Saturday, August 6, 2016

Vol 2 - Bab 2 : Kepercayaan



Volume 2 : Misteri Kerahiman Allah



Bab 2

Kepercayaan
Kerahiman Tuhan terhadap jiwa-jiwa
Dia menghibur mereka
St.Catherine dari Genoa
Saudara dari St.Magdalen de Pazzi.

Memang benar bahwa semua orang tak bisa memperoleh derajat kemurahan hati yang amat tinggi, namun tak ada orang yang tak bisa memiliki kepercayaan kepada Kerahiman Ilahi. Kerahiman ini sifatnya tak terbatas, ia memberikan damai kepada semua jiwa yang berusaha menjaganya tetap berada dihadapan matanya dan percaya kepadanya. Kerahiman Allah dilaksanakan dalam kaitannya dengan Api Penyucian dengan tiga cara :
1. Menghiburkan jiwa-jiwa.
2. Mengurangi dan meringankan penderitaan mereka.
3. Memberi kita ribuan cara untuk menghindari api hukuman itu.

Pertama-tama, Tuhan menghibur jiwa-jiwa di Api Penyucian. Dia juga menghibur mereka melalui pengantaraan Perawan Terberkati dan melalui para malaikat kudus. Dia menghibur jiwa-jiwa itu dengan mengilhami mereka dengan iman, pengharapan dan kasih Ilahi yang amat besar, yaitu keutamaan-keutamaan yang bisa menghasilkan dalam diri mereka keselarasan dengan Kehendak Ilahi, kerendahan hati, dan keharmonisan yang paling sempurna. St.Catherine dari Genoa mengatakan :”Tuhan mengilhami jiwa-jiwa didalam Api Penyucian dengan gerakan kasih yang bergelora, sehingga ia cukup mampu untuk memusnahkan dirinya sendiri jika saja dia bersifat fana. Diterangi dan dinyalakan oleh kemurahan hati yang murni itu, maka semakin besar dia mengasihi Allah, semakin jijik dia terhadap noda dosa yang paling kecil sekalipun yang tidak menyukakan Allah, terhadap halangan yang terkecil sekalipun yang mencegah persatuannya dengan Allah. Maka jika saja dia bisa menemukan Api Penyucian yang lainnya yang lebih mengerikan dari pada Api Penyucian tempat dia dihukum saat itu, maka jiwa itu akan bersedia menceburkan dirinya kedalamnya, karena didorong oleh gejolak kasih yang ada diantara Tuhan dengan dirinya, agar dia bisa lebih cepat dilepaskan dari segala hal yang memisahkan dirinya dari Tuhannya”.
“Jiwa itu”, demikian kata orang kudus itu lagi, “dipersatukan secara erat dengan Kehendak Allah dan dirubah sepenuhnya menjadi Kehendak Allah, sehingga mereka selalu dipuaskan oleh aturan-aturan yang suci. Jiwa-jiwa didalam Api Penyucian tak mempunyai pilihan sendiri. Mereka tidak lagi bisa mempunyai keinginan sendiri akan sesuatu yang lain kecuali keinginan dan kehendak Allah. Mereka menerima dengan kepatuhan yang sempurna terhadap segala hal yang diberikan Tuhan pada mereka. Dan tak ada kesenangan maupun kepuasan, atau rasa sakit yang bisa membuat mereka memikirkan dirinya sendiri”.
St.Magdalen de Pazzi, setelah kematian dari salah satu saudaranya, mempersembahkan doa-doa baginya. Suatu hari dia melihat jiwa dari saudaranya itu menjadi mangsa dari penderitaan yang amat kejam. Tersentuh oleh rasa belas kasihan yang besar, dia menangis dan berteriak dengan suara yang keras :”Saudaraku, sangat menyedihkan sekali sekaligus terberkati pada saat yang sama. Suatu jiwa yang begitu menderita namun sekaligus merasa puas”. Rasa sakit itu tak tertanggungkan lagi, namun semua itu ditanggungnya dengan sukarela. Mengapa hal itu tidak dipahami oleh orang-orang yang ada di dunia ini ?, yang tak memiliki keberanian untuk memanggul salib mereka ? Sementara kamu masih berada di dunia, saudaraku yang terkasih, kamu tidak mau mendengarkan nasihatku. Dan kini kamu ingin sekali agar aku mau mendengarkan keluhan-keluhanmu. Oh Tuhan, yang maha adil dan murah hati, hiburkanlah saudaraku ini, yang telah melayani Engkau sejak kecil. Berikanlah kemurahanMu, aku memohon kepadaMu, dan kenakanlah kerahimanMu kepadanya. Oh Tuhan yang maha adil, jika dia tidak selalu menyenangkan Engkau, paling tidak dia tidaklah menghinakan mereka yang melayani Engkau dengan kepatuhan”.
Hari pada saat dia mengalami ekstase itu, dimana St.Magdalen de Pazzi mengunjungi berbagai penjara dari Api Penyucian, dia melihat jiwa saudaranya dan dia berkata kepadanya :”Jiwa yang malang, betapa besarnya kamu menderita ! Namun kamu berbahagia. Kamu terbakar, namun kamu dipuaskan. Karena kamu sadar betul bahwa semua penderitaan itu akan menuntunmu menuju kebahagiaan yang amat besar dan tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Betapa akan bahagianya aku nanti, jika aku menanggung penderitaan yang besar ! Tetaplah disini, saudaraku yang terkasih, dan selesaikanlah pemurnianmu dalam damai”.

No comments:

Post a Comment