ACTION
PLAN BAGI
UMAT AWAM DI SAAT YANG GELAP SEKARANG
Paus masih juga tidak bersedia memberikan jawaban bagi kita.
Apakah kita benar-benar membutuhkannya pada titik ini?
Uskup-uskup yang telah dipromosikan oleh paus, ramai-ramai membela
dia dan terus membelokkan perhatian publik dari dia dan kelompoknya. Dan apa
yang kita lakukan sebagai umat yang setia kepada Kristus? Kita duduk, kita
khawatir, kita merenung, kita berdoa.
Apa ini cukup?
Menghadapi hierarki yang menutupi diri mereka dan sekutu
mereka di tengah skandal ini, serta para klerus yang lebih rendah tak memiliki kekuatan
untuk melakukan perubahan dalam suasana kepausan saat ini, para pemimpin Gereja
kita tetap bersikap statis. Tampaknya Gereja, seperti anggotanya yang awam,
sebagai sebuah institusi (dengan sikap polos dan penuh rasa bersalah), hanya terhenti,
sambil menunggu agar perubahan terjadi pada seorang paus yang tidak memberikan
indikasi untuk melakukan perubahan dan reformasi, tidak ada indikasi untuk mengakui
kesalahannya, tidak ada indikasi untuk mengundurkan diri.
Jangan lupa apa yang menyulut semua ini: pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, remaja, dan orang dewasa,
oleh para klerus dan terus menerus ditutup-tutupi dari tingkat terendah hingga
tertinggi Gereja. Para korban ini menyerukan agar kita menghentikan sikap statis,
bahkan ketika sudah jelas bahwa Francis dan kelompoknya tidak berniat untuk
melakukan tindakan apapun demi kepentingan orang lain, kecuali demi kepentingan
kelompok mereka sendiri.
Seruan untuk menegakkan keadilan dan tindakan demi
kepentingan para kurban sangat keras. Kita semua telah mendengarnya.
Kita harus bertindak. Namun apa yang bisa kita lakukan
sebagai umat awam?
Doa dan Silih
Sementara paus menyerukan keheningan dan
doa, tetapi hal itu bukanlah apa yang ingin saya bicarakan di sini, juga
bukan apa yang kita butuhkan saat ini.
Padre Pio berkata, “Doa adalah senjata terbaik yang kita
miliki.” Ini adalah percakapan langsung kita dengan Tuhan. Ya, kita sudah
berdoa untuk para korban. Tetapi penekanan pada penyatuan doa ke dalam
kehidupan sehari-hari anda, seperti apa yang diajarkan oleh Benediktus Nursia,
membuat segala sesuatu yang kita lakukan merupakan tindakan silih bagi orang
yang dilecehkan dan menjadi korban. Mempersembahkan sedikit penderitaan harian,
atau silih, adalah suatu bentuk doa. Tuhan kita Yesus Kristus menyatukan
penderitaan kita secara kekal dengan penderitaan-Nya di kayu salib untuk
keselamatan jiwa kita. Dengan berdoa dan mempersembahkan doa-doa kita sebagai silih,
kita menyatukan penderitaan para korban dengan penderitaan kita yang lebih tingan,
dan kita mempersembahkan semua itu kepada Yesus Kristus, dimana hanya Dia sendiri
yang dapat menebus Gereja-Nya.
Tolaklah modernisme (sebanyak mungkin)
Saya mengusulkan tindakan ini dengan butiran garam, ketika saya
menggunakan laptop saya untuk menulis ini. Kita semua tidak bisa menjadi rahib
dalam sebuah biara yang tertutup, dan melepaskan semua kehidupan modern
sepenuhnya. Tetapi apa yang bisa kita lakukan adalah menolak modernitas yang
dipaksakan kepada kita oleh masyarakat sekuler. Ada perbedaan antara penggunaan
telepon seluler (untuk perbandingan) dan membengkokkan ajaran moral Katolik sesuai
dengan tuntutan sosial pada masalah penggunaan kontrasepsi, misalnya.
Menolak modernisme di sini tidak berarti diam-diam mengikuti
ajaran Gereja dalam masalah itu. Sebaliknya, hal itu mengharuskan kita untuk
secara aktif berpegang pada senjata kita dan berdiri membela sikap dan pendirian
Gereja, tidak peduli meski para pemimpin merendahkan ajaran Gereja. Tetap menjadi
suara Gereja Yesus Kristus meski masyarakat luas akan menyebut anda gila karena
inilah yang dimaksud dengan kesucian.
Apa hubungannya dengan skandal yang terjadi ini? Di sebuah dunia
di mana paus sedang menyakiti Gereja sejak jauh hari sebelum skandal saat ini
muncul, di mana dia telah merongrong Gereja (dengan mempromosikan penerimaan
Komuni Kudus secara sakrilegi oleh para pezina, misalnya), maka menjadi pembela
iman dan doktrin adalah sangat penting bagi umat awam. Hal ini terutama benar
mengingat terjadinya skandal ini: ketika kepemimpinan Gereja dituding sebagai
pelaku ketidakadilan terhadap umat, maka Gereja akan menuntut munculnya para pembela
iman yang teguh dan suci untuk maju ke depan.
Kembali kepada akar-akar kita
Ketika seorang anak terluka, tersakiti, takut, atau khawatir,
ke mana dia pergi untuk mendapatkan kenyamanan? Kepada pelukan orang tuanya,
tentu. Maka umat dalam Gereja perlu berlari kepada pelukan Bapa kita, Yesus
Kristus, dan Ibu (Nya) kita, Perawan Maria Yang Terberkati. Kita harus kembali
kepada akar-akar kita, asal kita - yaitu, Keluarga Kudus kita. Seperti dalam
perumpamaan anak yang hilang, Yesus Kristus, berperan sebagai ayah, menyambut
kita dengan tangan terbuka, siap dan bersedia untuk menghibur kesedihan dan
luka-luka yang dialami oleh Gereja-Nya. Cara terbaik untuk mencari penghiburan
dari Tuhan adalah dengan kembali kepada dasar-dasar iman kita. Menghadiri Misa
harian secara teratur, melakukan adorasi Sakramen Mahakudus, dan secara teratur
mengaku dosa kepada seorang bapa pengakuan dalam Sakramen Rekonsiliasi adalah
cara luar biasa yang dapat kita manfaatkan untuk kembali kepada apa yang
membuat kita menjadi Katolik - dan dengan demikian kita mencari penghiburan yang
sangat kita butuhkan sebagai Gereja-Nya yang telah rusak, tetapi tidak sampai terpecah.
Selain itu, menghadiri Misa Latin tradisional akan mengembalikan kita kepada
akar-akar kita dengan membawa kita ke pada cara seperti yang dimaksudkan oleh para
Bapa Gereja awali untuk merayakan liturgi kudus. Kitab Wahyu menggambarkan
Perjamuan Anak Domba yang sangat mirip dengan cara Misa Latin tradisional
dirayakan setiap hari Minggu. Kita dapat ikut ambil bagian aktif dalam
Perjamuan ini, khususnya ketika menghadiri Misa Latin dari para leluhur (para
Bapa Gereja) kita.
Berani berbicara
Terakhir, menjadi anggota Gereja yang aktif dan vokal dapat
memperkuat pengantin perempuan Kristus yang lemah. Hal ini lebih dari sekedar menulis
surat kepada uskup kita, memohon mereka untuk berbicara. Marilah kita merebut
kembali tempat kita di dalam Gereja sebagai kekuatan pendorongnya. Hal ini
dimulai dengan kegiatan sehari-hari yang tampaknya biasa-biasa saja, dimana
kita dapat ambil bagian dalam paroki-paroki lokal kita. Jadilah pemimpin yang
kuat di paroki anda. Terlibat dalam kegiatan Gereja. Bergabunglah dengan dewan
dan komite di paroki anda dan di keuskupan anda. Jadilah dukungan yang
dibutuhkan bagi para korban di komunitas kita sendiri.
Kekuatan Gereja kita secara keseluruhan dimulai dari diri anda.
Hal itu dimulai di rumah.
Apa hubungannya semua ini dengan skandal yang kita hadapi sekarang?
Paus Fransiskus memanggil kita sebagai umat Katolik untuk menuntun Gereja
keluar dari skandal dimana dia sendiri tidak mau menghadapinya. Biarlah dia
begitu. Tetapi, beginilah cara kita menuntun Gereja.
Meskipun tanggapan oleh kepemimpinan Gereja belum ada sampai
sekarang, Paus Fransiskus dapat memperoleh apa yang dia minta. Dia memanggil
kita untuk membawa skandal ini ke tangan kita sendiri. Melalui kelambanan dan sikap
diamnya, dia mungkin secara tidak sengaja memprovokasi kita untuk melakukan hal
ini. Manfaatkanlah sikap Paus Fransiskus untuk apa yang anda inginkan, karena umat
beriman akan menjadi kekuatan yang dibutuhkan Gereja untuk mengatasi saat yang
gelap ini. Lakukanlah inisiatif-inisiatif ini - doa yang sungguh-sungguh;
keinginan untuk membela ajaran, tradisi, dan nilai-nilai luhur Gereja; dan
memungkinkan diri kita untuk memimpin Gereja kita di tingkat lokal kita -
mungkin hal ini tampak kecil, tetapi Tuhan menggerakkan gunung dengan tindakan
kecil kita.
Bunda Teresa mengatakannya dengan luar biasa: “Tidak semua
dari kita dapat melakukan hal-hal yang besar, tetapi kita dapat melakukan
hal-hal kecil dengan kasih yang besar.” Itulah yang dibutuhkan Gereja kita
sekarang. Itulah yang bisa kita lakukan.
No comments:
Post a Comment