Thursday, June 27, 2019

Henry Sire - CARDINAL BERGOGLIO DARI BUENOS AIRES




CARDINAL BERGOGLIO DARI BUENOS AIRES:
BEBERAPA PERTANYAAN YANG BELUM DIJAWAB



Henry Sire, sejarawan dan penulis buku The Dictator Pope, adalah penulis enam buku tentang sejarah dan biografi Katolik, termasuk satu tentang Jesuit, penulis, dan filsuf Inggris yang terkenal Pastor Martin D’Arcy. Dictator Pope adalah buah dari empat tahun Henry Sire tinggal di Roma dari 2013 hingga 2017. Selama waktu itu dia secara pribadi berkenalan dengan banyak tokoh di Vatikan, termasuk kardinal dan pejabat curia, bersama dengan para wartawan yang berspesialisasi dalam urusan Vatikan.

********


Ketika saya menulis buku The Dictator Pope, saya menunjukkan kegagalan para kardinal pada tahun 2013 untuk memberi tahu diri mereka sendiri tentang catatan masa lalu Kardinal Jorge Bergoglio sebagai uskup agung Buenos Aires, karena jika mereka mengetahuinya, bahkan meski secara dangkal, mereka tidak akan mau memilihnya. Semakin banyak yang diketahui tentang catatan itu, semakin benar fakta ini muncul. Semakin jelas bahwa Kardinal Bergoglio tidak hanya memiliki kapasitas di bawah standar yang biasanya diharapkan oleh seorang calon paus; dia mewakili, dalam orang-orang dekatnya, jika bukan dalam perilaku pribadinya, tautan kepada beberapa tokoh paling korup dalam Gereja Amerika Selatan. Beberapa contoh ini perlu dijelaskan.

1. Penipuan melawan Sociedad Militar Seguro de Vida
Dalam buku saya, saya menulis tentang skandal keuangan di Buenos Aires yang meletus tak lama sebelum Bergoglio menjadi uskup agung disana. Pengungkapan kasus yang dibuat sejak saat itu tentang sosok yang berada di pusatnya, Monsignor Roberto Toledo, telah memberikan aspek yang bahkan lebih menyeramkan daripada yang muncul saat itu.

Ceritanya sebagai berikut: pada tahun 1997, Jorge Bergoglio telah selama lima tahun menjadi uskup auksilier di Buenos Aires, dan dia telah diberikan hak mewarisi jabatan Kardinal Quarracino, yang sakit dan yang meninggal pada tahun berikutnya. Kard.Quarracino memiliki hubungan dekat dengan sebuah bank, Provinsi Banco de Crédito, yang dimiliki oleh keluarga Trusso, yang dianggap sebagai pilar Gereja dan merupakan teman dekat kardinal. Quarracino telah berperan dalam mengamankan, bagi kepentingan BCP, rekening besar dana pensiun militer Argentina, Sociedad Militar Seguro de Vida, dan pada tahun 1997, Quarracino diminta untuk memberikan pinjaman kepada keuskupan agung Buenos Aires sebesar sepuluh juta dolar, yang ditanggung oleh BCP. Pertemuan untuk mengatur kontrak ini diadakan di kantor keuskupan agung, tetapi Kardinal Quarracino terlalu sakit untuk bisa hadir; dia diwakili oleh sekretaris jenderalnya, Monsinyur Roberto Toledo. Ketika saatnya tiba untuk menandatangani kontrak, Monsignor Toledo mengeluarkan dokumen yang diperlukan itu dari ruangan dengan dalih akan membawanya kepada kardinal, dan ia segera membawanya kembali dengan tanda tangan, yang, seperti yang di kemudian hari muncul, sebenarnya telah dipalsukan oleh Toledo sendiri.

Monsignor Toledo adalah contoh mengerikan dari klerus yang korup dan busuk yang sangat menonjol dalam Gereja dimana kelakuannya banyak disorot oleh kepausan paus Francis. Dia adalah seorang homosex aktiv dan diketahui memiliki kekasih laki-laki, seorang instruktur olahraga, yang ‘bekerja’ sebagai saluran pengaruh keuangan keluarga Trussos dengan pihak keuskupan agung. Dalam beberapa minggu setelah penyelesaian pinjaman, dan karena alasan yang tidak ada hubungan sama sekali, bank BCP mengalami kebangkrutan; dan terungkap memiliki utang besar yang tidak bisa dibayar, dan uang Sociedad Militar, yang disimpan di bank, hilang. Ketika Sociedad berusaha menarik pinjamannya sebesar sepuluh juta dolar dari keuskupan agung, Kardinal Quarracino (yang sakit itu) membantah pernah menandatangani kontrak.

Kardinal Quarracino meninggal tak lama setelah itu, dan Uskup Agung Bergoglio mengambil alih sebagai penggantinya. Dalam biografinya The Great Reformer, Austen Ivereigh menghadirkan sosok Bergoglio sebagai orang yang membawa kejujuran finansial kepada keuangan keuskupan agung Buenos Aires [1], tetapi sekaligus dia menghilangkan sejumlah detail penting untuk kasus ini. Yang pertama adalah cara Uskup Agung Bergoglio menangani klaim Sociedad Militar untuk pengembalian uang sepuluh juta dolar. Bergoglio menunjuk Roberto Dromi sebagai pengacara keuskupan agung untuk mengelola kasus ini, seorang pengacara yang paling curang dalam sistem hukum Argentina, seorang pria yang telah sering dituntut jaksa karena berbagai pelanggaran korupsi [2]. Mempekerjakan orang seperti itu oleh Uskup Agung Bergoglio telah menjadi penyebab utama dari timbulnya skandal. Roberto Dromi melecehkan Sociedad sedemikian rupa atas klaimnya sehingga pada akhirnya, pihak Sociedad berkewajiban untuk membatalkan tuntutannya.

Keluarga Trusso hancur oleh runtuhnya bank mereka, dan beberapa dari mereka mengklaim bahwa mereka menderita ketidakadilan. Pada tahun 2002, jurnalis Olga Wornat mewawancarai Francisco Trusso dan bertanya kepadanya mengapa dia tidak berbicara dengan Bergoglio tentang tanda tangan palsu. Dia menjawab: “Saya telah meminta berbicara, dan istri saya juga telah meminta berbicara. Anak saya, kakak saya. Tetapi dia (Bergoglio) tidak mau menerima kami [.] ... Dia melarikan diri, dia tidak ingin mendengar keluhan kami. Ini pasti karena ekornya tidak terlalu bersih. Dia pasti telah menandatangani sesuatu ”[3].

Yang lebih penting adalah perlakuan Uskup Agung Bergoglio terhadap Monsignor Toledo. Pertama, Mgr.Toledo dikirim kembali ke kota asalnya tanpa alasan dan sanksi. Pada 2005, dia diadili karena penipuan, tetapi tidak ada hukuman yang pernah dijatuhkan. Perlakuan ini berkaitan dengan pola kelambanan dan kebiasaan Bergoglio dalam kasus-kasus pelanggaran, tetapi ada catatan khusus untuknya: sebagai sekretaris Kardinal Quarracino pada tahun 1991, Monsignor Toledo adalah orang yang berjasa menyelamatkan Pastor Bergoglio dari pengasingan internal dimana pihak Jesuit telah mengirimnya dan membuatnya diangkat menjadi uskup auksilier Buenos Aires. Sejak itu, sebagai balas jasa, Bergoglio berusaha untuk mencegah reputasi Kardinal Quarracino atau Monsignor Toledo ternoda oleh berbagai skandal yang berkumpul di sekitar mereka [4].

Sebuah catatan tambahan mengerikan untuk cerita ini muncul pada Januari 2017, ketika Monsinyur Toledo, yang telah bertugas selama delapan belas tahun sebagai pastor paroki di kota kelahirannya, yang masih juga tidak dihukum, dituduh membunuh seorang teman lama guna memperoleh surat wasiatnya [5]. Kami memperoleh sekilas kejelasan di sini tentang konsekuensi dari belas kasihan Bergoglio yang terkenal, dan kami mulai memahami kepribadiannya, yang karena hal itu dia berhasil naik jabatan di lingkungan Gereja dan dengan siapa dia bekerjasama saat menjabat.

2. Universitas Katolik di Argentina dan IOR
Peristiwa lain yang saya sebutkan dalam buku saya berkaitan dengan Universitas Katolik Argentina, di mana Bergoglio adalah sebagai pengurus ex officio dan sebagai uskup agung Buenos Aires. Orang kepercayaan Bergoglio di sini adalah Pablo Garrido, yang adalah manajer keuangan keuskupan agung dan yang oleh Bergoglio juga ditunjuk sebagai manajer keuangan universitas (pos tempat dia dipindahkan pada 2017). Universitas itu memiliki dana abadi sebesar 200 juta dolar, dan memberi kepada Uskup Agung Bergoglio uang yang dibutuhkannya dalam upayanya untuk mendapatkan pengaruh di Vatikan, dimana sistem keuangannya ditinggalkan dalam keadaan karut marut dan petaka akibat aktivitas ilegal dari Monsinyur Marcinkus dan rekan penggantinya, Monsinyur de Bonis.

Antara 2005 dan 2011, sekitar 40 juta dolar ditransfer dari Universitas Katolik Argentina kepada Istituto per le Opere di Religione (IOR) (Bank Vatikan), dalam sebuah transaksi yang seharusnya merupakan setoran, tetapi yang sampai sekarang diperlakukan oleh IOR sebagai sumbangan.
(Baru tahun ini, laporannya mengatakan bahwa penyelewengan ini sudah mulai diperbaiki, tetapi hanya sebagian.) Pablo Garrido bertanggung jawab atas pemindahan keuangan ini, untuk menghadapi protes dari anggota universitas yang mengatakan bahwa universitas, sebagai yayasan pendidikan, tidak dapat memberikan sumbangan ke pada bank asing. Bersama dengan kasus Sociedad Militar Seguro de Vida, ini adalah salah satu episode keuangan yang tidak jelas dalam pemerintahan Uskup Agung Bergoglio yang layak untuk dipelajari secara mendalam oleh seorang peneliti yang berkualitas.

3. Para kroni episkopal dari Bergoglio
Yang sama jelasnya adalah dengan melihat rekan dekat Cardinal Bergoglio di keuskupan Buenos Aires. Yang pertama untuk dipertimbangkan adalah Juan Carlos Maccarone, yang diangkat oleh Bergoglio menjadi uskup auksilier pada awal masa jabatannya, pada tahun 1999. Pada tahun 2005, Maccarone diberhentikan dari jabatan uskupnya oleh Paus Benediktus setelah dalam video kedapatan dia melakukan hubungan sex dengan seorang pelacur homosex di sakristi katedralnya. Namun Kardinal Bergoglio secara terbuka membelanya, dengan menyatakan bahwa pembuatan video itu adalah direkayasa sedemikian rupa untuk menjatuhkan uskup Juan Carlos Maccarone karena komitmennya politik sayap kiri. Perlu dicatat, Maccarone menyatakan bahwa semua orang sudah mengetahui kegiatan homosexnya dan dia telah ditunjuk menjadi uskup tanpa memperhitungkan perbuatannya itu.

Teman dan anak didik lainnya dari Kardinal Bergoglio adalah Joaquín Mariano Sucunza, yang ditahbiskan sebagai uskup auksilier pada tahun 2000 meskipun Bergoglio tahu bahwa Sucunza telah terlibat dalam kasus perceraian rumah tangga orang lain karena dia menjadi kekasih seorang wanita yang menikah, yang suaminya menuduhnya telah menghancurkan pernikahan mereka [6 ] Uskup Sucunza terus melanjutkan jabatannya sebagai uskup pembantu dan kemudian ditunjuk oleh Paus Francis sebagai administrator sementara keuskupan agung pada tahun 2013 setelah naiknya Bergoglio pada tahta kepausan.

4. Perlindungan kepada para pelaku pencabulan
Tidak ada pelanggaran yang lebih merusak para uskup dalam beberapa tahun terakhir ini selain tuduhan tidak bertindak dengan tegas terhadap para imam yang dicurigai melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak. Beberapa uskup telah menghancurkan karier mereka karena masalah ini, dan selalu kasus mereka tetap tidak jelas. Paus Francis sendiri memproklamasikan kebijakan " toleransi nol" dalam masalah ini dan seharusnya dia memperkenalkan pemerintahan barunya dengan transparansi. Namun jika kita mencermati hal itu, kita menemukan bahwa karir masa lalunya sendiri dipenuhi dengan episode-episode yang patut mendapat perhatian penuh, seperti halnya kasus-kasus yang telah menjatuhkan para uskup lainnya.

Kasus pertama yang perlu diperhatikan adalah kasus pastor Rubén Pardo, yang dilaporkan ke uskup auksilier Buenos Aires pada tahun 2002 karena mengundang seorang bocah lelaki berusia lima belas tahun ke rumahnya dan mencabulinya di tempat tidur. Ibu dari anak itu mengalami kesulitan dalam meminta kepada otoritas gerejawi untuk mengakui kasus itu; dia menganggap bahwa Kardinal Bergoglio telah melindungi pastor yang bersalah dan ibu itu marah karena memberi pastor itu tempat tinggal di keuskupan. Ibu dari anak itu mengeluh karena ketika dia mencoba untuk berbicara dengan kardinal Bergoglio di kediaman dinasnya, tempat dia diusir keluar oleh staf keamanan. Imam pelaku pelecehan sex itu meninggal karena AIDS pada 2005; pada 2013, pengadilan Buenos Aires mewajibkan Gereja Katolik untuk membayar kompensasi keluarga atas kerugian yang mereka derita. Pendapat ibu itu tentang penanganan kasus ini adalah: "Komitmen Bergoglio-lah yang bicara." (Ese es el compromiso de Bergoglio: de la boca para fuera) [7].

Kasus instruktif lainnya adalah kasus Pastor Julio Grassi, yang dihukum tahun 2009 karena melakukan pelecehan seksual terhadap seorang remaja laki-laki [8]. Apa yang mengejutkan dalam kasus ini adalah upaya luar biasa dari Konferensi Uskup Argentina, di bawah kepemimpinan Kardinal Bergoglio, yang berusaha keras untuk membersihkan nama Pastor Grassi, dengan menerbitkan sebuah dokumen setebal 2.600 halaman untuk tujuan itu. Dokumen itu diajukan kepada hakim setelah pemeriksaan terhadap Grassi sebelum mereka menjatuhkan hukuman, dan oleh pengacara Juan Pablo Gallego (pengacara si kurban pelecehan) hal itu dikatakan sebagai "contoh skandal lobi dan tekanan kepada Pengadilan."

Janganlah kita menyangkal pentingnya membela orang yang tidak bersalah terhadap tuduhan palsu, tetapi kita tidak bisa dibiarkan memiliki kesan bahwa seorang uskup gereja memiliki catatan "toleransi nol" terhadap pelecehan seksual. Mungkin yang lebih penting adalah komentar Kardinal Bergoglio kepada Rabi Abraham Skorka, yang diterbitkan pada 2010, setahun setelah kesaksian Pastor Grassi tentang adanya kasus pencabulan sexual, dimana Bergoglio berkata bahwa kasus-kasus pelecehan seksual klerus “tidak pernah muncul” di keuskupannya [9]. Ini adalah contoh kebiasaan khas Jorge Bergoglio untuk menghilangkan fakta-fakta yang tidak menyenangkan dengan cara menyangkal keberadaan fakta-fakta itu.

Contoh lain dari kelemahan Bergoglio ini disampaikan oleh ayah dari seorang murid di sekolah Jesuit di Buenos Aires di mana Bergoglio mengajar sebagai seorang pemuda di tahun 1960-an. Empat puluh tahun kemudian, ketika Bergoglio menjadi kardinal dan uskup agung, ayah itu diberi tahu oleh putranya bahwa kepala sekolah telah mengajukan usul kepadanya di ruang pengakuan. Dia melaporkan kasus itu kepada kardinal dan terkejut menemukan bahwa kardinal tidak mengambil tindakan apa pun, dengan tanggapan Bergoglio bahwa kita membicarakan hal itu di waktu saja dan dia sedang menghadapi segala jenis pelanggaran yang cukup banyak. Tak lama setelah itu, sang ayah heran mendengar Kardinal Bergoglio menjawab pertanyaan dalam pertemuan dengan para orang tua murid di sekolah, dimana Bergoglio menyatakan bahwa masalah pelecehan seksual dan klerus homoseksual hampir tidak ada di keuskupannya.

Dari semua fakta ini, maka pernyataan dan tudingan selama ini tentang keterlibatan paus Francis dalam tindakan menutup-nutupi kasus pelecehan sexual di Amerika Serikat, telah mengenai sasarannya dengan sangat tepat. Hal itu sepenuhnya berada dalam karakter seorang pria yang sepanjang kariernya telah menunjukkan ketidakpedulian sepenuhnya terhadap tuduhan kebusukan para klerus ketika semua itu sampai ke telinganya. Ketika kita mengingat usulan paus Francis untuk mengangkat Uskup Maccarone dan Uskup Sucunza, maka hal ini tidaklah mengejutkan karena dia adalah teman dekat Kardinal McCarrick, yang pada tahun-tahun sebelum pemilihan Bergoglio sebagai paus, McCarrick telah dijatuhi sanksi oleh Paus Benediktus karena tindakan pelecehan sexualnya yang meluas terhadap anak laki-laki dan laki-laki muda, tetapi McCarrick masih tetap dapat memainkan peran yang berpengaruh dalam pemilihan Bergoglio. Hal ini juga sepenuhnya bisa menjelaskan mengapa setelah menjadi paus, Bergoglio memilih sebagai sekutunya yang terkemuka orang seperti Kardinal Danneels (sekarag sudah almarhum), yang diketahui telah menutupi kasus pelecehan anak di Belgia, serta Kardinal Wuerl, yang perannya di Amerika Serikat terbukti sama busuknya.

Kita kembali pada fakta bahwa, jika para kardinal memiliki pengetahuan tentang latar belakang Kardinal Bergoglio di Buenos Aires, maka mereka tidak akan pernah memilihnya. Mereka mungkin tidak bisa melihat sikap congkak Bergoglio terhadap doktrin Katolik, tetapi apa yang mereka cari adalah seorang pria yang akan menghadapi masalah-masalah rumit, yang telah mengalahkan Benediktus XVI, menghadapi reformasi keuangan dan moral di Vatikan dan wabah yang meluas dari pelecehan sexual para klerus. Jika mereka menyadari kurangnya integritas moral para klerus, dimana dengan mereka semua Bergoglio telah menyelimuti dirinya sejak di Buenos Aires; juga tentang skandal keuangan di keuskupannya, tentang kelambanannya yang biasa dilakukannya dalam kasus-kasus kesalahan, tentang penolakannya yang berulang kali terhadap orang-orang yang datang kepadanya dengan membawa berbagai keluhan, dan sikapnya yang sering berdiam diri terhadap kritik, maka hal ini akan jelas bagi mereka bahwa Bergoglio adalah kandidat terakhir yang cocok dengan profil seorang reformis.





[1] Austen Ivereigh, The Great Reformer, 2014, p. 244.
[2] See the articles “Acusan a Dromi de cobrar sobornos. Guillermo Laura dice que el exministro recibió US$ 7 millones de firmas viales” (“Dromi accused of taking bribes. Guillermo Laura says ex-minister received US$ 7 million from road construction firms”) in La Nación, 9 September 1999; and “La Justicia pidió un embargo millonario contra Menem y Dromi. Presunta venta irregular de un terreno de 241 ha. a Radio Nacional” (“Court demands embargo of millions against Menem and Dromi. Alleged irregular sale of 241 ha. plot to Radio Nacional”) in La Gaceta  (Tucumán), 23 April 2008.
[3] Olga Wornat, Nuestra Santa Madre, Buenos Aires, 2002.
[4] See Urgente24 (an Argentine online newspaper), 23 March 2013: “Una causa judicial que todavía le importa al papa” (“A court case that still matters to the pope”). In this article, published just after Bergoglio was elected pope, the author also reports the story related by Bishop Justo Laguna of Morón, that at the time of the 2005 Conclave the Argentine Cardinal Leonardo Sandri remarked to him, referring to Bergoglio: “You’d better pray to St Joseph that this man doesn’t become pope.”
[5] See https://www.infobae.com/sociedad/2017/01/29/una-muerte-dudosa-una-herencia-millonaria-y-un-cura-bajo-sospecha/ (“A suspicious death, a millionaire inheritance and a priest under suspicion”).
[6] See the article by Marcelo González in Panorama Católico Internacional, 20 September 2010: “Obispo Adúltero: Nombre y Pruebas” (“Adulterer Bishop: Name and Proofs).”
[7] See the article in Público, 3 May 2013, “El Papa encubrió al cura que abusó de mi hijo” (“The Pope covered up for the priest who abused my son”).
[8] See BBC News, 24 September 2013, “Argentine priest Julio Grassi jailed over sexual abuse.”
[9] Sobre el cielo y la tierra, a book of conversations between Cardinal Bergoglio and Rabbi Abraham Skorka, published in Buenos Aires in 2010.


No comments:

Post a Comment