Agenda
kaum gay dipaksakan di Vatican
Agenda gay nampaknya
didorong secara agresif di Vatikan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam - dan dari
puncak hirarki Gereja.
Laporan
terbaru oleh konperensi uskup-uskup Jerman dan Swiss, untuk mengantisipasi
Sinode berikutnya tentang Family (Oktober 2015), menunjukkan sikap mereka yang lunak
terhadap relasi gay atau relasi sesama jenis. Uskup-uskup Jerman mengeluarkan
pernyataan bagi Sinode mendatang mengenai keluarga, pada bulan Oktober 2015, yang
menegaskan dugaan penemuan yang ada:
'dalam ilmu pengetahuan
mengenai manusia (kedokteran, psikologi), dikatakan bahwa orientasi seksual
adalah disposisi yang tidak dipilih secara sengaja oleh individu dan bahwa hal itu
adalah tak bisa berubah. Oleh karena itu amat membingungkan dalam pengisian kuesioner
(bagi Sinode mendatang) untuk berbicara tentang 'kecenderungan homoseksual,’
dan hal ini dianggap sebagai tindakan diskriminatif.
Seorang reporter Vatican yang terkenal, Sandro Magister,
mengatakan tentang keadaan ini:
Tidak hanya
para uskup Jerman menyetujui memberikan pengampunan dan Komuni kepada orang yang
bercerai dan menikah lagi, tetapi mereka juga mengungkapkan harapan bahwa
pernikahan (secara sipil) yang kedua juga boleh diberkati di gereja, dan Komuni
Kudus juga boleh diberikan kepada pasangan non-Katolik, bahwa kebaikan dari relasi
homosex dan sesama jenis diakui.
Columbian Bishop Suggests Mary Magdalene Might Have Been a Lesbian
Bishop Juan Vicente Cordoba of
Colombia tetap bertahan pada pendapatnya bahwa menjadi seorang homosex bukanlah
dosa, dan dia mengatakan bahwa salah satu dari 12 rasul Yesus adalah seorang
gay, dan bahwa Maria Magdalena adalah seorang lesbian.
Dia juga
mengatakan bahwa Gereja Katolik tidak menentang pasangan sesama jenis untuk hidup
bersama, namun tidak mempertimbangkan apakah relasi itu bisa disebut sebagai pernikahan
atau keluarga. "Tidak ada yang memilih untuk menjadi gay atau bukan,"
kata Córdoba. "Seseorang hanya merasa, mencintai, mencoba, tertarik, dan
tidak ada daya tarik yang bersifat buruk."
Córdoba
berbicara pada sebuah konferensi tentang pernikahan gay dan adopsi
diselenggarakan oleh Universitas Los Andes, pada saat ketika Colombia memberdebatkan
hak-hak dalam perkawinan gay serta adopsi anak oleh mereka. Menurut laporan
setempat, Córdoba mengatakan bahwa di dalam Alkitab tidak ada penolakan secara eksplisit
atas homoseksualitas, dan hal ini menunjukkan bahwa tak ada dasar untuk membuat
kecaman bagi homoseksualitas didalam doktrin Gereja.
“Kita tidak tahu jika ada salah satu dari murid Yesus yang memiliki
orientasi sex terhadap sesama jenis” atau “kita tidak tahu juga apakah Maria Magdalena
adalah seorang lesbian.”
Irlandia
melegalkan perkawinan gay
Negara
Katolik Irlandia menjadi negara pertama di dunia yang melegalkan pernikahan
gay, dalam referendum22 Mei 2015 lalu. Dalam kampanye panas yang berlangsung
hingga saat referendum dilaksanakan, Uskup Agung Dublin, Diarmuid Martin,
menolak untuk "memberitahu umatnya bagaimana untuk memilih" pada
referendum itu. Setelah referendum itu, dia berbicara dengan bersemangat tentang
"revolusi sosial" yang berlangsung di Irlandia, dan kebutuhan Gereja
untuk memiliki "pikiran yang realistis" : "Kami [Gereja] harus
berhenti dan memiliki pikiran realistis, bukannya menolak realitas yang ada.
Saya menghargai bagaimana para pria dan wanita gay dan lesbian merasakan pada
hari ini. Bahwa mereka merasa ini adalah sesuatu yang memperkaya cara hidup mereka.
Saya pikir itu adalah sebuah revolusi sosial."
Marilah kita ingat Sabda ini :
Rm 1:26 Karena itu Allah menyerahkan mereka
kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan
persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.
Rm 1:27 Demikian juga suami-suami
meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala
dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan
kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam
diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.
No comments:
Post a Comment