Monday, August 10, 2015

Mantan mata-mata Soviet: Kami menciptakan Teologi Pembebasan

Mantan mata-mata Soviet: Kami menciptakan Teologi Pembebasan



Mantan KGB Spy Ion Pacepa telah mengklaim bahwa Teologi Pembebasan, yang
saat ini sedang dipromosikan oleh Paus Francis, adalah ciptaan dari KGB.


Seorang mantan agen (spion) KGB baru-baru ini mengklaim bahwa Teologi Pembebasan – yang telah dikutuk oleh para paus sebelumnya, tetapi saat ini dipromosikan oleh Paus Francis - adalah ciptaan dari KGB dan Uni Soviet.
‘The Catholic News Agency’ telah menerbitkan sebuah wawancara dengan Ion Mihai Pacepa, seorang mantan jenderal di kepolisian rahasia Rumania yang merupakan salah satu peringkat tertinggi pembelot Blok Timur pada 1970-an. Disitu dia mengatakan bahwa Uni Soviet - dan KGB khususnya – menciptakan Teologi Pembebasan, sebuah gerakan kuasi-Marxis yang berkembang di Amerika Latin dari tahun 1960 hingga tahun 1990-an. Para Paus sebelumnya, terutama St. John Paul II dan Benediktus XVI, telah mengutuk Teologi Pembebasan ini, dan telah menulis dengan tegas bahwa ajaran adalah "tidak sesuai dengan Iman Kristiani".

Pacepa membuat pengakuan bahwa Soviet telah mengawali, mendanai dan membentuk ajaran teologi pembebasan. Dia mengutip sebagai salah satu sumbernya adalah Aleksandr Sakharovsky, agen Rusia yang mendirikan lembaga polisi rahasia Rumania. Pacepa menggambarkan Aleksandr sebagai 'boss de facto di tahun 1950-an. Sakharovsky kemudian menjadi kepala Direktorat Utama dari KGB.

Berikut adalah kutipan kunci dari wawancara:
Kelahiran Teologi Pembebasan adalah merupakan tujuan utama dari pertemuan super-rahasia tahun 1960 oleh 'Partai-Negara Dezinformatsiya Programme' yang disetujui oleh Aleksandr Shelepin, sebagai ketua KGB, dan oleh anggota Politbiro Aleksey Kirichenko, yang mengkoordinasikan kebijakan internasional Partai Komunis.
KGB memulai dengan membangun sebuah organisasi keagamaan internasional (sebagai sasaran antara) yang disebut sebagai Christian Peace Conference (CPC), Konferensi Perdamaian Kristen, yang bermarkas di Praha. Tugas utamanya adalah untuk membawa Teologi Pembebasan ciptaan KGB ke dunia nyata.
Konferensi Perdamaian Kristen yang baru ini, Christian Peace Conference (CPC), diatur oleh KGB dan diserahkan pengelolaannya kepada World Peace Council (WPC), Dewan Perdamaian Dunia (WPC), yang juga merupakan ciptaan KGB, didirikan pada tahun 1949 dan pada saat itu bermarkas di Praha.
Selama saya menjabat pada jajaran atas dari komunitas intelijen Soviet saya bertugas mengawasi operasi WPC di Rumania. Ia benar-benar organisasi murni milik KGB. Sebagian besar karyawan WPC ini adalah petugas intelijen Soviet yang menyamar ... Bahkan uang untuk anggaran WPC berasal dari Moskow, disampaikan oleh KGB dalam bentuk dollar tunai untuk menyembunyikan asalnya yang dari Soviet.
Pacepa mengaku bahwa KGB terlibat langsung dalam penyelenggaraan konferensi oleh uskup-uskup beraliran kiri di Amerika Selatan di Medellin, dengan tujuan utama untuk melembagakan bentuk baru dari Marxisme dengan kedok Teologi Pembebasan:
Terus terang saja saya tidak terlibat langsung dalam penciptaan Teologi Pembebasan itu sendiri. Dari Sakharovsky saya tahu bahwa pada tahun 1968 Christian Peace Conference (CPC) (Konferensi Perdamaian Kristen) ciptaan KGB, yang didukung oleh Dewan Perdamaian Dunia di seluruh dunia, telah mampu bermanuver dan mempengaruhi sekelompok uskup beraliran kiri di Amerika Selatan untuk mengadakan Konferensi Uskup-uskup Amerika Latin di Medellin, Kolombia. Tugas resmi dari Konferensi adalah untuk memberantas kemiskinan. Sedangkan tujuan yang tidak diucapkan adalah untuk mengakui sebuah gerakan keagamaan baru yang mendorong masyarakat miskin untuk memberontak melawan 'kekerasan yang dilembagakan terhadap kemiskinan', dan untuk menganjurkan pembentukan gerakan baru kepada Dewan Gereja Dunia untuk memperoleh persetujuan resmi. Konferensi Medellin telah berhasil mendapatkan kedua tujuan ini. Mereka juga memberi nama 'Teologi Pembebasan', pada ajaran ciptaan KGB itu.
Dikutuk oleh para paus Sebelumnya
Paus Yohanes Paulus II melakukan kampanye selama puluhan tahun di dalam Gereja untuk menolak Teologi Pembebasan dan menghentikan kegiatan para pendukungnya yang paling bersemangat. Sebagai Prefek Kongregasi untuk Ajaran Iman pada saat itu, Kardinal Joseph Ratzinger menerbitkan Instruksi "Libertatis Nuntius" pada 6 Agustus 1984, dengan persetujuan Paus Yohanes Paulus II. Tujuannya adalah untuk memusatkan perhatian para pastor, teolog dan semua umat beriman pada penyimpangan dari Teologi Pembebasan yang berbahaya bagi iman dan kehidupan Kristen dan yang didasarkan pada pemikiran Marxis.
Sebagai paus, Benediktus XVI mendesak semua orang yang dalam beberapa cara merasa tertarik atau terpengaruh oleh "prinsip-prinsip penipuan tertentu dalam Teologi Pembebasan" agar mereka merenungkan kembali perintah yang diberikan dan bersikap terbuka terhadap terang yang ada didalam perintah itu, yang akan menerangi masalah yang sebenarnya.
Teologi Pembebasan dihidupkan kembali oleh Paus Francis
Koran setengah resmi Vatican, L'Osservatore Romano, telah menulis bahwa dengan pemilihan Francis ', Teologi Pembebasan tidak lagi "tetap dalam bayang-bayang yang telah terdegradasi selama beberapa tahun."
Pastor Gustavo Gutierrez, imam Dominikan dari Peru yang dikenal sebagai bapak Teologi Pembebasan, menjadi pembicara utama dalam konferensi pers resmi Vatikan yang mengadakan sebuah pertemuan besar bagi sebuah organisasi amal di Vatican, ‘Caritas Internationalis’, pada Mei 2015.
Pope Francis with Cuban Communist President Raul Castro (adik Fidel Castro)


Pada tanggal 11 September 2013, Paus Francis menjamu pastor Gutierrez di kediamannya, yang menyulut beberapa komentar bahwa ini adalah tanda dari hubungan yang hangat antara hirarki gereja dan para ‘teolog pembebasan’. Pada tanggal 18 Januari 2014, Paus Francis bertemu dengan pastor Arturo Paoli, seorang pastor Italia yang dikenal oleh Paus selama masa tugasnya yang lama di Argentina. Paoli diakui sebagai pelopor Teologi Pembebasan, dan pertemuan itu dilanggap sebagai tanda "rekonsiliasi" antara Vatikan dan para aktivis teologi pembebasan.
Komunis Cuba dan PF
Baru-baru ini, Paus Francis menjadi tokoh sentral dalam menengahi kesepakatan antara Kuba Komunis dan Amerika Serikat. Dalam audiensi dengan Paus Francis di Vatikan pada 10 Mei 2015, Presiden Kuba Raul Castro berterima kasih kepada Paus atas perannya dalam menengahi kesepakatan dengan Amerika itu: "Saya sangat senang. Saya datang ke sini untuk berterima kasih kepadanya atas apa yang telah dilakukannya untuk menyelesaikan masalah antara Amerika Serikat dan Kuba. "

No comments:

Post a Comment