Tuesday, June 4, 2019

Seorang Ahli Hukum Canon Memprediksi Akan Adanya Imam-Imam Yang Menikah...




Seorang Ahli Hukum Canon Memprediksi Akan Adanya Imam-Imam Yang Menikah Di Barat Setelah Sinode Amazon (Oktober 2019)


BLOGSCATHOLIC CHURCHFAITHMARRIAGE 

By MAIKE HICKSON

30 Mei 2019 (LifeSiteNews) - Thomas Schüller, seorang ahli hukum canon dari Jerman dan profesor di sebuah universitas, juga seorang liberal dan modernis, memprediksi bahwa Sinode Amazon yang akan datang akan menuntut adanya imam-imam yang menikah untuk wilayah Amazon, dan setelah itu para uskup Jerman juga "pasti" akan menuntut hal yang sama.

“Sinode Amazon ini akan mendorong konferensi para uskup dan wilayah Gereja Universal - yang juga dipengaruhi oleh kurangnya tenaga imam-imam - untuk mengajukan usulan serupa sementara pada saat yang sama mereka juga menghormati keputusan untuk hidup selibat yang dipilih secara bebas.” Dan Vatikan akan “pasti mempertimbangkan permintaan seperti itu dengan sikap baik hati,” jelasnya.

Profesor Jerman itu juga memprediksi akan adanya para imam yang sudah menikah di Jerman.
Berbicara dengan surat kabar online keuskupan Kirche und Leben, profesor dari Münster itu berpendapat bahwa mayoritas uskup Jerman telah menunjukkan minat mereka dalam memperkenalkan para imam yang menikah di Jerman.

Schüller mengharapkan bahwa Sinode Amazon musim gugur mendatang ini, akan membuat keputusan yang mendukung para imam yang sudah menikah untuk negara-negara Barat (Leute-Priester - “imam rakyat”) dalam menghadapi kurangnya tenaga imam di Amerika Latin pada umumnya. Dia mengatakan, "Sebagai jawaban atas kurangnya imam di Amerika Latin, akan ada Imam Rakyat." Para imam baru ini akan menjadi "pria yang sudah menikah, dengan pengalaman pernikahan dan kehidupan keluarga, yang akan memenuhi tugas imamat mereka pada akhir pekan."

Model baru dari pastor yang menikah ini tampaknya berasumsi bahwa pastor memiliki profesi sipil (bukan sebagai imam) selama Senin-Sabtu, dan dengan demikian dia akan bisa menopang kebutuhan keluarganya.

Ketika ditanya apakah para imam yang menikah ini - viri probati - akan benar-benar ada, Schüller menjawab dengan kata-kata: "pasti!" Usulan pada sinode Amazon ini kemudian akan mendorong para uskup Jerman untuk meminta hal yang sama di Jerman.

“Mayoritas luar biasa dari para uskup Jerman,” kata Schüller, “telah memposisikan diri mereka untuk mendukung hal itu (imam menikah). Mengapa mereka tidak mengirim permintaan seperti itu ke Vatikan?"

Dalam hal apa pun, profesor Jerman ini berpendapat bahwa konferensi uskup regional harus dapat berjalan sesuai keinginan mereka. Dia mempresentasikan ide-idenya pada konferensi  24-25 Mei di Münster, di hadapan Uskup Franz-Josef Overbeck, yang baru-baru ini   mengumumkan bahwa setelah Sinode Amazon, “Gereja tidak akan lagi sama seperti sebelumnya.” Profesor Thomas Sternberg, kepala German Committee of German Catholics (ZdK), seorang pendukung kuat reformasi Gereja liberal, juga ikut hadir.

Profesor Hermann Josef Pottmeyer juga berada di antara pembicara pada konferensi itu. Dia adalah penentang sentralisme kepausan dan pendukung "eklesiologi prekonsiliar" dan  menyatakan pada tahun 2010 sehubungan dengan peran paus: "Dengan kata lain, uskup Roma semestinya tidak membuat keputusan dan tidak ada keputusan yang mempengaruhi gereja universal tanpa lebih dahulu mengundang partisipasi gereja-gereja lokal dan para uskup mereka. Selanjutnya, gereja-gereja lokal dan asosiasi regional atau konferensi para uskup, mereka harus menentukan peraturan apa pun yang tidak mengancam kesatuan seluruh Gereja.” (Desentralisasi Gereja).

Pottmeyer juga menjadi salah satu pembicara pada seminar yang didedikasikan bagi tema “Pembaharuan dan Reformasi Gereja dan di dalam Gereja,” yang diorganisasi oleh Pastor Antonio Spadaro, S.J., seorang kepercayaan paus. Seminar itu telah berlangsung sebelum Sinode Keluarga kedua pada tahun 2015 dan menimbulkan banyak kecurigaan karena banyaknya kerahasiaan yang disimpannya.

Profesor Schüller menyatakan dalam wawancaranya sehubungan dengan konferensi mengenai peran konferensi para uskup nasional bahwa “penting untuk menjaga persatuan dalam hal-hal yang penting, tetapi pada saat yang sama memungkinkan adanya pluralitas asalkan tetap Katolik.”

Sebagai contoh, ia menyebutkan pemberian ijin untuk menerima Komuni Kudus bagi pasangan yang beragama Protestan pada pasangan campur Protestan-Katolik. Pertanyaan ini lebih penting di Jerman daripada di Italia, di mana hanya sedikit saja orang Protestan disana. “Mengapa, dalam kasus-kasus seperti itu, seharusnya konferensi uskup nasional tidak berjalan sendiri?”

Seorang teolog lain, profesor dari Austria, Paul Zulehner, sebelumnya berpendapat soal pendekatan semacam ini. Dia adalah pendukung para imam yang menikah dan bahkan mengklaim, dalam sebuah wawancara pada bulan Januari 2018, bahwa akan ada “imam yang sudah menikah pertama kali” dan kemudian ada juga “imam perempuan.” Dalam wawancara   tahun 2018 ini, dia menekankan bahwa di Roma terjadi sebuah pergantian sikap dan bahwa Roma sekarang ingin belajar dari konferensi para uskup lokal.

Berbicara tentang perubahan sikap di Vatikan di bawah Paus Francis, Zulehner menjelaskan bahwa “sekarang konferensi para uskup lokal diminta untuk memutuskan tentang hal-hal yang penting bagi kita dan kemudian untuk memberi tahu Vatikan dan kemudian Paus dapat mengatakan: Lakukan seperti itu!"

No comments:

Post a Comment