Sunday, June 30, 2019

PARA KARDINAL DAN PARA USKUP YANG MENDUKUNG PENAHBISAN WANITA...




These Last Days News - June 27, 2019

 

PARA KARDINAL DAN PARA USKUP YANG MENDUKUNG PENAHBISAN WANITA, SECARA DIAM-DIAM BERTEMU DI DEKAT ROMA UNTUK BERSIAP-SIAP BAGI SINODE AMAZON ...

 

https://www.tldm.org/news42/cardinals-bishops-who-back-womens-ordination-secretly-meet-near-rome-to-prepare-for-amazon-synod.htm


LifeSiteNews.com reported on June 25, 2019:

by Maike Hickson

“Sekelompok kardinal dan uskup yang terlibat dalam persiapan sinode Amazon dan yang mendukung penghapusan selibat imamat dan perubahan progresif lainnya yang bertentangan dengan pengajaran Katolik yang abadi, diam-diam bertemu bersama di dekat Roma dalam persiapan untuk sinode mendatang,” sebuah sumber yang dapat dipercaya mengungkapkan hal ini kepada LifeSiteNews hari ini.

Para peserta utama yang diundang ke pertemuan itu termasuk kardinal Lorenzo Baldisseri, Claudio Hummes, Walter Kasper, Christoph Schönborn, Uskup Franz-Josef Overbeck, dan Uskup Erwin Kräutler. Turut hadir adalah Josef Sayer, seorang teman dan penasihat Kardinal Oscar Maradiaga, Ny. Doris Wagner-Reisinger - mantan biarawati yang menuduh dan menentang seorang pejabat pada Kongregasi untuk Ajaran Iman dan ditolak oleh pengadilan Vatikan - juga diundang untuk menghadiri pertemuan itu.

Wartawan spesialis Vatikan, Marco Tosatti, baru saja menerbitkan laporannya sendiri tentang pertemuan rahasia ini, sehingga hal itu mengkonfirmasi kebenaran sumber independen kami. Edward Pentin, koresponden Roma untuk National Catholic Register, juga mengkonfirmasi berita pertemuan itu.

"Pertemuan rahasia untuk membahas strategi guna menghadapi sinode Amazon yang akan datang, dengan melibatkan sebagian besar uskup dan intelektual berbahasa Jerman, berlangsung hari ini di sebuah biara di Roma. Card. Hummes, Baldisseri, Kasper, Schoenborn ikut serta + Krautler, + Overbeck dari Essen. Lebih banyak lagi yang akan segera bergabung," katanya dalam tweeter hari ini.

Para peserta pertemuan itu bersiap untuk mendukung agenda progresif dalam Gereja.


  • Kardinal Baldisseri sangat penting posisinya dalam mempersiapkan kedua sinode tentang keluarga (2014 & 2015) yang kemudian melahirkan anjuran Apostolik paus Francis Amoris Laetitia yang membuka ide untuk memberi ijin kepada pasangan yang bercerai dan ‘menikah kembali’ untuk menerima Sakramen-sakramen. Baldisseri berkata kepada Dr. Frédéric Martel tentang metode sinode: "… barisan kami pada dasarnya adalah pengikut setia Kasper."
  • Kardinal Claudio Hummes yang mendukung orang-orang yang sudah menikah untuk menjadi imam di wilayah Amazon, dan bahwa mereka haruslah penduduk asli. Dia menyatakan pada tahun 2016: “Seharusnya hanya ada klerus pribumi, imam-imam dan uskup-uskup pribumi – meski tanpa menjalani pendidikan sebagai calon imam.”
  • Kardinal Walter Kasper adalah orang yang berada di balik ide untuk memberikan Komuni Kudus kepada orang yang bercerai dan ‘menikah kembali’ tanpa harus mengubah cara hidup mereka.
  • Kardinal Schönborn pernah berkata bahwa dia membayangkan adanya para imam dan uskup perempuan, dan beberapa hari yang lalu dia menyatakan bahwa penyebab dari krisis pelecehan sex di kalangan klerus bukanlah revolusi budaya tahun 1960-an (seperti yang baru-baru ini dikatakan oleh Paus Benediktus XVI), bahkan, menurutnya, Gereja jangan terlalu terpaku pada Perintah Keenam (yang melarang perzinahan) serta bersikap sangat tertutup."
  • Profesor Thomas Schüller, dalam sebuah wawancara baru-baru ini, memperkirakan bahwa wilayah-wilayah lain di dunia akan meminta imam-imam yang menikah segera setelah Sinode Amazon. Dia mengatakan: "Sinode Amazon ini akan mendorong konferensi para uskup dan wilayah Gereja Universal - yang juga dipengaruhi oleh kelangkaan imam - untuk mengajukan permintaan serupa, sementara pada saat yang sama menghormati selibat yang dipilih secara bebas oleh imam." Roma pasti akan "memeriksa dan mempertimbangkan permintaan semacam itu dengan sikap kemurahan hati," katanya.
  • Uskup Franz-Josef Overbeck baru-baru ini menyatakan bahwa setelah Sinode Amazon, “Gereja tidak akan sama seperti sebelumnya.” Dia berharap untuk mempertanyakan ajaran Gereja tentang seksualitas dan akses kepada jabatan imamat. Overbeck adalah pakar uskup Jerman untuk Amerika Latin dan bertanggung jawab atas sumbangan yang diberikan ke wilayah ini, melalui organisasi amal para uskup Jerman, Adveniat.
  • Uskup Erwin Kräutler mendukung adanya imam yang sudah menikah dan penahbisan wanita menjadi imam. Dia bahkan melangkah lebih jauh dengan mengklaim bahwa Paus Francis akan bersikap terbuka terhadap kemungkinan penahbisan wanita menjadi imam.


LifeSiteNews telah menghubungi Cardinal Kasper dan Cardinal Schönborn, meminta komentar mereka. Dr.Michael Prueller, juru bicara pers Kardinal Christoph Schoenborn, mengkonfirmasi kepada LifeSitenews bahwa kardinal Austria itu telah diundang ke pertemuan ini, tetapi menambahkan bahwa dia tidak dapat hadir. Dia berkata: "Sejauh yang saya tahu, ada sebuah konferensi para ahli - yang berakhir hari ini - mengenai topik-topik dalam Sinode Amazon. Kardinal Schoenborn telah diundang, tetapi terpaksa menolak, karena dia masih harus pulih dari operasi kanker." Prueller menambahkan bahwa tujuan konferensi ini hanyalah "diskusi teologis" dan "bukan bagian dari persiapan Sinode."

Pertemuan rahasia lainnya telah terjadi di masa lalu di bawah kepausan paus Francis. Sebagai contoh, Edward Pentin pada waktu itu mengungkapkan apa yang disebut "Hari Studi," atau  Konsili Bayangan,” yang berlangsung pada Mei 2015 dan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan sinode keluarga kedua pada Oktober tahun itu. Pada pertemuan itu, para peserta membahas hal-hal seperti kelonggaran pengajaran Gereja tentang homoseksualitas, serta tentang “pernikahan kembali.”

Selain itu, pertemuan rahasia lainnya diselenggarakan oleh Pastor Antonio Spadaro, S.J. yang terjadi beberapa bulan kemudian, dari 28 September hingga 2 Oktober 2015, tepat sebelum sinode keluarga kedua. Dengan berfokus pada tema "Berbagai Reformasi Gereja dan di dalam Gereja," maka saat itu ditampilkan sebagai pembicara Profesor Hermann Pottmeyer yang secara terbuka mendukung pelemahan wewenang dan jabatan Tahta Petrus. Dia telah menyatakan pada 2010: “Dengan kata lain, uskup Roma seharusnya tidak membuat keputusan dan tidak ada keputusannya yang bisa mempengaruhi gereja universal tanpa lebih dahulu secara resmi mengundang partisipasi gereja-gereja lokal dan para uskup mereka. Lebih jauh dikatakan bahwa “… gereja-gereja lokal dan asosiasi regional atau konferensi para uskup mereka harus memutuskan peraturan apa pun yang tidak mengancam kesatuan seluruh gereja.” Uskup Agung Victor Manuel Fernandez, salah satu penasihat dekat Paus Francis, juga hadir pada pertemuan tahun 2015 itu.

Mengenai masalah penahbisan imam perempuan, Paus Yohanes Paulus II dengan jelas memutuskan untuk menolak gagasan ini ketika dia menerbitkan pada tahun 1994, dokumennya Ordinatio Sacramentalis. Di dalamnya, dia menyatakan: "Karenanya, agar semua keraguan dapat dihilangkan mengenai masalah yang sangat pentingini, masalah yang berkaitan dengan konstitusi ilahi Gereja itu sendiri, berdasarkan pelayanan saya untuk mengukuhkan saudara-saudara (lih. Luk 22: 32) maka saya menyatakan bahwa Gereja tidak memiliki wewenang apa pun untuk melakukan penahbisan imamat pada wanita dan bahwa keputusan ini harus secara definitif dipegang dan dipatuhi oleh seluruh umat beriman Gereja."

*****

"Kami sudah mendengar kamu berseru-seru untuk meminta pentahbisan wanita. Tidak seorang wanita boleh berdiri di Rumah-Ku untuk mewakili Aku! Betapa beraninya kamu membawa bidaah ini ke dalam Rumah-Ku! Aku akan berjalan di antara kamu dan Aku akan melemparkan kamu keluar dari bait-bait-Ku!" Jesus, Bayside - 27 Desember 1975


Kemudian Veronica membaca tulisan ini:
"Tingkah laku wanita selama Kurban Misa Kudus haruslah berupa sebuah keheningan. Tidak seorang pun wanita boleh berbicara selama Kurban Misa Kudus.[1] Wanita harus mengenakan penutup kepala ketika mereka memasuki Rumah Tuhan.[2] Rumah Tuhan adalah tempat berdoa, dan bukan tempat pertemuan atau ruang dansa. Tidak boleh ada wanita yang berbicara dari atas mimbar. Tidak ada wanita yang boleh memasuki jabatan pelayanan imamat."[3]
December 7, 1976   [1]1 Cor 14:34-35; [2] 1 Cor 11:5-10; [3] 1 Tim 2:9-15.

No comments:

Post a Comment