Wednesday, July 11, 2018

MENUJU SEBUAH GEREJA TANPA KRISTUS



MENUJU SEBUAH GEREJA TANPA KRISTUS

 


Dalam mempresentasikan Konferensi Vatikan yang diadakan pada tanggal 5-6 Juli 2018 untuk menandai ulang tahun ketiga ensiklis Laudato Si, Dikasteri untuk Layanan Pengembangan Manusia Terpadu (the Dicastery for the Service of Integral Human Development) mengumumkan bahwa peristiwa itu telah menjadi arena "bebas plastik" sebagai cara untuk memberikan contoh yang baik kepada semua orang. Tetapi apakah ini kesaksian yang diminta oleh Kristus?

Pekan lalu, dari tanggal 5-6 Juli 2018, sebuah konferensi internasional besar diadakan di Vatikan yang ingin membuat acara besar sehubungan dengan ulang tahun ketiga penerbitan surat ensiklik Laudato Si. Judul konferensi adalah "Menyelamatkan Rumah Kita Bersama dan Masa Depan Kehidupan di Bumi." Konferensi ini diselenggarakan oleh Dikasteri untuk Layanan Pengembangan Manusia Terpadu (the Dicastery for the Service of Integral Human Development), sebuah dikasteri baru untuk Mempromosikan Pembangunan Manusia secara terpadu, yang dipimpin oleh Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson, bersama dengan Caritas Internationalis dan the Global Catholic Climate Movement. Acara ini dihadiri oleh para politisi, ilmuwan, ekonom, dan perwakilan dari organisasi-orgnanisasi non-pemerintah, yang kesemuanya jelas meyakinkan, atau dalam beberapa hal mereka adalah para promotor ekologi dan pasukan perang melawan perubahan iklim.

Saya tidak akan membahas isi spesifik konferensi ini, karena ini adalah topik yang sudah kami bahas berkali-kali dan juga baru-baru ini. Sebaliknya, saya pikir akan sangat berharga jika saya berbicara soal detail materi yang sangat aneh yang menjadi berita selama konferensi pers yang diberikan dalam Konferensi itu. Karena “perlu untuk memimpin dengan memberikan contoh yang baik” - seperti yang dijelaskan oleh kepala Dikasteri Vatikan - dan juga karena Konferensi itu mendedikasikan banyak waktu untuk membahas “perbuatan dan praktek yang baik” – maka Dicakeri itu mengumumkan bahwa ia adalah departemen Vatikan pertama yang "bebas plastik", bebas dari sampah dan bahan plastik.

Karena plastik adalah "Musuh Nomor 1" yang baru, maka penggunaannya telah dilarang di semua kantor Dikasteri: semua karyawan dan pejabat sekarang akan membawa wadah minuman kaca dari rumah, mereka hanya menggunakan alat pemotong dari logam, dan sebagainya. Dan karena umat Katolik secara alami adalah sebagai misionaris, maka niat dari (Dikasteri) adalah untuk memperluas inisiatif ini kepada semua bagian di Vatikan. Tapi itu belum semua: karena keinginan mereka yang tak terbatas demi kebaikan, maka Sekretaris Dikasteri juga telah mengumumkan tujuan bersama untuk menjadi "karbon netral," atau netral dari sudut pandang emisi karbon anhidrida yang - menurut teori yang melihat aktivitas manusia sebagai penyebab utama drperubahan iklim – ia diduga menjadi penyebab dari pemanasan global. Maka kita sekarang akan memiliki para Monsignors dan karyawan dari Dikasteri yang berkomitmen untuk mengukur dan mengurangi serta mengkompensasikan emisi karbon dioksida mereka. Tetapi saya akan menghindari berkomentar tentang bagaimana mungkin untuk mengurangi "emisi" itu yang dilakukan oleh para Monsignors, untuk langsung menuju kepada inti masalah.

Mari kita berasumsi sejenak - dan saya tidak mengakui bahwa itu benar - bahwa teori perubahan iklim yang disebabkan manusia adalah benar. Apakah Gereja Katolik benar-benar perlu memulai kampanye ekologis? Inikah alasan Kristus mendirikan dan melembagakan Gereja? Untuk membebaskan manusia dari plastik? Apakah misi Gereja adalah mau menyelamatkan planet ini? Bukan menyelamatkan jiwa?

Tidaklah mungkin untuk tidak merasa gelisah ketika kita mendengar para kardinal dan para uskup yang berkuasa secara otoriter berbicara dengan bahasa yang sama dengan para pejabat World Wildlife Fund (Dana Margasatwa Dunia) atau pejabat dari badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, apalagi dengan memakai bahasa dan istilah yang diilhami oleh ideologi neo-pagan dan proyek-proyek politik globalis Masonik. Sungguh memilukan mendengar kata-kata  "nubuatan" mereka yang digunakan dalam upaya untuk menghilangkan plastik, menggunakan panel surya, dan pemakaian tempat sampah secara terpisah. Sangatlah mengganggu hati kita demi melihat kesaksian Kristiani direduksi menjadi "praktek-praktek yang baik" dan "memberi sebuah contoh yang baik" demi plastik.

Seseorang akan memiliki kesan bahwa pada tingkat tertentu, mereka menginginkan lebih dari sekedar “Gereja yang bebas plastik," tetapi yang benar-benar mereka inginkan adalah “Gereja yang bebas Kristus", Gereja tanpa Kristus, di mana Yesus dipandang sebagai penghalang yang memalukan untuk menghadapi orang lain. Berbicara dari sudut pandangnya sendiri - dan karena itu, dengan cara yang positif - salah satu pejabat World Wildlife Fund dalam komentarnya saat konferensi itu menekankan bagaimana dalam judul “Laudato Si” - dan dengan demikian juga yang tertera dalam judul konferensi itu - pilihan harus dibuat untuk berbicara tentang “rumah kita bersama” dan bukan tentang “Ciptaan,” yang merupakan istilah dalam bidang religius: “Pilihan untuk tidak menggunakan istilah religius dalam judul konferensi ini adalah tanda pertama dari pembukaan dialog dengan semua orang yang berniat baik.” Atau, dengan kata lain: mari kita hindari berbicara tentang Ciptaan, yang memiliki tatanan hierarkis religius; mari kita hindari berbicara tentang Tuhan Pencipta yang merupakan sumber tanggung jawab kita terhadap Ciptaan – karena ini bisa menjadi tema yang memecah belah kita. Mari kita bicara tentang keanekaragaman hayati, tentang menyelamatkan hewan dan tumbuhan, dan tentang melarang plastik. Dengan begini kita semua akan bisa saling memahami.

Tetapi ketika kita telah mencapai titik ini, jelaslah bahwa kita telah menjadi tahapan "bebas Kristus."

Diterjemahkan oleh Giuseppe Pellegrino

Sebuah versi artikel ini awalnya diterbitkan di La Nuova Bussola Quotidiana pada 5 Juli 2018. Artikel ini telah diedit untuk menunjukkan bahwa tanggal konferensi ini telah berlalu.



Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment