Sunday, October 18, 2015

Kardinal Danneels mengakui adanya "Mafia Club"


Kardinal Danneels mengakui adanya "Mafia Club" yang menentang Benediktus XVI dan bersekongkol untuk memilih Francis sebagai Paus




Pemilihan Paus Francis adalah buah dari pertemuan rahasia yang dilakukan oleh para kardinal serta uskup yang bersikap radikal liberal, yang diorganisir oleh Carlo Maria Martini, yang diselenggarakan selama bertahun-tahun di St. Gall di Swiss. Inilah yang diakui oleh Jürgen Mettepenningen dan Karim Shelkens, penulis biografi dari Kardinal Godfried Danneels, dari Belgia, yang baru saja diterbitkan.

Buku ini mengungkapkan bahwa Kardinal (Godfried Danneels) adalah anggota yang aktiv dari kelompok penekan rahasia didalam Gereja yang menentang Paus Benediktus XVI. Danneels mengatakan bahwa apa yang secara resmi, tetapi secara diam-diam diberi nama ‘kelompok Sankt Gallen’ oleh para anggotanya disebut sebagai "Mafia". Tujuan dari kelompok ini adalah untuk mewujudkan reformasi yang drastis bagi Gereja, membuatnya ‘lebih modern’, dan agar Gereja itu dipimpin oleh Kardinal Jorge Bergoglio.
Kelompok ini mengadakan pertemuan setiap tahun sejak tahun 1996, dan bersama-sama mereka mengorganisir rahasia ‘perlawanan rahasia’ terhadap Kardinal Ratzinger, yang pada waktu itu menjadi tangan kanan dari Yohanes Paulus II. Tujuan mereka pada saat itu adalah untuk memilih seorang paus ‘pembaharu’ yang akan menggantikan John Paul II, yang sedang menghadapi kematian, dan mencegah, dengan segala cara, terpilihnya Kardinal Ratzinger sebagai Paus. Pertanyaan yang menyelimuti kelompok itu adalah : "Bagaimana setelah Yohanes Paulus II? Bagaimana kita bisa mencegah Ratzinger menjadi Paus? '"
Ketika Paus Yohanes Paulus II meninggal pada tahun 2005, kelompok itu sudah mendorong Paus saat ini (PF) untuk maju ke depan, meskipun pada akhirnya, Kardinal Ratzinger yang terpilih, meskipun upaya mereka sudah banyak. Delapan tahun kemudian, pada 2013, mereka akhirnya mendapatkan apa yang mereka inginkan, dimana Paus Francis akan merubah Gereja sesuai dengan visi mereka semula.
Anggota dari kelompok ini terdiri atas para kardinal dan uskup yang terkenal paling radikal liberal didalam Gereja, seperti misalnya Kardinal Walter Kasper, Kardinal Karl Lehmann dari Jerman, Kardinal Achille Silvestrini dari Italia, Kardinal Adriann Van Luyn dari Belanda, Kardinal Basil Hume dari Inggris, dan almarhum Kardinal Carlo Maria Martini, seorang Jesuit.
Schelkens berkata dalam sebuah wawancara minggu ini: "Terpilihnya Kardinal Bergoglio telah disiapkan di Sankt-Gallen, tanpa diragukan lagi. Dan garis utama dari program Paus ini adalah melaksanakan apa yang didiskusikan oleh Card.Danneels dan teman-temannya selama lebih dari sepuluh tahun ini."


“Doakanlah aku agar aku tidak melarikan diri karena takut kepada serigala-serigala itu.”
– Pope Benedict XVI (homily during papal inauguration mass)

Pelanggaran terhadap Hukum Kepausan
Konstitusi Apostolik dari Saint John Paul II, Universi Dominici Gregis, jelas melarang dengan sanksi berat berupa ekskomunikasi otomatis (yaitu segera diberlakukan, tanpa perlu sebuah pengumuman) bagi pemilihan paus:
Agar para Kardinal pemilih, menjauhkan diri dari semua persekongkolan, kesepakatan, janji-janji dan kewajiban lain yang anda suka, di mana mereka mungkin akan mengalami pembatasan dalam memberikan atau menolak dukungan bagi siapa saja.
Aturan dari ‘Mafia’ ini, seperti kelompok Sankt Gallen ini - adalah jelas melanggar tatanan kepausan. Pada bagian lain dari Universi Domini Gregis itu, St. Yohanes Paulus II menguraikan lebih lanjut tentang ini:
Menegaskan aturan-aturan dari pendahulu saya, saya juga melarang siapa pun, meski jika dia adalah seorang Kardinal, bahwa selama kehidupan Paus dan tanpa berkonsultasi dia, untuk membuat rencana-rencana mengenai pemilihan penggantinya, ataupun menjanjikan pemilihan, atau membuat keputusan mengenai hal ini, dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat pribadi.
Patut dicatat bahwa St Yohanes Paulus II menerbitkan hukum kepausan di atas pada bulan Februari 1996, tahun yang sama ketika kelompok Sankt Gallen dibentuk.
Pernyataan-pernyataan di atas memperkuat klaim yang mengejutkan dari Dr. Austen Ivereigh (penulis buku The Great Reformer: Francis and the Making of a Radical Pope) yang mengatakan bahwa sekelompok Kardinal aktif sedang ‘berkampanye’ bagi pemilihan Paus Francis, yang jelas melanggar hukum kepausan.
Mendukung ‘perkawinan’ sesama jenis
Kardinal Danneels diakui sebagai salah satu pejabat gereja yang paling radikal liberal. Dia pernah menyarankan raja Belgia untuk menandatangani hukum yang mendukung aborsi pada tahun 1990. Dia telah menolak untuk melarang pornografi, sebagai materi ‘pendidikan’ yang digunakan di sekolah-sekolah Katolik Belgia.
Dia pernah berkata bahwa ‘perkawinan’ sesama jenis adalah sebuah ‘perkembangan yang positif’. Kardinal Danneels juga pernah menulis surat kepada Perdana Menteri Belgia, Guy Verhofstadt, memujinya karena ‘menyetujui undang-undang bagi hubungan yang menetap antara sesama jenis.’ Pemerintahan Verhofstadt memperkenalkan ‘pernikahan’ sesama jenis di Belgia pada tahun 2003.

Vatikan menganggap Card.Danneels sebagai orang penting kedua dari 45 delegasi pribadi yang dipilih oleh Paus Francis untuk berpartisipasi dalam Sinode kali ini. 

No comments:

Post a Comment