Sunday, October 21, 2018

VORTEX - RENCANA SELAMA INI





VORTEX - RENCANA SELAMA INI
Hal Itu Sangat Jelas.


October 19, 2018 

Saya, Michael Voris, kembali menyapa Anda dari Roma, di mana kami di sini sedang meliput apa yang disebut sebagai Sinode Tentang Kaum Muda - dan di mana sinode ini menjadi semakin, bukan hanya jelas, tetapi sangat jelas, bahwa sinode ini bertujuan untuk membuat homoseks menjadi hal yang normal di dalam Gereja.

Kenyataannya, hal ini telah menjadi rencana selama ini, seperti yang ditunjukkan oleh Cdl, George Pell sejak Sinode Luar Biasa tahun 2014 tentang Keluarga.

Hendaknya Anda ingat Sinode pertama tentang Keluarga pada tahun 2014 dan kemudian sinode tahun berikutnya, sebagai tindak lanjutnya, adalah sinode yang menghasilkan seruan apostolik Amoris Laetitia dan semua kontroversi di kalangan para pesertanya mengenai boleh tidaknya umat Katolik yang bercerai dan menikah kembali secara sipil untuk menerima Komuni Kudus.

Kontroversi itu memunculkan kontroversi lebih lanjut yang berupa Dubia dari 4 orang kardinal,  dan Gereja sejak saat itu telah dan harus berjalan melalui berbagai pertentangan, sementara itu kelompok-kelompok umat yang bersikap ortodoks dan heterodoks semakin terbentuk, dimana pertentangan mereka berkisar pada isu-isu teologis. Namun yang mendasari semua ini adalah apa yang diidentifikasi oleh uskup agung ViganĂ² dengan benar sebagai "arus homoseksual" yang berada di dalam Gereja dan khususnya Vatikan. Segala sesuatu yang telah terjadi dalam pemerintahan paus Francis ini secara langsung mengarah kepada masalah homoseksualitas - bahkan termasuk Amoris Laetitia.

Pada tahun 2014, George Pell, kardinal Sydney, Australia, muncul di depan kamera dan mengatakan bahwa seluruh pertanyaan tentang umat Katolik yang bercerai dan yang menikah lagi secara sipil, tidak lebih adalah sebagai "kuda yang menguntit" – demikian istilah yang dipakainya - untuk melicinkan jalan bagi homoseksualitas agar diterima di dalam Gereja.

Bahkan tanpa mengubah ajaran - yang tidak dapat dilakukan – tetapi praktek dan sikap dapat berubah, seperti halnya pada ajaran tentang kontrasepsi.

Ajaran (tentang kontrasepsi), yang ditegaskan kembali oleh Paul VI pada tahun 1968, meskipun dalam istilah yang berbeda dari dua ribu tahun sebelumnya, tetapi ajaran itu tetap berada di sana dengan kuat, di samping semua ajaran lainnya, tetapi ajaran itu hampir sepenuhnya ditolak, diabaikan dan bahkan diejek dalam kehidupan sehari-hari dari mayoritas umat Katolik.

Penolakan terhadap ajaran Gereja dalam satu bidang seksualitas akan membuka pintu – atau seperti Kotak Pandora – bagi penolakan di bidang-bidang lainnya juga. Dan sejak tahun 1960-an, terjadi banjir pria homoseks yang masuk ke dalam profesi imamat, dan kemudian naiknya mereka ke dalam episkopat dan jajaran Dewan Kardinal telah menciptakan lingkungan di mana mereka merasa benar-benar mampu menegaskan keinginan bejat mereka dan memaksakan isu homosex ini muncul ke permukaan.

Dan bagi tujuan itulah sinode ini diadakan - dan memang, sinode ini hanya berbicara soal itu.

Dalam minggu-minggu menjelang sinode, Cdl. Baldisseri, misalnya, berkata bohong tentang adanya tindakan ‘penyertaan’ bagi LGBT – yang untuk pertama kalinya masuk dalam dokumen resmi Gereja – singkatan "LGBT."

Dia mengatakan bahwa hal itu berasal dari dokumen kerja sebelumnya, padahal tidak, dan ketika dia ketahuan bohongnya oleh para wartawan, dia mengambil pendekatan ala Paus Francis, dengan mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak akan mengubah atau melakukan sesuatu. Dan di belakang layar, lagi-lagi menjelang pembukaan resmi sinode awal bulan ini, beberapa kelompok aktivis homoseks telah diketahui bekerja sama dengan berbagai komite perencanaan yang membantu menyusun bahasa dan agenda sinode ini. Misalnya, kelompok yang dipimpin oleh gay-cheerleader Chicago, Cdl. Cupich, yang ingin agar Gereja mengakui, "menerima dan bahkan menghormati ... adanya bentuk-bentuk keluarga yang lain" - apa yang dia sebut ‘setiap unit keluarga.’ Pada saat yang sama, Cdl. Rodriguez Maradiaga dari Honduras, dengan getol mendorong untuk melakukan "perawatan pastoral" bagi "pernikahan antar orang homoseksual, kehamilan pengganti serta adopsi anak oleh pasangan sesama jenis."

Pelaksanaan sudah dilakukan dan hal itu terlihat jelas. Inilah saat dimana para klerus homoseks telah mendorong masuk, untuk menggunakan cincin kuningan mereka, selama 50 tahun terakhir ini.

Dan jika ada sejumlah klerus yang memperkosa para putera altar dan menghancurkan kehidupan dan kehidupan panggilan para seminaris, ya, Paus Francis hanya mengabaikannya dan para klerus bejat itu tahu betul hal itu. Jadi pada dasarnya, tidak ada yang menghambat mereka.

Orang-orang ini, para kardinal yang terlibat dalam kejahatan ini, adalah orang-orang sesat dan bobrok moralnya, setidaknya dalam hal teologi, dan siapa yang tahu ada kesesatan lainnya lagi?

Mereka menyerang para korban, seperti yang dilakukan oleh Paus Fransiskus di Chili.
Mereka menuduh orang-orang yang diperkosa oleh klerus homoseks sebagai penyebar gosip.
Mereka menyuruh para korban pencabulan untuk diam. Mereka meminta para korban untuk percaya pada mereka.
Mereka melindas dan melibas segala sesuatu yang menghadang di jalan mereka – jiwa-jiwa, iman, kebenaran, tetapi itu belum seberapa, mereka bahkan bergegas lari seperti orang gila menuju garis akhir mereka (kematian).
Mereka begitu terpuruk dalam ambisi mereka untuk memanfaatkan Gereja guna membenarkan kejahatan mereka, sehingga mereka tidak mempedulikan yang lain-lainnya.

Itulah judul berita di sini, di Roma, penghancuran setiap dan semua oposisi, dalam perjalanan mereka menuju pemberkatan seks kaum gay.

Pada tahun 2014, Church Militant telah datang ke sini untuk meliput sinode tentang keluarga, dan seperti yang lainnya, segera kita bisa mendeteksi bahwa isu (pembenaran) homoseksual secara diam-diam telah berada dalam dokumen kerja mereka - terutama dalam laporan pertengahan sinode.

Kami ingin mengajak Anda kembali sejenak kepada pertanyaan kami kepada uskup agung Bruno Forte, yang sebenarnya tertulis dalam relatio (laporan pertengahan sinode) bahwa "Kaum homoseksual juga memiliki karunia dan kualitas untuk ditawarkan kepada komunitas Kristiani: apakah kita mampu menyambut orang-orang ini, dan menjamin kepada mereka tempat yang lebih jauh di dalam komunitas kita?"

Tidak ada tanggapan dari uskup agung Forte, dia hanya tertawa, persis seperti yang dilakukan iblis, dan dia bersikap sangat mencurigakan saat itu, terutama bagi mereka yang mendengarkan jalannya sinode dengan penuh perhatian, seperti Militan Gereja. Bagian kecil dalam dokumen jangka menengah (relatio) adalah seperti hidung unta di bawah tenda (cuma kelihatan kecil, padahal dibalik hidung itu ada tubuh yang amat besar.)

Pastor James Martin (tokoh gay dan LGBT) muncul di panggung, mengumumkan tanda-tanda penuh harapan yang belum pernah ada sebelumnya, bagi kaum gay.

Vatikanista (pemerhati Vatikan) lain menyebutnya sebagai gempa bumi dan luar biasa - dan memang demikian kenyataannya. Setiap homo-klerus di dalam Gereja telah mendapat pesan itu. Waktunya telah tiba, akhirnya, bahwa Gereja akan memberkati perbuatan sodomi atas nama kemurahan hati dan belas kasih dan keadilan.

Dan empat tahun kemudian - hampir setiap hari – para klerus pelaku sodomi yang sama ini bergerak terus, menggunakan anak-anak dan remaja sebagai perisai, agar terlihat seperti dan berpura-pura mereka mendengarkan aspirasi kaum muda.

Mereka akan menghasilkan dokumen yang isinya sudah mereka tentukan sebelumnya, kemungkinan juga sudah ditulis, untuk ‘memilih’ hasil seperti itu, dan kemudian menyatakan bahwa Gereja telah berubah, dan tidak perlu bahwa hal ini merupakan ‘ajaran resmi,’ tetapi yang pentig bahwa dalam setiap cara yang lain keinginan mereka sudah termasuk di dalamnya.

Paus Fransiskus sangat mungkin akan mengeluarkan beberapa pernyataan atau dokumen baru dan kemudian komplotan rahasia kaum gay di sini, di Roma, akan menyatakan bahwa semua kejahatan ini sebagai karya Roh Kudus, dan mereka terus mendorong para klerus homoseks, menutupi kejahatan mereka, menolak untuk menjawab pertanyaan media, berusaha untuk menghasilkan penyelidikan palsu, menyerang para korban pencabulan sambil berpura-pura merawat mereka, dan membuka kemungkinan imam-imam muda untuk ‘dimakan’ habis dan sepenuh-penuhnya oleh para uskup homoseksual mereka.

Siapa pun yang berpikir bahwa Gereja akan mampu keluar dari pusaran kebejatan ini, kapan saja, berarti dia tidak memahami situasinya. Jika ada kesempatan bagi umat awam yang setia untuk melangkah maju, maka inilah saatnya.

Berhentilah memberi uang (kolekte) atau sumbangan apapun kepada mereka. Mulailah menuntut kepatuhan mereka terhadap ajaran Gereja.

Dan berlututlah untuk berdoa.

No comments:

Post a Comment