Seorang ahli tentang masalah
keluarga yang ditunjuk oleh PF berusaha meyakinkan Raja Belgia agar
menanda-tangani Hukum Aborsi
King
Baudouin of Belgium (right, beside St. John Paul II),
menolak
ajakan Cardinal Danneels (2nd row, behind John Paul II)
Dua
politisi Belgia mengakui untuk pertama kalinya secara terbuka bahwa Kardinal
Godfried Danneels mencoba meyakinkan Raja Baudouin untuk menandatangani
undang-undang tentang aborsi pada tahun 1990. Mantan politisi Philippe Moureau
(PS, Parti Socialiste) dan Mark Eyskens (CVP, Flemish Kristen Demokrat) mengatakan
ini dalam sebuah film dokumenter untuk Flemish Broadcasting Corporation VTM
pada tanggal 6 April 2015. Menurut VTM, Kardinal Danneels tidak mau berkomentar
soal itu.
Pada
tahun 1990, 14 anggota dari Pemerintah Belgia - koalisi yang dipimpin oleh CVP
Perdana Menteri Wilfried Martens, menandatangani salah satu undang-undang yang
paling liberal di dunia. Raja Baudouin, seorang Katolik yang taat, menolak
menanda-tangani RUU ini menjadi undang-undang, dan untuk sementara rancangan
itu dianggap "lumpuh" sehingga pemerintah bisa tidak mengakui hal itu
sebagai produk hukum.
Danneels,
seorang liberal fanatik dan dikenal sebagai uskup pelindung tindakan pedofil,
diangkat oleh Paus Francis sebagai salah satu pilihan pribadinya untuk ikut
mengelola Sinode 2014 mengenai Keluarga. Berita-berita muncul keluar ketika pengaruh
Kardinal Danneels dalam Gereja Katolik lebih besar dari sebelumnya. Menurut
surat kabar Flemish De Standaard (2015/04/04), Danneels (81) saat ini lebih banyak
berada di Roma daripada ketika dia sebagai Uskup Agung Mechlin-Brussels.
No comments:
Post a Comment