GURITA – MULAILAH MEMUTUS TENTAKEL-TENTAKELNYA
September 25, 2018
Ketika
uskup agung Viganò merilis kesaksian eksplosifnya bulan lalu - dan sekarang dia
bersembunyi karena takut akan keselamatan
nyawanya - dia dengan tepat telah menggambarkan jaringan homoseksual di dalam Gereja
sebagai gurita raksasa dengan tentakel di mana-mana untuk mencekik kehidupan Gereja.
Kata-katanya
yang tepat menyatakan bahwa jaringan homoseksual "bertindak di bawah
penyembunyian kerahasiaan dan tinggal bersama kekuatan tentakel-tentakel
gurita, dan mencekik para korban yang tidak bersalah serta panggilan hidup imamat,
dan ia sedang mencekik seluruh Gereja."
Tentakel-tentakel,
adalah kata yang baik bagi uskup agung untuk digunakan, karena kata itu tepat
menggambarkan aspek multi-dimensi untuk menggambarkan horor ini.
Salah
satu bidang utama dari semua masalah ini adalah cara para pemuda direkrut dan
ditangani oleh berbagai keuskupan di Amerika Serikat – dan dalam banyak kasus,
budaya homoseksual sering telah mendominasi dan dalam beberapa kasus ia juga menjadi
ancaman bagi panggilan kepada hidup bakti yang sebenarnya.
Untuk
lebih memahami tentakel yang menjangkau ke berbagai keuskupan di Amerika
Serikat dan kemudian kepada kehidupan seminari, perlu bagi kita untuk memahami
berbagai bentuk yang dapat dilakukan.
Budaya
homoseksual di dalam keuskupan - yaitu, para klerus yang bertindak sebagai
mafia dalam melindungi satu sama lain dan kemudian mempromosikan laki-laki
"gay" yang tepat kedalam seminari, dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Pertama,
bisa saja misalnya, di mana beberapa seminaris sendiri secara aktif berteman satu
sama lain - terlepas dari pengetahuan atau dorongan dari keuskupan yang
mensponsori mereka.
Kedua,
bisa jadi di mana iklim keramahan-gay telah dipupuk oleh kepala diosesan
bersama dengan beberapa klerus lainnya, termasuk seorang uskup, orang yang mungkin
memiliki kebijaksanaan atau menentukan pembentukan calon imam di keuskupannya.
Ketiga,
dapat ditemukan di beberapa fakultas atau staf seminari, yang memberikan
semacam persetujuan diam-diam untuk melestarikan ‘subkultur gay.’ Lingkungan
ini dapat sangat merugikan para seminaris yang non-gay, terutama ketika sifat
atau kecenderungan gay yang jelas telah mendominasi rumah pembentukan imam-imam
itu; atau yang keempat, kombinasi dari tiga poin pertama atau semua hal di
atas.
Inilah
bahayanya jika seorang imam homoseksual seperti Thomas Rosica, seorang pembicara
yang ‘laris’ di banyak keuskupan dan seminari di AS, atau seorang pastor James
Martin dibiarkan muncul dan memberikan ceramah kepada para imam dan seminaris
diosesan di berbagai lembaga "Katolik".
Mereka
tidak harus secara langsung mendorong kegiatan (dosa) tertentu, mereka hanya
meruntuhkan katolisitas tradisional dengan cara-cara yang kecil dan halus dalam
pembicaraan mereka, yang tentu saja hal ini membantu menyumbangkan pemikiran
tentang apa yang disebut "keramahan gay". Mereka seharusnya tidak diijinkan
berbicara kepada pikiran kaum muda.
Kemudian,
ada contoh lain di mana ada orang yang terlibat dalam proses pembentukan kaum remaja
putra yang dipanggil untuk memasuki ordo-ordo, ternyata orang itu adalah orang yang
aktif gay dan terlibat dalam aktivitas seksual dengan beberapa seminaris yang,
sebagian besar, adalah peserta yang memang bersedia.
Lalu
ada beberapa kasus dimana beberapa imam berusaha memaksa para seminaris non-gay
yang mereka anggap menarik dan ingin mendaftar di jajaran mereka. Para
seminaris ini adalah korban-korban langsung, dan sering kali menerima perlakuan
pelecehan fisik dan penyerangan, belum lagi pelecehan spiritual, kebingungan,
dan potensi kehilangan semangat panggilan yang diberikan oleh Allah Yang
Mahakuasa kepada mereka.
Kemudian
ada juga kasus-kasus di mana suatu lingkungan di suatu keuskupan atau seminari
yang begitu terang-terangan melaksanakan kegiatan homoseksual, sehingga para
seminaris-seminaris gay disitu merasakan semacam ‘kebebasan penuh’ untuk melampiaskan
gaya hidup gay mereka kepada para seminaris non-gay atau para pemuda polos yang
menyadari sebuah panggilan suci kepada Gereja, dengan cara mengisolasi mereka
di satu sisi, atau dalam beberapa kasus, bahkan mengejar mereka secara fisik.
Kemudian
ada lagi sebuah jenis tentakel, tentakel gay dari keuskupan-ke-seminari yang
sama sekali berbeda, yang pertama kali diungkapkan oleh Church Militant dalam laporan
eksklusif kami bulan lalu tentang ‘pipa-penyalur’ dari Amerika Selatan yang
menyalurkan para pria homoseksual ke keuskupan-keuskupan di AS dan kemudian ke
seminari-seminari.
Yang
kami tampilkan disitu berfokus pada penyelidikan yang mengungkapkan bahwa imam-imam
homoseksual dan para direktur kehidupan-panggilan dari berbagai Keuskupan
Pantai Timur Amerika Serikat, secara diam-diam mendaftarkan para pria gay dari Kolombia
ke sejumlah seminari, termasuk Holy
Apostles Seminary
di Cornwall, Connecticut.
Kasus
Ini muncul dalam sebuah penyelidikan Gereja pada tahun 2012, dan kita bisa mengatakan
bahwa Seminari Holy
Apostles
segera membersihkan rumah mereka
setelah kebusukan itu ditemukan. Apa yang ditemukan oleh penyelidikan itu
adalah bahwa para pria muda ini adalah kaum gay aktiv dan dalam beberapa kasus mereka
juga "dibuat prasmanan" di antara berbagai klerus diosesan.
Sekarang,
untuk mulai memutuskan tentakel atau lengan gurita homoseksualitas yang mencekik
Gereja itu, maka perlu bagi kita untuk mulai menyebutkan nama.
Jadi
itulah yang akan mulai kita lakukan di sini.
Keuskupan
agung Hartford di bawah pimpinan Uskup Agung Henry Mansell adalah peserta paling
jahat dalam kejahatan ini.
Hari
ini, Pastor James Shanley adalah vikaris episkopal Keuskupan Agung Hartford.
Para
mantan seminaris disana telah menyatakan bahwa penyelidikan internal itu menunjuk
langsung kepada pastor Shanley, antara lain, dan Church Militan akan mengungkapkan lebih banyak lagi tentang orang-orang
ini dalam beberapa hari mendatang.
Pastor
Shanley adalah "direktur (penasihat) rohani" bagi beberapa seminaris
dari Keuskupan Agung Hartford yang kemudian dikeluarkan dari Seminari Holy Apostles karena terlibat dalam
aktivitas homoseksual sebagai hasil dari penyelidikan tahun 2012. Para mantan
seminaris sejak saat itu, tahun 2012, telah menyatakan bahwa pastor Shanley
memiliki hubungan yang dekat dan intim dengan sejumlah seminaris dari Keuskupan
Agung Hartford.
Dalam
perannya, kata beberapa orang seminaris, pastor Shanley memiliki sejumlah
hubungan homoseksual dengan berbagai imam diosesan (termasuk direktur-panggilan
saat itu) dan seminaris dalam keuskupan agung Hartford dimana hal itu masih sedang
berlangsung.
Para
mantan seminaris mengatakan kepada Church
Militant bahwa semua kasus ini
ada dalam halaman-halaman dari laporan internal yang dibagikan kepada berbagai
uskup.
Pastor
Shanley juga mengetahui adanya hubungan homoseksual di antara para seminaris
yang kemudian ditahbiskan sebagai imam untuk keuskupan agung Hartford.
Dalam
apa yang disebut "arahan spiritual" bagi para seminaris, pastor
Shanley selalu menyarankan agar orang itu berhati-hati dan menjaga tingkat
kerahasiaan dari hubungan homoseksual mereka satu sama lain.
Pastor
Shanley juga diketahui sering menghadiri "pesta seks" di mana para
seminaris dan imam diosesan berkumpul bersama. Pesta sex ini sering dilakukan di
berbagai properti yang dimiliki oleh Keuskupan Agung Hartford, dan para mantan
seminaris memberi tahu kita bahwa semua ini, lagi-lagi, telah ada di dalam
laporan tindak lanjut penyelidikan pada seminari Holy
Apostles.
Sekarang,
sekali lagi, berbagai otoritas Gereja - para uskup dan jajarannya - telah diberitahu
akan kejahatan ini, dan sampai saat ini pastor Shanley adalah bagian dari
jaringan homoseksual yang luas, yang memiliki akses tak terbatas ke
lorong-lorong kekuasaan di dalam Gereja dan kepada orang-orang muda yang menyadari
panggilan mereka kepada hidup bakti imamat.
Sebagai
catatan terakhir, hanya beberapa minggu yang lalu, pastor Shanley menghadiri presentasi
yang diberikan oleh pastor James Martin di Universitas St. Joseph di Connecticut
di mana pastor Shanley memberikan tepuk tangan meriah setelah pidato oleh
pastor James Martin.
Beginilah
jaringan homoseksual di dalam Gereja bekerja – yang juga diungkapkan oleh uskup
agung Viganò, yang saat ini sedang bersembunyi entah dimana. Mereka saling mempromosikan
dan bertepuk tangan satu sama lain, mereka saling menutupi dan, selama mereka
tidak menyentuh anak di bawah umur, mereka benar-benar tidak merasa bersalah dan
tidak perlu bertanggung jawab.
Kebusukan
ini harus dibasmi dan diseret ke dalam terangnya siang hari.
Berdoalah Rosario bagi Gereja,
umat Katolik yang setia - setiap hari, dengan intensi khusus untuk pembebasan
dan kemuliaan Bunda Gereja agar ia dibebaskan dari gurita ini.
No comments:
Post a Comment