Friday, August 21, 2015

Apakah PF mendukung usulan Kasper?
Apa yang sebenarnya terjadi pada sinode itu?

By Matthew McCusker from lifesite news


ROMA, 12 Mei 2015 (LifeSiteNews) – Pada 17 Maret 2013, empat hari setelah terpilih sebagai Paus dan pada saat Angelus pertamanya di Lapangan Santo Petrus, Bapa Suci menarik perhatian kita semua dengan merujuk kepada sebuah buku baru yang diterbitkan oleh Walter Kardinal Kasper dimana dia sangat memuji buku itu. Dia berkata:

Pada hari-hari ini saya telah bisa membaca sebuah buku karya seorang Kardinal - Kardinal Kasper, seorang teolog berbakat, seorang teolog yang baik – mengenai masalah belas kasih. Dan buku itu membuat saya senang, tapi jangan berpikir bahwa saya mempublikasikan buku-buku karya para kardinal saya. Bukan begitu!

Kardinal Kasper telah bertahun-tahun menganjurkan perubahan dalam ajaran Gereja Katolik soal penerimaan Komuni Kudus pada mereka yang bercerai dan "menikah lagi" dan buku yang dimaksud adalah berjudul ‘Mercy: The Essence of the Gospel and the Key to the Christian Life’, yang sangat mendukung berbagai masalah serius , yang mendasari dukungannya kepada perubahan ajaran Gereja tersebut.

Dalam buku ini dibahas, namun tidak terbatas pada, pemahaman Kasper tentang sifat keadilan dan belas kasihan, teologi pembenaran dan, yang paling serius dari semuanya, pemahamannya atas sifat Allah.

Buku itu telah ini menyebabkan keprihatinan yang besar bagi banyak umat Katolik karena Paus Francis berbicara tentang Kasper serta bukunya dengan nada seperti itu.

Pada tanggal 8 Oktober 2013 Bapa Suci mengumumkan bahwa dua sinode akan diadakan untuk membahas "Tantangan-tantangan Pastoral dalam Keluarga dalam Konteks Evangelisasi". Sinode itu harus diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal Sinode yang dipimpin oleh Lorenzo Kardinal Baldisseri. Pada 26 Oktober Sekretariat mengirimkan kuesioner kepada semua uskup Katolik dan mengundang di seluruh umat Katolik dari segala tingkatan untuk mengirimkan pendapat mereka tentang masalah yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga.

Tiga hari sebelumnya, pada 23 Oktober 2013, Prefek Kongregasi Doktrin Iman, Yang Mulia Gerhard Ludwig Kardinal Müller telah menerbitkan sebuah artikel panjang di L'Osservatore Romano, berjudul "Kesaksian atas kuasa rahmat: atas yang tak terceraikannya perkawinan serta perdebatan mengenai pernikahan kembali secara sipil dan sakramen-sakramen"

Artikel ini membela ajaran Gereja yang tak dapat berubah : bahwa pernikahan sakramental Gereja yang sah dan disempurnakan tidak dapat dibubarkan oleh kuasa apapun di dunia dan bahwa orang-orang yang bercerai yang kemudian menjalin pernikahan secara sipil tidak dapat menerima sakramen Tobat dan Kudus Komuni tanpa pertobatan sejati dan perubahan atas kehidupannya .

Artikel oleh Müller ini merupakan indikasi yang jelas dari keprihatinannya tentang arah sinode sejak tahap yang sangat awal. Benar saja, Reinhard Kardinal Marx, Ketua Konferensi Uskup dari Jerman dan seorang anggota ‘lingkaran dalam’ dari Paus Francis yang terdiri atas 'sembilan orang kardinal’ menegaskan bahwa Kardinal Müller tidak akan mampu untuk "menghentikan perdebatan" itu, karena pada sinode itu "semuanya akan dibahas" dan bahwa "pada saat itu tidak mungkin untuk mengatakan apa hasil perdebatan itu."

Berkali-kali Kasper mengaku didukung oleh PF

Ini adalah indikasi awal bahwa masalah penerimaan Komuni Kudus bagi orang yang bercerai dan "menikah lagi" sudah berada pada agenda sinode. Semua keraguan telah dihapus pada tanggal 20 Februari 2014 ketika Kardinal Kasper berbicara kepada seorang yang mewakili para Kardinal yang secara khusus dipanggil untuk mempersiapkan sinode mendatang.

Dalam sambutannya dia menganjurkan untuk diterimanya kembali orang yang bercerai dan menikah lagi agar dia bisa menerima Komuni Kudus tanpa perubahan hidup (tanpa pertobatan), dan dia mengusulkan sejumlah pembenaran potensial bagi tindakan itu. Dia mengatakan bahwa dia tidak "mengesampingkan bahwa kesimpulan terakhir yang akan diberikan pada Sinode itu nanti, akan sesuai dengan keinginan Paus."

Beberapa laporan menunjukkan bahwa ada penentangan substansial atas usulan Kasper ini dari para Kardinal lainnya. Kardinal Ruini, Vikaris Emeritus Roma, dikatakan telah menyatakan bahwa 85% dari mereka yang hadir telah menentang usulan Kasper ini.

Kasper kemudian memiliki kesempatan untuk menanggapi kritikan kepadanya dan dia menjelaskan bahwa dia tidak bertindak sendiri atau atas inisiatif sendiri. Dia mengatakan kepada para peserta bahwa dia sangat berterima kasih kepada Bapa Suci "atas kepercayaannya karena telah menyerahkan laporan itu kepada saya."

Fr. Lombardi, juru bicara Vatikan, mengatakan kepada pers bahwa Bapa Suci mengatakan kepada para kardinal bahwa masalah Komuni Kudus bagi mereka yang bercerai dan "menikah lagi" harus ditangani secara menyeluruh, bukan "kasuistis." Fr. Lombardi lebih lanjut mengatakan bahwa pidato Kasper adalah "sangat selaras" dengan ucapan Paus.

Hari berikutnya Paus Francis memuji Kasper dengan penuh semangat. Dia berkata:

Kemarin, sebelum tidur, meskipun tidak sampai tertidur saya membaca, atau membaca kembali, berbagai pernyataan Kardinal Kasper ini. Saya ingin berterima kasih padanya karena saya menemukan suatu teologi yang mendalam serta ketenangan pikiran dalam teologi itu. Adalah bagus untuk membaca teologi yang menenangkan seperti itu. Hal itu membuat saya merasa puas dan saya mempunyai sebuah ide; dan maafkan saya jika saya mempermalukan Mulia, tetapi ide itu adalah: hal ini disebut melakukan teologi sambil berlutut. Terima kasih. Terima kasih.

Ketika tulisan Kasper itu diterbitkan dalam bentuk buku kurang dari sebulan kemudian kata-kata Paus muncul sebagai dukungan pada sampul belakangnya.

Namun, jika Kardinal Kasper mengira bahwa dukungan secara terbuka dari Paus itu akan mencegah penentangan terhadap usulannya, maka dia sangat keliru. Dalam minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya sejumlah publikasi yang keras muncul menyikapi usulannya; yang paling keras adalah buku yang ditulis oleh lima orang Kardinal dan empat orang klerus lainnya. Buku itu berjudul ‘Remaining in the Truth of Christ: Marriage and Communion in the Catholic Church’, dan ia adalah merupakan sanggahan sistematis terhadap argumen yang diajukan oleh Kardinal Kasper.

Kasper sendiri melakukan kampanye luas untuk mendukung posisinya, memberikan banyak wawancara panjang lebar dengan para religius dan media massa. Dan dia selalu mengatakan bahwa dirinya bertindak sesuai dengan Paus.

Misalnya pada 26 September 2014 sebelum Sinode dibuka, Kasper memberikan wawancara kepada Il Mattinoin dimana dia berkata, "Saya sepakat dalam segala hal dengan dia. Dia juga setuju. Apa yang bisa dilakukan seorang kardinal kecuali harus bersama dengan Paus? "

Kemudian dalam wawancara itu dia menegaskan lagi: "Saya setuju dengan Paus; Saya berbicara dua kali dengan dia. Dia menunjukkan bahwa dirinya merasa puas "

Bapa Suci sendiri telah memberikan indikasi yang jelas tentang pandangannya. Dalam sebuah wawancara dengan sebuah surat kabar Argentina sesaat sebelum Sinode, dia ditanya tentang buku ‘Remaining in the Truth of Christ’. Pewawancara bertanya apakah dia "khawatir" dengan buku itu, yang menempatkan PF pada "posisi kritis".

Bapa Suci tidak menolak anggapan bahwa dia setuju dengan Kardinal Kasper, dia menjawab "Setiap orang memiliki sesuatu untuk berkontribusi. Aku bahkan senang berdebat dengan para uskup yang sangat konservatif, namun yang intelektual."

Dia melanjutkan: "Dunia telah berubah dan Gereja tidak dapat mengunci dirinya didalam interpretasi dogma yang kaku."

Rencana untuk memanipulasi sinode

Dalam khotbah pembukaan pada Sinode itu Paus Francis mengecam: "Para pastor jahat yang menaruh beban tak tertahankan di pundak orang lain, dimana mereka sendiri tidak bersedia mengangkat satu jaripun untuk bergerak."

Dia melanjutkan: "Sinode ini tidak dimaksudkan untuk mendiskusikan ide-ide yang indah dan cerdas, atau untuk melihat siapa yang lebih pintar."

Sesi pertama dari Sinode diadakan pada hari Senin 6thOctober 2014, dan dengan segera menjadi jelas bahwa jalannya sinode itu berjalan sesuai agenda yang telah diatur sebelumnya.

Memang, kita telah diperingatkan tentang kemungkinan ini. Pada 20 September wartawan Marco Tossati telah melaporkan di La Stampa bahwa ada seorang kardinal yang tidak disebutkan namanya telah diketahui menjelaskan bagaimana Sinode itu akan dimanipulasi untuk menyepakati perubahan dalam ajaran Gereja dalam hal Komuni bagi orang yang bercerai dan menikah lagi.

Tossati menjelaskan tiga unsur dari rencana itu:

Pertama, memastikan bahwa semua presentasi tertulis diserahkan sejak dini sebelum sinode. Hal ini sudah dilakukan pada saat artikel Tossati itu diterbitkan.

Kedua, membaca semua presentasi dengan hati-hati dan untuk mengatur hal itu maka sebelum pidato yang dianggap akan "bermasalah" disampaikan, peserta lain (yang telah ditunjuk oleh panitia) dari sinode itu akan berbicara lebih dahulu untuk menanggapi poin yang hendak disampaikan.

Ketiga, untuk mencegah beberapa bapa (peserta) sinode agar tidak berbicara terlalu panjang dengan alasan bahwa mereka sudah kehabisan waktu.

Kami tidak tahu persis apa yang dikatakan di aula sinode karena, untuk pertama kalinya dalam sinode-sinode belakangan ini terakhir, intervensi dari para bapa sinode dirahasiakan. Semua komunikasi antara para bapa sinode dengan masyarakat dilakukan melalui konferensi pers harian dan briefing yang diselenggarakan oleh kantor pers Takhta Suci.

Para anggota dari tim ‘the Voice of the Family’ menghadiri semua acara dan kami setuju sepenuhnya dengan pernyataan Kardinal Burke itu, "informasi yang ada dimanipulasi dengan cara sedemikian hingga seolah-olah hanya menekankan pada satu pendapat saja, bukannya melaporkan berbagai pendapat yang diungkapkan dalam sidang. "

Laporan pertengahan (mid-term report) : sebuah revolusi

Manipulasi ini menjadi semakin jelas pada relatio post disceptationem, yang dirilis pada pertengahan jalannya sinode. Dokumen interim ini, konon berdasarkan kontribusi dari para bapa sinode itu, demikian kalimat George Kardinal Pell, "bersikap tendensius dan miring," dan menurut kalimat Wilfrid Kardinal Napier, Uskup Agung Durban, dokumen itu "hampir tak  bisa diperbaiki" dan "ia sama sekali bukanlah merupakan apa yang kita perbincangkan."

Laporan pertengahan sinode ini membuat semakin jelas bahwa tujuan dari orang-orang radikal itu bukan hanya mengijinkan penerimaan Komuni Kudus bagi kelompok bermasalah tertentu, tetapi juga berupa serangan terhadap seluruh struktur ajaran Gereja mengenai kehidupan, perkawinan dan keluarga.

Diskusi yang luas dari dokumen sinode itu bukanlah ruang lingkup dari artikel ini, tapi situasi yang terjadi didalam sinode dirangkum dengan baik oleh Kardinal Burke yang mengatakan bahwa sinode itu:

.... menunjukkan, dengan cara yang membingungkan dan kadang-kadang keliru, adanya praktek yang bertentangan dengan ajaran tetap dari Gereja serta praktek mengenai Perkawinan Kudus. Saya mengacu kepada tindakan yang akan memberikan akses kepada Sakramen-sakramen bagi orang-orang yang hidup dalam perzinahan, dan yang akan mendukung, dengan beberapa cara, hidup bersama diluar nikah serta hubungan seksual antara orang-orang dari jenis kelamin yang sama.

Dia melanjutkan untuk menggambarkan laporan sementara sinode itu, sebagai "sebuah manifesto, semacam hasutan untuk mengadakan pendekatan baru terhadap isu-isu fundamental drseksualitas manusia dalam Gereja."

George Pell Kardinal mengungkapkan pandangan serupa. Dia berkata, "unsur-unsur radikal" didalam hirarki Gereja yang menggunakan isu Komuni Kudus bagi orang yang bercerai dan menikah lagi, sebagai, menurut kata-katanya sendiri, "kuda yang menguntit". Apa yang mereka inginkan, kata Kardinal Pell, adalah penerimaan budaya ‘kumpul kebo’ dan ‘perkawinan sesama jenis’.

Tidak heran jika kemudian media massa dunia melaporkan dokumen sinode itu sebagai sebuah "revolusi" dalam Gereja.

Namun ada penentangan yang signifikan terhadap dokumen itu dari antara banyak bapa sinode dan hal ini terwujud ketika parabapa sinode itu memisahkan diri menjadi kelompok-kelompok kecil untuk membahas teks laporan. Masing-masing kelompok kecil ini mengeluarkan usulan yang menganjurkan perubahan atas laporan itu

Para bapa sinode memberontak

Pada pagi hari Kamis 16 Oktober 2015, Kardinal Baldisseri mengumumkan bahwa laporan dan usulan dari kelompok-kelompok kecil itu tidak akan dipublikasikan, dimana hal ini juga menimbulkan kekisruhan. Pengumuman ini menyebabkan kemarahan meletus di lantai aula sinode. Laporan menunjukkan bahwa sejumlah besar bapa sinode, yang dipimpin oleh Kardinal Pell, menuntut publikasi atas usulan mereka, yang kemudian dikabulkan, dimana hal itu dikatakan dengan melalui anggukan kepala dari Bapa Suci setelah jeda waktu sekitar lima belas menit kemudian.

Kardinal Burke menjelaskan mengapa penerbitan laporan itu sangat diperlukan:
"Hal itu penting agar masyarakat tahu, melalui publikasi laporan, bahwa relatio adalah dokumen serius yang cacat dan tidak mengungkapkan secara memadai ajaran dan disiplin Gereja, dan dalam beberapa aspek, menyebarkan kesalahan doktrinal serta pendekatan pastoral yang salah . "

Publikasi laporan dari kelompok-kelompok kecil itu memastikan bahwa amandemen yang signifikan harus dibuat dalam laporan akhir dari sinode. Relatio synodi (laporan sinode) terakhir berisi banyak sekali pernyataan dan kutipan ulang dari ajaran Katolik pada beberapa isu-isu penting, meski belum semua.

Sebagai contoh, laporan interim mengatakan, "persatuan antara orang-orang dari jenis kelamin yang sama tidak dapat dianggap sama dengan perkawinan antara pria dan wanita." Pernyataan ini jelas dapat diartikan sebagai ‘bahwa ada beberapa pijakan di mana mereka (persatuan dari orang dengan jenis yang sama) bisa dianggap sah. Di sisi lain laporan akhir itu juga mengutip ajaran Gereja sebelumnya ketika ia mengatakan: "Sama sekali tidak ada alasan untuk mempertimbangkan persatuan homoseksual sebagai persatuan yang sama atau bahkan jauh dengan rencana Allah bagi pernikahan dan keluarga."

Sementara perubahan tersebut jelas sangat positif, tetapi pandangan dari Voice of the Family adalah bahwa kedua dokumen itu keduanya pada dasarnya memiliki masalah mendasar yang sama, dan bahwa synodi relatio (laporan sinode) itu, dengan segala perubahannya, tetaplah tidak dapat diterima.

Kebingungan yang luar biasa

Kita tahu, karena Kardinal Baldisseri telah menegaskan hal itu, bahwa Bapa Suci telah membaca dan menyetujui semua dokumen yang dihasilkan pada setiap tahap dari proses sinode.

Sinode Luar Biasa mengenai Keluarga itu ditutup pada hari Sabtu 18 Oktober 2015. Dalam pidato terakhirnya yang ditujukan kepada para bapa sinode, Paus Francis telah menyalahkan apa yang disebutnya:

....sebuah godaan untuk bersikap kaku dan keras serta bermusuhan, yaitu, ingin menutup diri dalam kalimat-kalimat yang, dan surat itu, dan tidak membiarkan dirinya untuk dikejutkan oleh Allah, oleh Allah yang penuh kejutan, roh; didalam hukum, dalam kepastian dari apa yang kita ketahui, dan bukan dari apa yang masih perlu kita pelajari dan kita capai. Sejak zaman Kristus dulu, itu adalah godaan dari orang-orang yang bersemangat, orang-orang yang teliti, dari orang-orang yang ingin mendapatkan sesuatu dan yang saat ini disebut - "tradisionalis" dan juga dari kaum intelektual.
PF kemudian mengkritik kesalahan dari orang-orang yang disebut " progresif dan liberal" yang dia tuduh "membalut luka tanpa terlebih dahulu menyembuhkannya " dan mengobati "gejala dan bukan penyebab" dari masalah yang ada di masyarakat.

Namun kemudian PF beralih kepada mereka yang, saya kutip, "merubah roti menjadi batu dan melemparkannya kepada orang-orang berdosa, lemah, dan orang sakit, yaitu dengan  merubahnya menjadi beban yang tak tertahankan."

Dapat dimengerti, mengingat konteks pernyataannya dan isi perdebatan selama sinode, bahwa banyak orang telah menafsirkan kata-kata Bapa Suci sebagai kritik dari orang-orang yang membela doktrin Katolik terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh agenda radikal yang dianjurkan oleh Kardinal Kasper dan uskup-uskup senior lainnya.

Saya akan menutup dengan refleksi singkat dari Kardinal Burke yang diambil dari wawancaranya dengan the Catholic News Service, tidak lama setelah sinode berakhir:

... Dalam waktu singkat betapa jauhnya kita telah turun dan menjauhi kebenaran iman kita dan kebenaran hukum moral di masyarakat pada umumnya. Tapi fakta bahwa pertanyaan semacam sedang serius dibahas dalam gereja hendaknya mengejutkan kita semua dan menyadarkan kita pada kebutuhan saat ini untuk memberikan saksi yang heroik terhadap kebenaran bahwa pernikahan adalah tak terceraikan, dimana kebenaran itu kini sedang mendapatkan serangan dari dalam gereja sendiri.

Dia melanjutkan :

... Fakta bahwa hal ini sedang dibahas dan dipertanyakan oleh para pemimpin konferensi uskup-uskup, oleh kepala-kepala kongregasi Kuria Romawi, dan oleh orang-orang yang ditunjuk secara khusus oluh Bapa Suci bagi sinode itu, menimbulkan kebingungan yang luar biasa dan bahkan bisa mendorong umat beriman ke dalam kesesatan, berkaitan dengan ajaran tentang pernikahan dan ajaran-ajaran lainnya.

Catatan: Ini adalah ringkasan ceramah yang diberikan oleh Matthew di Roma Hidup Forum, yang diselenggarakan oleh the Rome Life Forum pada Jumat, 8 Mei 2015

No comments:

Post a Comment