Wednesday, August 5, 2015

Seorang pastor gay ditunjuk untuk memimpin dua paroki

Seorang pastor gay ditunjuk untuk memimpin dua paroki

Pastor Warren Hall yang sebelumnya bertugas di Seton Hall akan memimpin paroki di Hoboken dan Weehawken, New Jersey


by Christine Niles  •   August 3, 2015 

NEWARK, 3 Agustus 2015 (Churchmilitant.com) - Seorang imam gay dipecat dari Seton Hall University kini sedang dipindahkan ke dua paroki: paroki St. Petrus dan Paulus di Hoboken dan paroki St Lawrence di Weehawken, New Jersey.
Pastor Warren Hall dipecat sebagai utusan dan wakil kampus di Seton Hall bulan Mei lalu setelah ia memposting tulisannya di tweeter, yang mendukung perkawinan gay. Pemecatannya memicu kemarahan dari para siswanya. Ketika ditanya tentang pemindahannya, Seton Hall mengatakan keputusan pribadinya disampaikan kepada Keuskupan Agung Newark, dan seorang juru bicara Keuskupan Agung menegaskan, "Uskup Agung Newark menunjuk Direktur Departemen Kampus, yang menjabat pada posisi ini."
Hall merasa dia "telah dihukum" setelah postingannya yang pro-gay, dan dia menyatakan harapannya untuk bertemu dengan Paus Francis ketika Paus mengunjungi Amerika Serikat, untuk mendorong Paus agar "mendengarkan tantangan yang dihadapi oleh orang-orang LGBT" yang diakuinya sebagai telah "dibungkam dan menerimanya karena takut menerima sanksi disiplin oleh atasan mereka."
"Sebagai seorang imam gay, saya secara pribadi mengalami semua hal ini."
Tapi Keuskupan Agung Newark menyangkal bahwa dia dipecat karena tweetnya yang  kontroversial itu. Jim Goodness, juru bicara Keuskupan Agung, mengatakan, "Ada banyak alasan mengapa orang berpindah dari satu tugas ke tugas yang lain. Dan kini sudah waktunya bagi dia untuk pindah ke tugas lain."  Menurut Jim Goodness, Pastor Hall mengambil cuti selama enam minggu, dan setelah itu tugasnya akan berubah.

Ketika ditanya apakah tingkah laku homoseks dari Hall itu akan mendatangkan persoalan dalam pelayanannya, Goodness, juru bicara, menjawab, "Jika ia tetap hidup selibat, dan ia mempertahankan janji pentahbisannya, orientasi seksualnya tidak menjadi penghalang."
Seorang juru bicara paroki St. Petrus dan Paulus menyebarkan pernyataan Keuskupan Agung itu dalam hal orientasi seksual, bahwa hal itu "bukan menjadi halangan" bagi pelayanan imamatnya.
Tapi pernyataan ini bertentangan dengan arahan resmi dari Vatikan atas masalah ini. Dalam sebuah instruksi yang dikeluarkan oleh Kongregasi Pendidikan Katolik pada tahun 2005, "[T] dikasteri ini sesuai dengan Kongregasi bagi Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen-sakramen, dan perlu untuk menyatakan secara jelas bahwa Gereja, sementara menghormati orang yang bersangkutan, tidak bisa mengakui seminari atau ordo-ordo religius yang anggotanya menjalankan praktek homoseksualitas, atau adanya kecenderungan homoseksual atau mendukung apa yang disebut 'budaya gay.' "
Pastor Hall telah menyatakan diri sebagai "imam gay," dan dengan demikian dia secara publik mengakui kecenderungan homoseksualnya itu. Dia juga telah mengeluarkan pernyataan publik dalam mendukung "budaya gay." Menurut Instruksi Vatikan, kedua fakta ini saja akan mendiskualifikasi dia dari pentahbisan imamat.
Memang tidak jelas apakah Keuskupan Agung telah melarang dia berbicara secara terbuka untuk mendukung perkawinan gay, tetapi masa depan umat paroki ini tampaknya tidak keberatan dengan hal itu. Menurut Geoffrey Scheer, manajer dari media NJ.com, di St Lawrence, dia telah mendengar banyak pujian dari jemaat - yang dianggapnya "cukup liberal" - yang merasa senang untuk menyambut Pastor Hall di paroki mereka.
"Saya pikir itu bagus bahwa dia terbuka tentang hal itu. Saya menghargai apa yang dia lakukan. Saya berharap lebih bisa terbuka tentang hal itu." Scheer melanjutkan, "[Pastor Hall] memiliki gaya yang sederhana dalam ungkapan-ungkapannya. ... Ini bukanlah 'api dan belerang.'"
Tugas dari Pastor Hall dimulai pada 15 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment