Wednesday, March 6, 2019

PROPOSAL DI VATIKAN UNTUK MENGUBAH EKARISTI...



NEWSCATHOLIC CHURCHTue Mar 5, 2019 - 7:08 pm EST

PROPOSAL DI VATIKAN UNTUK MENGUBAH EKARISTI AKAN MENCIPTAKAN 'AGAMA BARU'


Diane Montagna

ROMA, 5 Maret 2019 (LifeSiteNews) - Para ahli termasuk Kardinal Raymond Burke dan Uskup Athanasius Schneider membunyikan alarm peringatan atas proposal mengejutkan di Vatikan yang berusaha untuk mempertimbangkan mengubah bahan baku dari Roti Ekaristi.

Langkah semacam itu, para kritikus memperingatkan, akan membatalkan keabsahan Sakramen Ekaristi dan, pada dasarnya, ia telah menciptakan sebuah "agama baru."

Teolog Yesuit, Pastor Francisco Taborda minggu lalu mengemukakan kemungkinan bahwa Sinode Amazon yang dijadwalkan berlangsung pada Oktober 2019 mendatang, mungkin mempertimbangkan untuk mengubah bahan baku dari roti Ekaristi, yang memungkinkan penggunaan bahan sayur-sayuran di Amerika Selatan yang disebut yuca, bukannya roti gandum.

Pastor Taborda mengatakan kepada Crux Crux pada 28 Februari bahwa masalah iklim dan inkulturasi menuntut perubahan ini. Kelembapan yang intens selama musim hujan di wilayah Amazon bisa mengubah hosti dari gandum menjadi semacam bubur yang pucat, katanya, sambil menambahkan bahwa "di Amazon, semua roti dibuat dari yuca," yaitu semak-semak asli dari Amerika Selatan dari mana tapioka berasal.

Taborda, seorang profesor teologi di universitas Jesuit di Belo Horizonte, Brasil, adalah pembicara utama pada sebuah seminar studi yang diadakan di Vatikan pada 25-27 Februari 2019, dalam persiapan untuk sinode Oktober 2019 tentang “Amazonia: Jalan Baru bagi Gereja dan bagi Ekologi Integral."

Tokoh penting dalam seminar dua hari itu termasuk Kardinal Italia Lorenzo Baldisseri, sekretaris jenderal Sinode Para Uskup, dan Kardinal Brasil Claudio Hummes, seorang pendukung utama para imam yang menikah dalam Ritus Latin. Juga hadir disitu adalah presiden konferensi para uskup Pan-Amazonian dan “wali gereja dan pakar” lainnya dari Amazonia dan wilayah geografis lainnya.

Sementara itu pastor Taborda mengakui bahwa perubahan pada bahan baku Ekaristi adalah "pertanyaan yang sangat kompleks," katanya. Dia percaya bahwa hal itu harus diputuskan oleh para uskup lokal.

Yucarist (Ekaristi dari bahan baku semak yuca):  Sebuah agama baru

LifeSite mendatangi sejumlah teolog dan pejabat gerejawi terkemuka untuk bertanya kepada mereka: apakah perubahan semacam itu akan mungkin terjadi? Mereka menjawab dengan suara bulat dan keras bahwa hal itu adalah tidak mungkin.

"Akan sangat tidak pantas bagi Sinode di Amazon untuk membahas perubahan bahan baku Ekaristi Kudus," kata Kardinal Burke kepada LifeSite. “Untuk menyimpang dari penggunaan apa yang selalu menjadi bahan baku bagi Sakramen Ekaristi Kudus, hal itu memiliki implikasi yang paling buruk,” katanya.

“Ini adalah benar-benar mustahil, karena ia bertentangan dengan hukum ilahi yang diberikan Tuhan kepada kita,” kata Uskup Athanasius Schneider, uskup pembantu di Astana, menanggapi perubahan yang diusulkan. "Merayakan Ekaristi dengan memakai bahan baku semak yuca berarti memperkenalkan semacam agama baru."

Pastor John Saward, peneliti senior di Blackfriars Hall, University of Oxford, mengatakan bahwa mengganti roti gandum dengan yuca akan bertentangan dengan saksi Tradisi, St. Thomas Aquinas, dan Kode Hukum Canon.

Seorang teolog terkemuka, berbicara, dengan syarat anonim, mengatakan kepada LifeSite:

Jika Paus tetap maju dengan mengijinkan hal ini, dengan alasan "pengembangan doktrin," maka dengan demikian dia membantu dan bersekongkol dengan para teolog heterodoks (kaum modernis) di Roma (atau Brasil atau Jerman atau di mana pun) yang mengusulkan hal itu, maka berarti dia akan mengizinkan perubahan dari substansi Sakramen, sebagaimana telah ditentukan oleh tindakan Kristus, Tuhan kita, pada Perjamuan Malam Terakhir. “Misa” yang dirayakan dengan roti dari bahan “yuca” bukanlah Misa; tidak akan ada Kehadiran Nyata Yesus Kristus disitu dan tidak ada Kurban Kristus disitu.

Para teolog dan wali gereja terkemuka keberatan

Kami meminta kepada para otoritas ini untuk menjelaskan secara lebih rinci mengapa perubahan seperti itu tidak mungkin terjadi. Kardinal Burke menjelaskan bahwa "menurut Iman Gereja Roma, bahan baku Sakramen Ekaristi Kudus adalah roti gandum dan anggur alami."

"Jika ada bahan lain yang digunakan, Sakramen Ekaristi Kudus itu tidaklah sah," katanya.
Kardinal Burke mencatat bahwa “kebiasaan kuno Gereja, yang menurutnya hanya roti gandum saja yang boleh digunakan untuk Kurban Ekaristi, dikukuhkan pada Konsili Florence (Bull of Union dengan the Armenians Exsultate Deo, 22 November 1439).”

“Soal bahan baku sakramen adalah untuk menghormati apa yang diajarkan dalam Kitab Suci,” Kardinal Burke menjelaskan. “Kalimat dalam pengesahan Ekaristi Kudus menetapkan bahwa Kristus mengambil roti gandum, bukan roti dari tepung jelai atau roti bentuk lainnya, pada Perjamuan Malam Terakhir dan mengubah substansi itu menjadi substansi Tubuh-Nya. Kata Yunani, artos, hampir selalu menandakan roti yang dibuat dari gandum."

Uskup Athanasius Schneider setuju dengan hal ini, dengan mengatakan, “Tuhan kita Yesus Kristus mengambil roti gandum dan anggur alami, dan Gereja telah secara konstan dan dalam pengertian yang sama mengajarkan selama lebih dari dua ribu tahun bahwa hanya roti gandum yang menjadi bahan bagi sakramen Ekaristi. Ini adalah pengajaran sempurna dari the Ordinary Universal Magisterium.” 

Uskup pembantu di Astana itu menambahkan bahwa Katekismus Konsili Trent menyatakan bahwa bahan untuk Ekaristi Kudus hanya roti yang dibuat dari gandum. Kalimat yang dihasilkan oleh Konsili itu berbunyi:

Namun, ada berbagai macam roti, baik karena ia terdiri dari bahan yang berbeda - seperti gandum, jelai, kacang-kacangan dan produk dari tanah lainnya; atau karena bahan-bahan itu memiliki kualitas yang berbeda - beberapa beragi, yang lain sama sekali tanpa ragi. Harus diperhatikan bahwa, sehubungan dengan jenis-jenis sebelumnya, perkataan dari Juruselamat menunjukkan bahwa roti harus berbahan dari gandum; karena, menurut penggunaan umum, ketika kita hanya mengatakan roti saja, kita cukup mengerti bahwa itu berarti roti yang dibuat dari gandum. Ini juga dinyatakan oleh seorang tokoh dalam Perjanjian Lama, karena Tuhan memerintahkan agar roti-roti persembahan, yang melambangkan Sakramen ini, harus terbuat dari tepung yang halus.

Karena itu ia berpendapat bahwa “untuk mengubah bahan Ekaristi dari roti gandum kepada jenis lain, sama dengan menciptakan sakramen baru, yang asing dan berbeda dari yang dilakukan oleh Tuhan kita, yang telah dipelihara secara menetap dan tidak berubah oleh tradisi selama dua milenium dalam seluruh Gereja di Timur dan Barat."

"Untuk merayakan Ekaristi dengan memakai bahan yuca, berarti memperkenalkan semacam agama baru," Schneider berpendapat. “Jika mereka memperkenalkan yuca sebagai bahan bagi Ekaristi, maka hal itu tidak akan lagi menjadi sakramen agama Katolik. Itu akan menjadi agama Amazon baru dengan hiasan Katolik, tetapi itu tidak akan lagi menjadi Sakramen Ekaristi dari Gereja Katolik yang Apostolik.”

Uskup Schneider juga mengatakan:

Konsili Trent, Paus Pius XII dan Yohanes Paulus II,  mengajarkan bahwa Gereja tidak memiliki kuasa untuk mengubah bahan atau substansi sakramen ini. Gereja hanya dapat mengubah apa yang telah ditetapkan oleh Gereja sendiri. Dan Gereja tidaklah ikut serta menetapkan masalah Ekaristi. Ekaristi itu ditetapkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus sendiri, yang juga menetapkan bahwa air adalah menjadi bahan bagi Pembaptisan.

LifeSite juga meminta teolog dan penulis Inggris yang sangat dihormati, Pastor John Saward, untuk menjelaskan mengapa tidak mungkin untuk memperkenalkan perubahan dalam masalah bahan baku Ekaristi. Dia berkata:

Saksi Tradisi adalah sangat jelas: satu-satunya bahan baku bagi roti Ekaristi yang valid adalah roti gandum (panis triticeus). Ini adalah ajaran Konsili Florence dan dikuatkan oleh St Thomas dalam risalahnya tentang Ekaristi di dalam buku Summa: “Kami percaya bahwa Kristus menggunakan roti jenis ini ketika Dia menetapkan Ekaristi” (3a q. 74, a 3). "Tanpa roti gandum," St Thomas melanjutkan dengan mengatakan, "Sakramen itu adalah tidak sah." (sine quo non perficitur sacramentum) (3a q. 74, a. 4).

"Kode 1983 juga tidak bersikap ambigu dalam hal ini: 'Roti (Ekaristi) harus dibuat dari gandum saja' (can. 924/2)," tambahnya.

Pastor Saward berpendapat bahwa gagasan yang kabur tentang "pengembangan doktrin" paus Francis tidak dapat digunakan untuk membenarkan adanya perpecahan dari Tradisi Suci. Batas-batas perkembangan seperti itu, katanya, dengan hati-hati ditetapkan oleh Konsili Vatikan Pertama: “Makna dari dogma-dogma kudus itu senantiasa dipertahankan, yang telah dinyatakan oleh Bunda Gereja Kudus kita, dan tidak boleh ada penyimpangan dari makna itu dengan alasan yang tidak jelas dan demi alasan pemahaman yang lebih mendalam.”(Konstitusi Dogmatik Dei Filius tentang Iman Katolik, bab 4).

Teolog Inggris itu mencatat bahwa “Beato John Henry Newman menyatakan hal yang sama dengan cara ini: 'Tidak ada yang didefinisikan atau ditentukan Gereja, tetapi jika ada seorang Rasul ditanya, dia akan sepenuhnya mampu menjawab dan akan menjawab.' (Surat kepada Flannigan). Dengan kata lain, jika Anda bertanya kepada St. Petrus, ‘Apa satu-satunya bahan baku Ekaristi yang sah?’ Maka pastilah dia akan menjawab: ‘Roti gandum.’

Pastor Saward juga mengamati bahwa, belakangan ini, Kongregasi untuk Ajaran Iman telah  menegaskan bahwa para imam yang sakit maag tetap "harus mengkonsekrasikan dan mengonsumsi roti altar yang terbuat dari gandum, meski jika kandungan glutennya dikurangi."

Pada tahun 2017, pada kenyataannya, Kongregasi untuk Ibadah Ilahi dan Disiplin Sakramen juga mengeluarkan pedoman pedoman bagi para uskup tentang roti dan anggur yang akan digunakan untuk Ekaristi Kudus.

Pertanyaan serius diajukan

Karena semua alasan ini, Kardinal Burke telah mengatakan, “… akan sepenuhnya tidak pantas bagi Sinode di Amazon untuk membahas perubahan atas bahan baku dari roti Ekaristi Kudus.”

“Sebab tindakan itu akan menunjukkan keraguan terhadap Tradisi yang tak pernah putus dengan apa Ekaristi Kudus selalu menjadi tindakan Kristus di tengah-tengah kita, dan pada kenyataannya, Ekaristi adalah  manifestasi tertinggi dan paling sempurna dari Kehadiran Kristus bersama kita,” tambahnya.

"Perbuatan yang menyimpang dari penggunaan apa yang selalu menjadi bahan baku dari Sakramen Ekaristi Kudus akan memiliki implikasi yang paling buruk."

Kardinal Burka juga menambahkan: "Orang bertanya-tanya mengapa, setelah berabad-abad perayaan Ekaristi Kudus dilaksanakan di Amazon, sekarang ada begitu banyak kesulitan seputar penggunaan roti gandum dalam Hosti."

"Ada sesuatu yang lebih besar yang terlibat disini daripada sekedar masalah bagaimana menjaga Hosti tetap segar," Cardinal Burke mengamati. "Penggunaan beberapa makanan lokal, yang bentuknya seperti roti, tetapi bukan jenis roti yang digunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir, hal ini mencerminkan adanya pandangan duniawi terhadap Ekaristi Kudus, di mana Ekaristi Kudus hanya sebagai tindakan komunitas yang mengumpulkan orang-orang, bukannya tindakan Kristus yang mengumpulkan orang-orang."

Jika, seperti yang disarankan oleh pihak berwenang ini, usulan untuk mengubah bahan baku Ekaristi dari roti gandum menjadi yuca sampai dilaksanakan, maka hal ini merupakan penyesatan yang jelas dan nyata dari Iman Katolik. Kemudian akan muncul pertanyaan: Haruskah seorang uskup ortodoks menolak untuk berpartisipasi dalam Sinode Amazon seperti itu, jika perubahan bahan baku bagi Ekaristi berada dalam agendanya?

No comments:

Post a Comment