Apakah PF mendukung usulan Kasper?
Apa yang sebenarnya terjadi pada sinode itu?
ROMA, 12 Mei 2015
(LifeSiteNews) – Pada 17 Maret 2013, empat hari setelah terpilih sebagai Paus
dan pada saat Angelus pertamanya di Lapangan Santo Petrus, Bapa Suci menarik
perhatian kita semua dengan merujuk kepada sebuah buku baru yang diterbitkan
oleh Walter Kardinal Kasper dimana dia sangat memuji buku itu. Dia berkata:
Pada hari-hari ini
saya telah bisa membaca sebuah buku karya seorang Kardinal - Kardinal Kasper,
seorang teolog berbakat, seorang teolog yang baik – mengenai masalah belas
kasih. Dan buku itu membuat saya senang, tapi jangan berpikir bahwa saya
mempublikasikan buku-buku karya para kardinal saya. Bukan begitu!
Kardinal Kasper telah
bertahun-tahun menganjurkan perubahan dalam ajaran Gereja Katolik soal penerimaan
Komuni Kudus pada mereka yang bercerai dan "menikah lagi" dan buku
yang dimaksud adalah berjudul ‘Mercy: The Essence of the Gospel and the Key
to the Christian Life’, yang
sangat mendukung berbagai masalah serius , yang mendasari dukungannya
kepada perubahan ajaran Gereja tersebut.
Dalam buku ini dibahas,
namun tidak terbatas pada, pemahaman Kasper tentang sifat keadilan dan belas
kasihan, teologi pembenaran dan, yang paling serius dari semuanya, pemahamannya
atas sifat Allah.
Buku itu telah ini
menyebabkan keprihatinan yang besar bagi banyak umat Katolik karena Paus
Francis berbicara tentang Kasper serta bukunya dengan nada seperti itu.
Pada tanggal 8 Oktober
2013 Bapa Suci mengumumkan bahwa dua sinode akan diadakan untuk membahas "Tantangan-tantangan Pastoral dalam Keluarga
dalam Konteks Evangelisasi". Sinode itu harus diselenggarakan oleh
Sekretariat Jenderal Sinode yang dipimpin oleh Lorenzo Kardinal Baldisseri.
Pada 26 Oktober Sekretariat mengirimkan kuesioner kepada semua uskup Katolik dan
mengundang di seluruh umat Katolik dari segala tingkatan untuk mengirimkan
pendapat mereka tentang masalah yang berkaitan dengan pernikahan dan keluarga.
Tiga hari sebelumnya,
pada 23 Oktober 2013, Prefek Kongregasi Doktrin Iman, Yang Mulia Gerhard Ludwig
Kardinal Müller telah menerbitkan sebuah artikel panjang di L'Osservatore
Romano, berjudul "Kesaksian atas kuasa
rahmat: atas yang tak terceraikannya perkawinan serta perdebatan mengenai pernikahan
kembali secara sipil dan sakramen-sakramen"
Artikel ini membela
ajaran Gereja yang tak dapat berubah : bahwa pernikahan sakramental Gereja yang
sah dan disempurnakan tidak dapat dibubarkan oleh kuasa apapun di dunia dan
bahwa orang-orang yang bercerai yang kemudian menjalin pernikahan secara sipil tidak
dapat menerima sakramen Tobat dan Kudus Komuni tanpa pertobatan sejati dan
perubahan atas kehidupannya .
Artikel oleh Müller ini
merupakan indikasi yang jelas dari keprihatinannya tentang arah sinode sejak tahap
yang sangat awal. Benar saja, Reinhard Kardinal Marx, Ketua Konferensi Uskup
dari Jerman dan seorang anggota ‘lingkaran dalam’ dari Paus Francis yang
terdiri atas 'sembilan orang kardinal’ menegaskan bahwa Kardinal Müller tidak
akan mampu untuk "menghentikan perdebatan" itu, karena pada sinode itu
"semuanya akan dibahas" dan bahwa "pada saat itu tidak mungkin
untuk mengatakan apa hasil perdebatan itu."
Berkali-kali Kasper
mengaku didukung oleh PF
Ini adalah indikasi
awal bahwa masalah penerimaan Komuni Kudus bagi orang yang bercerai dan
"menikah lagi" sudah berada pada agenda sinode. Semua keraguan telah
dihapus pada tanggal 20 Februari 2014 ketika Kardinal Kasper berbicara kepada
seorang yang mewakili para Kardinal yang secara khusus dipanggil untuk
mempersiapkan sinode mendatang.
Dalam sambutannya dia menganjurkan
untuk diterimanya kembali orang yang bercerai dan menikah lagi agar dia bisa
menerima Komuni Kudus tanpa perubahan hidup (tanpa pertobatan), dan dia mengusulkan
sejumlah pembenaran potensial bagi tindakan itu. Dia mengatakan bahwa dia tidak
"mengesampingkan bahwa kesimpulan terakhir yang akan diberikan pada Sinode
itu nanti, akan sesuai dengan keinginan Paus."
Beberapa laporan
menunjukkan bahwa ada penentangan substansial atas usulan Kasper ini dari para Kardinal
lainnya. Kardinal Ruini, Vikaris Emeritus Roma, dikatakan telah menyatakan
bahwa 85% dari mereka yang hadir telah menentang usulan Kasper ini.
Kasper kemudian
memiliki kesempatan untuk menanggapi kritikan kepadanya dan dia menjelaskan bahwa
dia tidak bertindak sendiri atau atas inisiatif sendiri. Dia mengatakan kepada para
peserta bahwa dia sangat berterima kasih kepada Bapa Suci "atas kepercayaannya
karena telah menyerahkan laporan itu kepada saya."
Fr. Lombardi, juru
bicara Vatikan, mengatakan kepada pers bahwa Bapa Suci mengatakan kepada para kardinal
bahwa masalah Komuni Kudus bagi mereka yang bercerai dan "menikah
lagi" harus ditangani secara menyeluruh, bukan "kasuistis." Fr.
Lombardi lebih lanjut mengatakan bahwa pidato Kasper adalah "sangat selaras"
dengan ucapan Paus.
Hari berikutnya Paus Francis memuji Kasper dengan penuh semangat. Dia
berkata:
Kemarin, sebelum
tidur, meskipun tidak sampai tertidur saya membaca, atau membaca kembali, berbagai
pernyataan Kardinal Kasper ini. Saya ingin berterima kasih padanya karena saya
menemukan suatu teologi yang mendalam serta ketenangan pikiran dalam teologi
itu. Adalah bagus untuk membaca teologi yang menenangkan seperti itu. Hal itu membuat
saya merasa puas dan saya mempunyai sebuah ide; dan maafkan saya jika saya
mempermalukan Mulia, tetapi ide itu adalah: hal ini disebut melakukan teologi
sambil berlutut. Terima kasih. Terima kasih.
Ketika tulisan Kasper
itu diterbitkan dalam bentuk buku kurang dari sebulan kemudian kata-kata Paus
muncul sebagai dukungan pada sampul belakangnya.
Namun, jika Kardinal
Kasper mengira bahwa dukungan secara terbuka dari Paus itu akan mencegah penentangan
terhadap usulannya, maka dia sangat keliru. Dalam minggu-minggu dan bulan-bulan
berikutnya sejumlah publikasi yang keras muncul menyikapi usulannya; yang
paling keras adalah buku yang ditulis oleh lima orang Kardinal dan empat orang
klerus lainnya. Buku itu berjudul ‘Remaining in the Truth of Christ:
Marriage and Communion in the Catholic Church’, dan ia adalah merupakan sanggahan
sistematis terhadap argumen yang diajukan oleh Kardinal Kasper.
Kasper sendiri melakukan
kampanye luas untuk mendukung posisinya, memberikan banyak wawancara panjang lebar
dengan para religius dan media massa. Dan dia selalu mengatakan bahwa dirinya bertindak
sesuai dengan Paus.
Misalnya pada 26
September 2014 sebelum Sinode dibuka, Kasper memberikan wawancara kepada Il Mattinoin dimana dia berkata,
"Saya sepakat dalam segala hal dengan dia. Dia juga setuju. Apa yang bisa dilakukan
seorang kardinal kecuali harus bersama dengan Paus? "
Kemudian dalam
wawancara itu dia menegaskan lagi: "Saya setuju dengan Paus; Saya
berbicara dua kali dengan dia. Dia menunjukkan bahwa dirinya merasa puas "
Bapa Suci sendiri
telah memberikan indikasi yang jelas tentang pandangannya. Dalam sebuah
wawancara dengan sebuah surat kabar Argentina sesaat sebelum Sinode, dia
ditanya tentang buku ‘Remaining in the Truth of Christ’. Pewawancara
bertanya apakah dia "khawatir" dengan buku itu, yang menempatkan PF pada
"posisi kritis".
Bapa Suci tidak
menolak anggapan bahwa dia setuju dengan Kardinal Kasper, dia menjawab
"Setiap orang memiliki sesuatu untuk berkontribusi. Aku bahkan senang berdebat
dengan para uskup yang sangat konservatif, namun yang intelektual."
Dia melanjutkan:
"Dunia telah berubah dan Gereja tidak dapat mengunci dirinya didalam interpretasi
dogma yang kaku."
Rencana untuk
memanipulasi sinode
Dalam khotbah
pembukaan pada Sinode itu Paus Francis mengecam: "Para pastor jahat yang menaruh
beban tak tertahankan di pundak orang lain, dimana mereka sendiri tidak bersedia
mengangkat satu jaripun untuk bergerak."
Dia melanjutkan:
"Sinode ini tidak dimaksudkan untuk mendiskusikan ide-ide yang indah dan
cerdas, atau untuk melihat siapa yang lebih pintar."
Sesi pertama dari
Sinode diadakan pada hari Senin 6thOctober 2014, dan dengan segera menjadi
jelas bahwa jalannya sinode itu berjalan sesuai agenda yang telah diatur
sebelumnya.
Memang, kita telah
diperingatkan tentang kemungkinan ini. Pada 20 September wartawan Marco Tossati
telah melaporkan di La Stampa bahwa ada
seorang kardinal yang tidak disebutkan namanya telah diketahui menjelaskan
bagaimana Sinode itu akan dimanipulasi untuk menyepakati perubahan dalam ajaran
Gereja dalam hal Komuni bagi orang yang bercerai dan menikah lagi.
Tossati menjelaskan
tiga unsur dari rencana itu:
Pertama, memastikan
bahwa semua presentasi tertulis diserahkan sejak dini sebelum sinode. Hal ini
sudah dilakukan pada saat artikel Tossati itu diterbitkan.
Kedua, membaca semua
presentasi dengan hati-hati dan untuk mengatur hal itu maka sebelum pidato yang
dianggap akan "bermasalah" disampaikan, peserta lain (yang telah
ditunjuk oleh panitia) dari sinode itu akan berbicara lebih dahulu untuk
menanggapi poin yang hendak disampaikan.
Ketiga, untuk mencegah
beberapa bapa (peserta) sinode agar tidak berbicara terlalu panjang dengan
alasan bahwa mereka sudah kehabisan waktu.
Kami tidak tahu persis
apa yang dikatakan di aula sinode karena, untuk pertama kalinya dalam sinode-sinode
belakangan ini terakhir, intervensi dari para bapa sinode dirahasiakan. Semua
komunikasi antara para bapa sinode dengan masyarakat dilakukan melalui konferensi
pers harian dan briefing yang diselenggarakan oleh kantor pers Takhta Suci.
Para anggota dari tim
‘the Voice of the Family’ menghadiri semua acara dan kami setuju sepenuhnya
dengan pernyataan Kardinal Burke itu, "informasi yang ada dimanipulasi
dengan cara sedemikian hingga seolah-olah hanya menekankan pada satu pendapat
saja, bukannya melaporkan berbagai pendapat yang diungkapkan dalam sidang.
"
Laporan pertengahan
(mid-term report) : sebuah revolusi
Manipulasi ini menjadi
semakin jelas pada relatio post disceptationem, yang
dirilis pada pertengahan jalannya sinode. Dokumen interim ini, konon
berdasarkan kontribusi dari para bapa sinode itu, demikian kalimat George
Kardinal Pell, "bersikap tendensius dan miring," dan menurut kalimat Wilfrid
Kardinal Napier, Uskup Agung Durban, dokumen itu "hampir tak bisa diperbaiki" dan "ia sama sekali
bukanlah merupakan apa yang kita perbincangkan."
Laporan pertengahan
sinode ini membuat semakin jelas bahwa tujuan dari orang-orang radikal itu bukan
hanya mengijinkan penerimaan Komuni Kudus bagi kelompok bermasalah tertentu, tetapi
juga berupa serangan terhadap seluruh struktur ajaran Gereja mengenai kehidupan,
perkawinan dan keluarga.
Diskusi yang luas dari
dokumen sinode itu bukanlah ruang lingkup dari artikel ini, tapi situasi yang
terjadi didalam sinode dirangkum dengan baik oleh Kardinal Burke yang
mengatakan bahwa sinode itu:
.... menunjukkan, dengan
cara yang membingungkan dan kadang-kadang keliru, adanya praktek yang
bertentangan dengan ajaran tetap dari Gereja serta praktek mengenai Perkawinan Kudus.
Saya mengacu kepada tindakan yang akan memberikan akses kepada Sakramen-sakramen
bagi orang-orang yang hidup dalam perzinahan, dan yang akan mendukung, dengan beberapa
cara, hidup bersama diluar nikah serta hubungan seksual antara orang-orang dari
jenis kelamin yang sama.
Dia melanjutkan untuk
menggambarkan laporan sementara sinode itu, sebagai "sebuah manifesto, semacam hasutan untuk mengadakan pendekatan
baru terhadap isu-isu fundamental drseksualitas manusia dalam Gereja."
George Pell Kardinal
mengungkapkan pandangan serupa. Dia berkata, "unsur-unsur radikal" didalam
hirarki Gereja yang menggunakan isu Komuni Kudus bagi orang yang bercerai dan menikah
lagi, sebagai, menurut kata-katanya sendiri, "kuda yang menguntit".
Apa yang mereka inginkan, kata Kardinal Pell, adalah penerimaan budaya ‘kumpul
kebo’ dan ‘perkawinan sesama jenis’.
Tidak heran jika kemudian
media massa dunia melaporkan dokumen sinode itu sebagai sebuah "revolusi"
dalam Gereja.
Namun ada penentangan yang
signifikan terhadap dokumen itu dari antara banyak bapa sinode dan hal ini
terwujud ketika parabapa sinode itu memisahkan diri menjadi kelompok-kelompok
kecil untuk membahas teks laporan. Masing-masing kelompok kecil ini
mengeluarkan usulan yang menganjurkan perubahan atas laporan itu
Para bapa sinode
memberontak
Pada pagi hari Kamis
16 Oktober 2015, Kardinal Baldisseri mengumumkan bahwa laporan dan usulan dari
kelompok-kelompok kecil itu tidak akan dipublikasikan, dimana hal ini juga
menimbulkan kekisruhan. Pengumuman ini menyebabkan kemarahan meletus di lantai
aula sinode. Laporan menunjukkan bahwa sejumlah besar bapa sinode, yang
dipimpin oleh Kardinal Pell, menuntut publikasi atas usulan mereka, yang
kemudian dikabulkan, dimana hal itu dikatakan dengan melalui anggukan kepala dari
Bapa Suci setelah jeda waktu sekitar lima belas menit kemudian.
Kardinal Burke
menjelaskan mengapa penerbitan laporan itu sangat diperlukan:
"Hal itu penting agar
masyarakat tahu, melalui publikasi laporan, bahwa relatio adalah dokumen serius yang cacat dan tidak mengungkapkan
secara memadai ajaran dan disiplin Gereja, dan dalam beberapa aspek, menyebarkan
kesalahan doktrinal serta pendekatan pastoral yang salah . "
Publikasi laporan dari
kelompok-kelompok kecil itu memastikan bahwa amandemen yang signifikan harus
dibuat dalam laporan akhir dari sinode. Relatio synodi (laporan
sinode) terakhir berisi banyak sekali pernyataan dan kutipan ulang dari ajaran
Katolik pada beberapa isu-isu penting, meski belum semua.
Sebagai contoh,
laporan interim mengatakan, "persatuan antara orang-orang dari jenis
kelamin yang sama tidak dapat dianggap sama dengan perkawinan antara pria dan
wanita." Pernyataan ini jelas dapat diartikan sebagai ‘bahwa ada beberapa
pijakan di mana mereka (persatuan dari orang dengan jenis yang sama) bisa
dianggap sah. Di sisi lain laporan akhir itu juga mengutip ajaran Gereja
sebelumnya ketika ia mengatakan: "Sama sekali tidak ada alasan untuk
mempertimbangkan persatuan homoseksual sebagai persatuan yang sama atau bahkan
jauh dengan rencana Allah bagi pernikahan dan keluarga."
Sementara perubahan
tersebut jelas sangat positif, tetapi pandangan dari Voice of the
Family adalah
bahwa kedua dokumen itu keduanya pada dasarnya memiliki masalah mendasar yang
sama, dan bahwa synodi relatio
(laporan sinode) itu, dengan segala perubahannya, tetaplah tidak dapat
diterima.
Kebingungan yang luar biasa
Kita tahu, karena
Kardinal Baldisseri telah menegaskan hal itu, bahwa Bapa Suci telah membaca dan
menyetujui semua dokumen yang dihasilkan pada setiap tahap dari proses sinode.
Sinode Luar Biasa mengenai
Keluarga itu ditutup pada hari Sabtu 18 Oktober 2015. Dalam pidato terakhirnya yang
ditujukan kepada para bapa sinode, Paus Francis telah menyalahkan apa yang
disebutnya:
....sebuah godaan untuk bersikap kaku dan keras serta bermusuhan, yaitu,
ingin menutup diri dalam kalimat-kalimat yang, dan surat itu, dan tidak
membiarkan dirinya untuk dikejutkan oleh Allah, oleh Allah yang penuh kejutan,
roh; didalam hukum, dalam kepastian dari apa yang kita ketahui, dan bukan dari
apa yang masih perlu kita pelajari dan kita capai. Sejak zaman Kristus dulu,
itu adalah godaan dari orang-orang yang bersemangat, orang-orang yang teliti,
dari orang-orang yang ingin mendapatkan sesuatu dan yang saat ini disebut -
"tradisionalis" dan juga dari kaum intelektual.
PF kemudian mengkritik
kesalahan dari orang-orang yang disebut " progresif dan liberal" yang
dia tuduh "membalut luka tanpa terlebih dahulu menyembuhkannya " dan
mengobati "gejala dan bukan penyebab" dari masalah yang ada di
masyarakat.
Namun kemudian PF
beralih kepada mereka yang, saya kutip, "merubah roti menjadi batu dan
melemparkannya kepada orang-orang berdosa, lemah, dan orang sakit, yaitu dengan
merubahnya menjadi beban yang tak
tertahankan."
Dapat dimengerti,
mengingat konteks pernyataannya dan isi perdebatan selama sinode, bahwa banyak orang
telah menafsirkan kata-kata Bapa Suci sebagai kritik dari orang-orang yang
membela doktrin Katolik terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh agenda radikal yang
dianjurkan oleh Kardinal Kasper dan uskup-uskup senior lainnya.
Saya akan menutup dengan
refleksi singkat dari Kardinal Burke yang diambil dari wawancaranya dengan the Catholic News Service, tidak lama
setelah sinode berakhir:
... Dalam waktu
singkat betapa jauhnya kita telah turun dan menjauhi kebenaran iman kita dan
kebenaran hukum moral di masyarakat pada umumnya. Tapi fakta bahwa pertanyaan semacam
sedang serius dibahas dalam gereja hendaknya mengejutkan kita semua dan
menyadarkan kita pada kebutuhan saat ini untuk memberikan saksi yang heroik terhadap
kebenaran bahwa pernikahan adalah tak terceraikan, dimana kebenaran itu kini
sedang mendapatkan serangan dari dalam gereja sendiri.
Dia melanjutkan :
... Fakta bahwa hal ini sedang dibahas dan dipertanyakan oleh para pemimpin
konferensi uskup-uskup, oleh kepala-kepala kongregasi Kuria Romawi, dan oleh orang-orang
yang ditunjuk secara khusus oluh Bapa Suci bagi sinode itu, menimbulkan kebingungan
yang luar biasa dan bahkan bisa mendorong umat beriman ke dalam kesesatan,
berkaitan dengan ajaran tentang pernikahan dan ajaran-ajaran lainnya.
Catatan: Ini adalah ringkasan ceramah
yang diberikan oleh Matthew di Roma Hidup Forum, yang diselenggarakan oleh the Rome Life Forum pada Jumat,
8 Mei 2015
No comments:
Post a Comment