Tuesday, June 18, 2019

STEVE BANNON MERAMALKAN BAHWA KRISIS DI DALAM GEREJA...




STEVE BANNON MERAMALKAN BAHWA KRISIS DI DALAM GEREJA AKAN SEMAKIN MEMBURUK. SAATNYA UMAT AWAM UNTUK BERTINDAK



Mantan penasihat strategis Presiden Donald Trump memperkirakan bahwa "krisis kepercayaan eksistensial" di dalam Gereja akan semakin memburuk, terutama jika Paus Francis tidak mau berdialog dengan mereka yang dia anggap sebagai lawannya.

Diakui secara luas sebagai pelopor gerakan "berdaulat" yang mengklaim sejumlah    kemenangan dalam pemilihan Parlemen Eropa baru-baru ini, Bannon percaya bahwa tidak adanya dialog semacam itu (antara Francis dengan para 'lawannya') akan menyebabkan ketidakpuasan yang semakin meningkat di bangku-bangku gereja. Vatikan semakin mengarah menjadi partai politik “hijau” dari “far-left,” dan kemungkinan besar terjadi perpecahan di dalam Gereja.

Eksekutif media, tokoh politik dan mantan bankir investasi ini melihat perlunya nuansa untuk mengatasi polarisasi yang meluas, dan mengusulkan konferensi besar di Roma yang mempertemukan para umat dari semua kelompok untuk membahas jalan ke depan. Dialog, katanya, “adalah cara kita menyatukan Gereja.”

Dalam wawancara telepon 4 Juni 2019 ini, Bannon, yang berasal dari "Demokrat Katolik Irlandia kelas pekerja" di Virginia, juga membahas kesepakatan Vatikan-Cina yang kontroversial itu, mengapa dia dengan sepenuh hati menolak tuduhan sebagai anti-Semit dan fasis, dan proyeknya untuk menciptakan sebuah akademi untuk mempertahankan Yudeo-Kristen Barat di biara Cistercian abad ke-13 di dekat Roma.

Steve Bannon, yang didukung oleh pemilihan Parlemen Eropa baru-baru ini serta contoh-contoh lainnya, namun Bapa Suci tampaknya jelas tidak mau terlibat dengan "gerakan berdaulat." Bagaimana, menurut Anda, tepatnya pendekatannya?

STEVE BANNON: Ini sudah berlangsung beberapa saat. Untuk menganalisanya dengan benar, saya pikir Anda harus membagi dua: Paus sebagai vikaris Kristus di dunia, dan teologi serta dogma Gereja, melawan sisi administrasinya.

Paus telah bertindak terang-terangan sejak awal. Dia melakukan upaya yang berbeda untuk mempengaruhi pemilihan presiden 2016 ketika dia pergi ke Meksiko dan merayakan Misa di perbatasan. Dan apa yang dia katakan dalam penerbangan pulang, sungguh luar biasa [Paus mengatakan “seseorang yang hanya berpikir tentang membangun tembok, di mana pun mereka berada, dan bukan membangun jembatan, bukanlah orang Kristen”]. Dia tidak pernah benar-benar dipanggil untuk tugas seperti itu. Saya pikir, dengan tidak adanya orang yang berdiri dan berkata: "Anda telah melewati batas kewenangan Anda di situ," maka hal itu hanya membuat paus Francis semakin berkelanjutan dalam tindakannya.

Saya pikir yang paling mengganggu saat ini adalah Anda mengalami situasi yang mengerikan, secara alkitabiah, dan tragis, di Afrika sub-Sahara, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Amerika Tengah, di mana ada orang-orang dipaksa bergerak ke utara karena kondisi ekonomi, tetapi beban itu telah jatuh kepada orang-orang dari kelas pekerja di Eropa selatan, apakah itu Yunani, atau di Italia, atau di Hongaria, dan di Amerika Serikat, sekitar Texas, New Mexico, Arizona, dan California. Hal itu menghancurkan jaring pengaman sosial, dan menghancurkan orang-orang kelas pekerja di sana.

Siapakah yang paling bertanggung jawab atas hal ini?
Itu adalah kaum elit global. Dan yang paling mengganggu adalah bahwa paus Francis terus menerus menggunakan bahasa yang sama, dan referensi yang sama, sebagai "partai Davos." Dia, pada dasarnya, berpihak pada elit global saat ini, bukan pada orang miskin, karena dia tidak berbicara tentang solusi. Dia hanya terus berbicara tentang migrasi terbuka. Dia terus berbicara tentang perbatasan terbuka. Dia pada dasarnya, mendorong apa yang akan menjadi sebuah situasi anarki.

Apakah Anda pikir dia menjadi lebih keras dalam hal ini, dalam beberapa tahun terakhir ini?
Dari pemilihan presiden 2016 hingga pemilihan Parlemen Eropa 2019, yang paling meresahkan adalah bahwa paus Francis telah berselisih dengan para globalis, elit global, dan partai Davos. Dia sekarang berada dalam situasi di mana [katanya] semua penyakit di dunia adalah karena gerakan kedaulatan nasionalis populis dan itulah yang mendorong terjadinya semua masalah di dunia. Itu sama sekali tidak benar. Saya pikir dia sedang memainkan permainan yang sangat berbahaya di sini.

Menurut Anda, krisis apa yang sedang dihadapi oleh Gereja?
Gereja memiliki sebuah krisis eksistensial saat ini, krisis kepercayaan. Dalam krisis ini, paus Francis telah gagal mengatasi masalah administrasi dan keuangan Gereja. Agar nampak langsung secara brutal, pernyataan-pernyataannya yang tidak akurat tentang situasi McCarrick saat ini, pernyataannya yang tidak akurat tentang Chili, telah mengajak kita semua untuk mempertanyakan kejujurannya. Saya tidak berpikir dia memiliki ‘modal’ saat ini untuk bertindak dan mencoba secara esensial menghadapi para politisi seperti [Perdana Menteri Hongaria Viktor] Orban, [Wakil Perdana Menteri Italia Matteo] Salvini, [Pemimpin Partai Brexit Nigel] Farage, [Presiden Rally Nasional Perancis] Party Marine] Le Pen, [Presiden AS Donald] Trump, [Presiden India Narendra] Modi. Dia pada dasarnya, menganggap dirinya sebagai orang terdepan bagi partai Davos, untuk menentang gerakan kedaulatan.

Tetapi dia telah berbohong dengan tindakannya dalam menghadapi krisis paling eksistensial, yang saya pikir, yang pernah dialami oleh Gereja. Ini akan menjurus dengan cepat, dan saya telah mengatakan hal ini secara konsisten selama satu tahun ini, menuju kepada krisis yang bahkan lebih besar lagi dalam Gereja. Krisis itu sekarang terkait erat dengan paus Francis. Saya telah menjadi pendukung terbesarnya sejauh suksesi langsung dimana dia tidak mau mengundurkan diri ketika [Uskup Agung Carlo Maria] Vigano mengeluarkan memonya [kesaksian Agustus 2018 yang menyerukan Francis untuk mengundurkan diri karena merehabilitasi McCarrick]. Saya adalah orang konservatif pertama yang mengatakan, ketika ada dorongan ramai bagi pengunduran dirinya, "Tidak." Saya berkata: "Dia adalah penerus Kristus. Dia adalah wakil Kristus. Sudah ada suksesi yang logis. Anda tidak bisa melakukan itu. Kami tidak dapat meminta orang untuk mengundurkan diri. Kami tidak bisa meminta paus untuk mengundurkan diri."

Tetapi situasi yang terjadi sekarang akan mengambil momentumnya dan akan menjadi lebih buruk lagi, dimana paus Francis terpaku pada isu-isu seperti perubahan iklim dan masalah-masalah lainnya. Dan mengenai masalah kedaulatan ini, di mana dia terus menyalahkan orang-orang, orang-orang kecil di lorong-lorong -- dia berusaha menghindarinya dan / atau salah mengartikan apa penjelasannya. KTT di Vatikan tentang pelecehan terhadap anak-anak di bawah umur [dihadiri para uskup, pada bulan Februari 2019] adalah suatu bentuk kegagalan. KTT itu gagal karena paus Francis gagal untuk mewujudkan "toleransi nol." Paus Francis tidak mau mengakui bahwa ada kegagalan transparansi. Dia gagal untuk membuktikan pertanggungjawaban total, dan dia gagal untuk mendapatkan otoritas sipil untuk memperbaiki masalah ini dan memperbaiki situasi hukum. Dengarlah: saya pikir, ini adalah masalah besar dan ini menjalar cepat.

Read the rest at Ed Pentin’s blog


No comments:

Post a Comment