Thursday, August 6, 2015

Agenda kaum gay dipaksakan di Vatican

Agenda kaum gay dipaksakan di Vatican


Agenda gay nampaknya didorong secara agresif di Vatikan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam - dan dari puncak hirarki Gereja.
Laporan terbaru oleh konperensi uskup-uskup Jerman dan Swiss, untuk mengantisipasi Sinode berikutnya tentang Family (Oktober 2015), menunjukkan sikap mereka yang lunak terhadap relasi gay atau relasi sesama jenis. Uskup-uskup Jerman mengeluarkan pernyataan bagi Sinode mendatang mengenai keluarga, pada bulan Oktober 2015, yang menegaskan dugaan penemuan yang ada:

'dalam ilmu pengetahuan mengenai manusia (kedokteran, psikologi), dikatakan bahwa orientasi seksual adalah disposisi yang tidak dipilih secara sengaja oleh individu dan bahwa hal itu adalah tak bisa berubah. Oleh karena itu amat membingungkan dalam pengisian kuesioner (bagi Sinode mendatang) untuk berbicara tentang 'kecenderungan homoseksual,’ dan hal ini dianggap sebagai tindakan diskriminatif.
Seorang reporter Vatican yang terkenal, Sandro Magister, mengatakan  tentang keadaan ini:

Tidak hanya para uskup Jerman menyetujui memberikan pengampunan dan Komuni kepada orang yang bercerai dan menikah lagi, tetapi mereka juga mengungkapkan harapan bahwa pernikahan (secara sipil) yang kedua juga boleh diberkati di gereja, dan Komuni Kudus juga boleh diberikan kepada pasangan non-Katolik, bahwa kebaikan dari relasi homosex dan sesama jenis diakui.
Columbian Bishop Suggests Mary Magdalene Might Have Been a Lesbian

Bishop Juan Vicente Cordoba of Colombia tetap bertahan pada pendapatnya bahwa menjadi seorang homosex bukanlah dosa, dan dia mengatakan bahwa salah satu dari 12 rasul Yesus adalah seorang gay, dan bahwa Maria Magdalena adalah seorang lesbian.


Dia juga mengatakan bahwa Gereja Katolik tidak menentang pasangan sesama jenis untuk hidup bersama, namun tidak mempertimbangkan apakah relasi itu bisa disebut sebagai pernikahan atau keluarga. "Tidak ada yang memilih untuk menjadi gay atau bukan," kata Córdoba. "Seseorang hanya merasa, mencintai, mencoba, tertarik, dan tidak ada daya tarik yang bersifat buruk."
Córdoba berbicara pada sebuah konferensi tentang pernikahan gay dan adopsi diselenggarakan oleh Universitas Los Andes, pada saat ketika Colombia memberdebatkan hak-hak dalam perkawinan gay serta adopsi anak oleh mereka. Menurut laporan setempat, Córdoba mengatakan bahwa di dalam Alkitab tidak ada penolakan secara eksplisit atas homoseksualitas, dan hal ini menunjukkan bahwa tak ada dasar untuk membuat kecaman bagi homoseksualitas didalam doktrin Gereja.
“Kita tidak tahu jika ada salah satu dari murid Yesus yang memiliki orientasi sex terhadap sesama jenis” atau “kita tidak tahu juga apakah Maria Magdalena adalah seorang lesbian.”
Irlandia melegalkan perkawinan gay
Negara Katolik Irlandia menjadi negara pertama di dunia yang melegalkan pernikahan gay, dalam referendum22 Mei 2015 lalu. Dalam kampanye panas yang berlangsung hingga saat referendum dilaksanakan, Uskup Agung Dublin, Diarmuid Martin, menolak untuk "memberitahu umatnya bagaimana untuk memilih" pada referendum itu. Setelah referendum itu, dia berbicara dengan bersemangat tentang "revolusi sosial" yang berlangsung di Irlandia, dan kebutuhan Gereja untuk memiliki "pikiran yang realistis" : "Kami [Gereja] harus berhenti dan memiliki pikiran realistis, bukannya menolak realitas yang ada. Saya menghargai bagaimana para pria dan wanita gay dan lesbian merasakan pada hari ini. Bahwa mereka merasa ini adalah sesuatu yang memperkaya cara hidup mereka. Saya pikir itu adalah sebuah revolusi sosial."

Marilah kita ingat Sabda ini :
Rm 1:26 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.

Rm 1:27 Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.

No comments:

Post a Comment