Thursday, September 27, 2018

BIARLAH PENGADILAN BERTINDAK





BIARLAH PENGADILAN BERTINDAK

Church Militant  •  ChurchMilitant.com  •  September 24, 2018   

Perhatian hendaknya juga diberikan kepada para seminaris dan biarawati yang menjadi korban pelecehan sexual yang selama ini kurang mendapat perhatian dari media


By Gene Thomas Gomulka

Krisis pelecehan seksual yang saat ini sedang banyak dibahas di media telah menarik perhatian khalayak pada masalah predasi homoseksual di dalam Gereja Katolik, di mana sekitar 80 persen korban pelecehan seksual adalah remaja laki-laki - tidak seperti yang terjadi di masyarakat umum, dimana 82 persen korban pelecehan seksual adalah wanita di bawah 18 tahun. Dalam upaya untuk menyembunyikan persentase homoseksual yang tinggi di dalam lingkup keuskupan dan imamat, para pemimpin Gereja sering menyalahkan adanya sikap "klerikalisme," sementara para pendukung LGBT akan salah mengartikannya dengan menganggap hal itu sebagai masalah "pedofilia" belaka, meskipun "kurang dari empat persen" dari imam yang melakukan pelecehan adalah benar-benar pedofil.

Meski masalah pelecehan sex oleh klerus melibatkan remaja laki-laki dianggap serius, tetapi perhatian juga perlu difokuskan pada pelecehan sex terhadap para seminaris dan biarawati yang telah menerima sedikit perhatian dari media. Di masa lalu, ketika seorang seminaris atau biarawati mengeluh bahwa dirinya dilecehkan secara sexual oleh seorang uskup atau imam, sering kali korban pelecehan itu yang diminta untuk pergi atau menjalani evaluasi psikologi karena dianggap mengalami kelainan homofobik, karena banyak seminaris yang disiksa oleh rekan seminarisnya, oleh imam atau bahkan uskupnya. Pelajaran yang dapat diperoleh dari pengalaman ini adalah bahwa para korban pelecehan, termasuk seminaris dan biarawati, seharusnya tidak melaporkan pelecehan mereka kepada pejabat Gereja, tetapi lebih kepada otoritas sipil.

21 September 2018 penangkapan Uskup dari India, Franco Mulakkal dari Jullundur, oleh polisi Kerala, dianggap lebih penting daripada perhatian yang samar yang diberikan oleh media. Setelah tiga hari menjalani interogasi di Kochi, uskup Franco Mulakkal ditangkap atas tuduhan bahwa dia memperkosa seorang biarawati berulang kali selama dua tahun. Fakta bahwa ada uskup  dipenjara dan dibawa ke pengadilan sehari setelah penangkapannya, memberi pesan peringatan kepada Paus Fransiskus dan Vatikan: Karena otoritas Gereja telah gagal mendisiplinkan klerus yang bersalah atas perilaku kriminal, maka negara akan memastikan bahwa keadilan dilaksanakan atas nama korban pemerkosaan, pelecehan seksual dan kejahatan lainnya.


Karena otoritas Gereja telah gagal dalam mendisiplinkan klerus yang bersalah atas perilaku kriminal, maka negara akan memastikan bahwa keadilan dilaksanakan atas nama korban perkosaan, pelecehan seksual, dan kejahatan lainnya. Tweet

Pada tahun 1990-an, beberapa laporan disampaikan ke Vatikan oleh para anggota senior dari ordo-ordo religius perempuan yang menyatakan bahwa pelecehan seksual terhadap biarawati oleh para imam dan uskup, termasuk perkosaan, adalah masalah serius, terutama di Afrika dan bagian lain dari negara berkembang. Pada tahun 1994, almarhum Sr. Maura O'Donohue menulis laporan terperinci tentang penelitian enam-tahun, di 23-negara, yang menemukan fakta betapa ada 29 biarawati telah dihamili dalam satu kongregasi. Sayangnya, bukannya menyelidiki klaim-klaim ini dan mendisiplinkan pihak-pihak yang bersalah, tetapi Vatikan sering mengirim laporan itu kembali kepada para klerus yang bertanggung jawab atas kejahatan tersebut.

Pada bulan April 2001, Parlemen Eropa menerima sebuah resolusi ("Tanggung jawab Vatikan Menyangkut Pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh Imam Katolik") yang mengutuk Vatikan karena pelanggaran hak asasi perempuan oleh imam-imam dan uskup-uskup dan menyerukan kepada Roma agar "para pelaku kejahatan itu ditangkap dan diserahkan ke pengadilan."

Rincian yang baru saja bocor bulan ini ke media dari laporan yang disiapkan oleh Konferensi Uskup Jerman yang mendokumentasikan bahwa hampir 3.700 anak di Jerman sendiri telah dilecehkan secara sexual antara tahun 1946 dan 2014. Sejauh ini banyak kasus pelecehan sexual yang diketahui oleh para pejabat Gereja ditutup-tutupi. dan tidak pernah dilaporkan kepada otoritas sipil. Menteri Kehakiman Jerman Katarina Barley mendesak para pemimpin Gereja untuk "mengambil tanggung jawab selama beberapa dekade penyembunyian, menutup-nutupi dan menyangkal kasus-kasus itu" dan untuk bekerja sama dengan jaksa negara untuk membawa setiap kasus yang diketahui ke pengadilan.

Karena kegagalan di pihak pemimpin Gereja untuk bahkan (menolak) bertemu dengan para korban pelecehan seksual, komisaris independen untuk masalah pelecehan seks anak, Johannes-Wilhelm Roerig, merekomendasikan agar otoritas negara melangkah maju untuk menjernihkan kejahatan dan memastikan korban mendapatkan akses kepada file-file Gereja dan memperoleh kompensasi. Berbicara dengan seorang wartawan dari Süddeutsche Zeitung, dia mengatakan: negara "memiliki kewajiban mengurus semua anak, termasuk mereka yang berada dalam perawatan Gereja."


Sudah jelas inilah waktu bagi pengadilan untuk mengintervensi dan menempatkan para uskup dan imam yang bersalah itu di balik jeruji besi, tidak hanya bagi apa yang telah mereka lakukan, tetapi juga atas apa yang gagal mereka lakukan. Tweet

Cardinal dari Chili, Ricardo Ezzati dari Santiago de Chile, baru-baru ini dipanggil oleh pihak berwenang setempat untuk bersaksi setelah dia dituduh gagal menangani tuduhan pelecehan seksual. Pihak berwenang sedang menyelidiki tuduhan jaringan imam yang menyebut diri mereka "Keluarga" yang dituduh terlibat dalam tindakan pelecehan, prostitusi dan homoseksualitas.

Menyusul dirilisnya laporan grand jury Pennsylvania dari delapan keuskupan di Pennsylvania, di mana ada sekitar 430 imam yang dituduh melakukan pelecehan dan penyiksaan sexual kepada lebih dari 1.000 orang muda, sembilan negara bagian lainnya kini telah mengumumkan rencana mereka untuk menyelidiki catatan keuskupan yang melibatkan pelecehan seksual kepada anak-anak di bawah umur.

Dengan beberapa penyelidikan yang sedang berlangsung di Amerika Serikat, Jerman dan Chili, apakah Paus Francis tidak takut bahwa jika dia akan kembali ke negara asalnya, Argentina, dia mungkin akan dipanggil untuk menjawab tuduhan-tuduhan bahwa dirinya telah menutup-nutupi pelecehan seks yang dia klaim "tidak pernah ada" dalam Keuskupan agung Buenos Aires yang memiliki 2,5 juta umat? Jika Paus tidak mau mendisiplinkan para uskup dan imam atas perilaku kasar yang dia dan uskup-uskup lainnya tutupi; jika dia dan rekan-rekan uskupnya tidak bersedia melindungi para seminaris dan biarawati agar tidak dimangsa oleh para uskup dan imam; maka jelaslah saatnya bagi pengadilan untuk campur tangan dan menempatkan para uskup dan imam yang bersalah itu di balik jeruji besi, tidak hanya untuk apa yang telah mereka lakukan, tetapi juga untuk apa yang telah gagal mereka lakukan.

Gene Thomas Gomulka is a retired Navy (captain) Chaplain in Coronado, California who was a priest (monsignor) of the Altoona-Johnstown diocese and who served on active duty at Marine Corps and Navy commands for over 24 years until his retirement in 2004.


No comments:

Post a Comment