanggar kebenaran Wahyu Ilahi, yang secara tidak salah telah ditegaskan dalam Perintah Pertama dari Sepuluh Perintah Allah, yang tidak akan menyatakan bahwa keragaman agama adalah kehendak Tuhan."

Dalam komentarnya kepada LifeSiteNews, Prof.Seifert sangat mengkritik keras pernyataan kontroversial dari dokumen Abu Dhabi. Klaim bahwa "keragaman agama" adalah "dikehendaki oleh Allah," katanya, berarti "penolakan terhadap Iman Kristen: Bagaimana Allah dapat menjanjikan keselamatan kekal melalui Iman kepada Yesus Kristus dan kemudian, sejak masa Penciptaan, juga menjanjikan keselamatan kekal kepada mereka yang menolak Iman ini?"

"Bagaimana Kristus bisa mengutus kita untuk pergi ke seluruh dunia untuk mengajarkan Injil kepada semua bangsa dan membaptis mereka, tetapi pada saat yang sama Kristus juga menghendaki orang yang menolak Injil dan Pembaptisan?" Seifert bertanya lebih lanjut. Dalam pandangannya, dengan klaim ini, dokumen itu "secara langsung menolak klaim absolut Gereja atas kebenaran," dan dengan ini pernyataan Francis telah menyimpang dari "seluruh isi Credo (karena setiap kalimat dari Credo juga bertentangan dengan kepercayaan banyak golongan lain), semua dogma Gereja, dan semua ajaran moralnya."

Profesor Seifert juga berkomentar tentang fakta bahwa Francis telah mengirim surat ke universitas-universitas Katolik untuk menyebarkan dokumen Abu Dhabi yang masih diperdebatkan ini. Terlepas dari kenyataan bahwa Uskup Schneider menerima dari Francis semacam koreksi tidak langsung dari pernyataan Abu Dhabi ini, tetapi “Francis jelas bukan saja tidak mau membatalkan pernyataannya ini, tetapi sekarang bahkan dia telah mengirimkannya ke semua universitas dengan permintaan untuk disebar-luaskan secara universal.”

Ini adalah bentuk “bidaah yang lebih dari semua bidaah, yang belum pernah terjadi sebelumnya,” Seifert menjelaskan, “untuk menyebarkan deklarasi yang tidak dirubah ini” bahwa agama-agama yang beragam memang dihendaki oleh Tuhan “tanpa pernyataan sekecil apa pun (dan, lebih lagi, tidak bisa meyakinkan kita) bahwa itu adalah kehendak Tuhan yang permisif."

Menurut Prof.Josef Seifert, pernyataan pribadi (seperti yang diberikan di hadapan Uskup Schneider) tidaklah cukup. Seifert mengatakan bahwa pernyataan yang dibacakan di depan publik itu telah menempatkan Paus "berada di luar Gereja dan Iman Kristiani secara umum, dan juga di luar nalar."

"Karena, bagaimana mungkin Tuhan akan bertindak kontradiktif dengan cara menghendaki hal-hal yang kontradiktif untuk terjadi secara bersamaan? Asumsi ini akan membuat Tuhan menjadi orang gila yang melanggar fondasi dari semua alasan - prinsip non-kontradiksi - dan yang menjadi relativist monumental, atau Tuhan yang kebingungan, yang tidak peduli dengan masalah apakah orang bersaksi tentang kebenaran atau tidak."

Profesor Seifert mengatakan bahwa umat Katolik memiliki tugas untuk membela kebenaran Katolik. "Menurut hukum kodrat, semua imam, kardinal, uskup, dan umat awam berkewajiban untuk memanggil Paus, untuk menolak kalimatnya itu [tentang keragaman agama yang dikehendaki Tuhan] atau mengundurkan diri sebagai Paus," katanya.




*****

Berikut ini adalah surat dari Pontifical Council for Interreligious Dialogue yang ditujukan kepada para profesor di Universitas-universitas:


Pontifical Council for Interreligious Dialogue
Vatican, 21 February 2019
Prot. N. 129-19

Rev. Father/ Rev. Sister/ Dear Professor,

The Holy Father has asked this Pontifical Council for Interreligious Dialogue to contribute to the widest possible dissemination of the Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together, which has been signed at Abu Dhabi, on 4 February, by the same Supreme Pontiff and by the Grand Imam of Al-Azhar.

Associated in this way with the announcement and promise that the signatories of this Document have enshrined, I wish to ask Your Eminence/ Excellency to facilitate the distribution, the study, and the reception, because: 

     […] the Catholic Church and Al-Azhar announce and pledge to convey this Document to authorities, influential leaders, persons of religion all over the world, appropriate regional and international organizations, organizations within civil society, religious institutions and leading thinkers. They further pledge to make known the principles contained in this Declaration at all regional and international levels, while requesting that these principles be translated into policies, decisions, legislative texts, courses of study and materials to be circulated. 

Al-Azhar and the Catholic Church ask that this Document become the object of research and reflection in all schools, universities and institutes of formation, thus helping to educate new generations to bring goodness and peace to others, and to be defenders everywhere of the rights of the oppressed and of the least of our brothers and sisters. 

The Pontifical Council will be grateful to you already now for any possible initiative, in the frame of this institution, which aims at the spreading of this Document.

For all good purposes, I allow myself to attach the Document in its two original languages – Italian and Arabic – while at the same time pointing out that other official translations are available on the official website of the Apostolic See: http://w2.vatican.va

I use this opportunity to assure you, with most distinguished feelings, of my cordial respect, 

Miguel Ángel AYUSO GUIXOT, M.



++++++++++++++++

Pernyataan bersama yang dibuat oleh Francis dengan Imam Besar Ahmad el-Tayeb di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019 lalu:

Pluralisme dan keragaman agama, warna kulit, jenis kelamin, ras, dan bahasa memang dikehendaki oleh Allah dalam kebijaksanaan-Nya, yang melaluinya Dia menciptakan manusia.



Dalam Kitab Injil kita bisa membaca dengan jelas:
Yoh 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.


No comments:

Post a Comment