Uskup-uskup menyatukan
kekuatan untuk membela doktrin Gereja mengenai perkawinan
Aslinya ada disini :
oleh : PAULSIMEON2014
Uskup-uskup
Katolik Roma menentang reformasi liberal Gereja dalam upaya pendekatan terhadap
kaum homoseksual dan mereka yang bercerai (dan menikah lagi) setelah diadakannya
sinode khusus mengenai keluarga, yang secara nyata merupakan pukulan terhadap agenda
reformis dari Paus Francis. Pada akhir dan penutupan sinode para uskup se dunia
itu, kita semua telah melihat para uskup dan kardinal saling berbenturan secara
terbuka dengan rekan-rekan mereka yang bersikap liberal yang secara radikal mau
merombak pendekatan Gereja terhadap perkawinan yang kacau.
Juru
bicara Vatikan, Federico Lombardi, mengatakan bahwa para peserta sinode telah
menyetujui "keseimbangan-ulang" dalam laporan akhir yang
memperhitungkan keprihatinan dari mayoritas uskup. Dalam pemungutan suara terakhir
setelah dua minggu terlibat dalam perdebatan sengit, ada tiga paragraf yang menyentuh
isu-isu panas dari perubahan dalam pendekatan Gereja terhadap kaum gay dan pemberian
ijin bagi orang Katolik yang bercerai dan menikah lagi untuk menerima komuni,
tidak mendapatkan mayoritas dua pertiga suara yang dibutuhkan.
Kontroversi
dalam laporan pertengahan sinode
Paragraf-paragraf
yang kontroversial pertama kali muncul dalam laporan pertengahan sinode yang
diterbitkan pada 13 Oktober, dimana mengatakan laporan memicu reaksi keras dari
para uskup dan kardinal, yang mengeluhkan bahwa laporan itu salah dalam mengartikan
hasil diskusi dalam sinode, dan secara keliru hal itu dikaitkan dengan dewan
pengarah sinode, sebuah posisi yang ternyata bertentangan dengan ajaran Gereja
yang telah berlangsung selama berabad-abad ini.
Paragraf
kontroversial dalam laporan jangka menengah sinode itu termasuk adanya "sisi
positif" dalam situasi yang penuh dosa: bahwa "kaum homoseksual
memiliki karunia-karunia dan kualitas yang bisa dipersembakan bagi komunitas Kristiani",
dan “dalam hal hidup bersama, pernikahan sipil dan orang yang bercerai dan kemudian
menikah lagi, itu adalah tugas Gereja untuk mengenali benih-benih Firman yang
telah menyebar ke luar batas-batas yang kelihatan dan sakramental ... "
Laporan
pertengahan sinode itu dikritik oleh banyak Cardinal terkemuka, termasuk
Gerhard Muller, Prefek Kongregasi untuk Ajaran Iman, Kardinal Raymund Burke,
kepala Apostolik Signatura, Presiden Konferensi Uskup-uskup Polandia, dan
banyak lainnya. Para kardinal mengeluh bahwa teks laporan itu, bukannya
mendorong orang kepada kesucian dan pertobatan, tetapi tampaknya ia mendorong untuk
terus hidup didalam keadaan dosa dengan mengakui "aspek positif" dari
situasi yang penuh dosa itu.
Keluhan
lebih lanjut dari para bapa sinode atas laporan pertengahan sinode itu adalah
fakta bahwa laporan itu diterbitkan oleh penyelenggara sinode tanpa konsultasi dengan
para uskup sendiri. Bahkan, media massa telah bisa memperoleh laporan itu sebelum
para uskup membacanya - meskipun laporan itu dibuat seolah-olah itu adalah mewakili
pikiran seluruh peserta, padahal kenyataannya tidak begitu. Setelah munculnya banyak
reaksi, penyelenggara mengaitkan kegagalan itu kepada Uskup Agung Bruno Forte,
sekretaris khusus sinode yang ditunjuk oleh Francis, yang nampaknya adalah satu-satunya
penulis paragraf kontroversial itu tanpa berkonsultasi dengan penyelenggara sinode.
Para Kardinal
terkemuka, seperti Kardinal George Pell, Prefek Sekretariat Vatikan bidang perekonomian,
secara terbuka mengkritik penyelenggara Sinode, terutama Kardinal Baldisseri,
Sekretaris Sinode, yang telah "memanipulasi" sinode dan media massa.
Uskup-uskup
memberontak
Setelah
publikasi laporan jangka menengah yang kontroversial itu, para uskup berkumpul
dalam beberapa kelompok kecil, di mana menurut laporan yang ada, mereka mengkritisi
beberapa paragraf kontroversial dalam laporan itu. Laporan-laporan dari
kelompok-kelompok kecil ini menghilangkan paragraf kontroversial itu, dan kembali
menegaskan ajaran abadi dari Gereja tentang pernikahan dan perceraian.
Pada
akhir pertemuan dari kelompok-kelompok kecil uskup peserta sinode, pada 17
Oktober, Kardinal Baldisseri, Sekretaris Jenderal sinode mengumumkan bahwa
makalah dari kelompok-kelompok kecil itu tidak
akan dipublikasikan. Pada tahap inilah para kardinal dan uskup itu memberontak,
dimana Kardinal George Pell dilaporkan berdiri dan memukulkan tangannya ke atas
meja, dan berseru: "Hentikan memanipulasi Sinode ini!" Sebuah voting
dilakukan, dan dewan Sinode akhirnya menyetujui penerbitan laporan dari
kelompok-kelompok kecil ini.
Bisakah
Paus merubah doktrin?
Meskipun
sebagian besar pengamat dalam sinode itu bukan peserta aktif, namun ada kekuatan
yang tak kelihatan, berupa tangan yang kuat dari paus yang jelas dapat dilihat
di belakang kaum reformis liberal, yang mendorong untuk mendefinisikan kembali
ajaran-ajaran abadi Gereja tentang pernikahan. Adalah PF sendiri yang
mengundang teolog liberal favoritnya, Kardinal Walter Kasper, untuk berbicara
di depan semua uskup pada bulan Februari 2014, di mana dia menyajikan usulannya
yang kontroversial untuk mengijinkan umat Katolik yang bercerai dan menikah
lagi untuk menerima komuni.
Adalah PF
sendiri yang mengizinkan pasangan Australia Ron dan Mavis Pirola untuk
berbicara selama sinode dan mendorong para uskup untuk menerima pasangan gay.
Pasangan itu bersaksi tentang seorang teman yang mengizinkan anak mereka yang gay
untuk mengundang "pasangannya" untuk makan malam Natal bersama seluruh
keluarganya.
Adalah PF
sendiri yang menunjuk Uskup Agung Bruno Forte, yang menjadi sekretaris khusus dari
sinode, untuk menulis paragraf kontroversial dari laporan jangka menengah itu. Adalah
PF sendiri yang mengizinkan penyebaran laporan tersebut kepada media massa,
bahkan sebelum para uskup sendiri telah membacanya – dimana hal ini kemudian memicu
badai media global yang mengatakan adanya "perubahan" dari pendekatan
Gereja terhadap kaum gay dan orang yang bercerai dan menikah lagi.
Jelas sekali
deretan peristiwa ini menunjukkan kemana dukungan PF berpihak – yaitu mendukung
agenda liberal dari Kardinal Kasper dan kelompoknya. Karena itu, pertanyaan yang
sulit perlu ditanyakan: Jika paus merubah doktrin Katolik, dan mengadopsi sebuah
ajaran yang bertentangan dengan Sabda Yesus yang sangat jelas didalam Injil, maka
kita sebagai umat Katolik, masihkah kita diwajibkan untuk mengikuti ajaran yang
salah itu?
Kardinal
Amerika Raymond Leo Burke, mantan kepala pengadilan hukum kanon Vatikan,
mengatakan kepada situs berita BuzzFeed dari AS : "Paus tidaklah bebas
untuk merubah ajaran-ajaran Gereja mengenai imoralitas tindakan homoseksual
atau keutuhan dari pernikahan atau doktrin iman lainnya."
Sinode ini akan diikuti oleh konsultasi selama setahun berikutnya, dan
kuesioner lanjutan akan diedarkan ke keuskupan di seluruh dunia. Dan sinode
yang lebih besar akan diadakan pada bulan Oktober 2015.
No comments:
Post a Comment