Tuesday, August 28, 2018

BISHOP SCHNEIDER MENANGGAPI PERNYATAAN VIGANO...


+ Athanasius Schneider, Auxiliary Bishop of the Archdiocese of Saint Mary
in Astana, Kazakhstan

 

BISHOP SCHNEIDER MENANGGAPI PERNYATAAN VIGANO:

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT SUNGGUH TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ... MENIMBULKAN KERAGUAN TERHADAP KEBENARAN.

 

 

 

27 Agustus 2018 (LifeSiteNews) - Uskup Athanasius Schneider dari Astana, Kazakhstan, salah satu uskup yang paling vokal di dunia mengenai krisis iman di dalam Gereja Katolik di bawah Paus Francis, telah menulis catatan untuk menanggapi kesaksian Uskup Agung Carlo Maria Vigano.

Uskup Schneider mengatakan bahwa "tidak ada alasan yang masuk akal dan dapat dipercaya, untuk meragukan kebenaran dari dokumen Uskup Agung Carlo Maria Viganò."

Uskup Agung Viganò, yang menjabat sebagai duta besar apostolik di Washington D.C. dari tahun 2011-2016, menulis secara detil dalam surat setebal 11 halaman minggu lalu, bahwa Paus Fransiskus telah berusaha menutup-nutupi pelecehan sexual yang dilakukan oleh mantan Kardinal McCarrick.


Uskup Schneider mengakui bahwa adalah sangat berat dan langka bahwa ada seorang uskup yang secara terbuka akan menuduh paus yang sedang memerintah, tetapi hal itu menunjukkan bahwa “Uskup Agung Viganò telah menegaskan pernyataannya dengan sumpah sakral yang menyerukan nama Tuhan.”

Dokumen Bishop Schneider disampaikan secara lengkap di bawah ini.

****

Refleksi tentang "Kesaksian" dari Uskup Agung Carlo Maria Viganò, 22 Agustus 2018

Ini adalah sebuah fakta yang langka dan sangat serius dalam Sejarah Gereja bahwa ada seorang uskup menuduh secara terbuka dan secara khusus, seorang Paus yang sedang memerintah. Dalam sebuah dokumen yang baru-baru ini diterbitkan (22 Agustus 2018), Uskup Agung Carlo Maria Viganò bersaksi, bahwa selama lima tahun Paus Fransiskus telah mengetahui adanya dua fakta: bahwa Kardinal Theodore McCarrick telah melakukan pelanggaran seks terhadap para seminaris dan terhadap bawahannya, dan bahwa ada sanksi hukum yang dijatuhkan oleh Paus Benediktus XVI kepadanya.

Selanjutnya, Uskup Agung Viganò menegaskan pernyataannya dengan sumpah suci, dengan menyebut nama Allah. Oleh karena itu, tidak ada alasan yang wajar dan masuk akal untuk meragukan isi kebenaran dari dokumen Uskup Agung Carlo Maria Viganò itu.

Umat ​​Katolik di seluruh dunia, umat beriman yang sederhana dan rendah hati, “anak-anak kecil”, merasa sangat terkejut dan tersinggung dengan adanya kasus-kasus gawat yang baru-baru ini diungkapkan, di mana otoritas Gereja telah berusaha menutupi dan melindungi para klerus yang melakukan pelanggaran seksual terhadap anak-anak di bawah umur dan terhadap para bawahan mereka sendiri. Situasi historis seperti itu, yang dialami Gereja di zaman kita, menuntut transparansi mutlak pada semua tingkat hierarki Gereja, dan terutama terhadap Paus Fransiskus sendiri.

Adalah benar-benar tidak memadai dan tidak meyakinkan, jika otoritas Gereja hanya terus merumuskan permintaan dengan ‘toleransi nol’ dalam kasus-kasus pelanggaran seksual yang dilakukan para klerus dan untuk menghentikan upaya menutupi kasus-kasus seperti itu. Sama tidak cukupnya adalah permohonan pengampunan yang stereotip atas nama otoritas Gereja. Permohonan seperti itu, untuk memberikan ‘toleransi nol’ dan permohonan pengampunan, akan menjadi kredibel hanya jika otoritas Kuria Roma mau meletakkan kartu di atas meja (membuka fakta apa adanya), memberikan nama-nama atau nama sebutan dari semua orang di dalam Kuria Roma - terlepas dari pangkat dan gelar mereka - yang berusaha untuk menutupi kasus pelecehan seksual anak-anak di bawah umur serta para bawahan mereka.
Dari dokumen yang disajikan oleh Uskup Agung Viganò (dibawah sumpah), kita bisa menarik beberapa kesimpulan:

  1. Bahwa Takhta Suci dan Paus sendiri harus mulai membersihkan, tanpa kompromi, seluruh Kuria Roma dan episkopat, dari geng dan jaringan homoseksual.
  2. Bahwa Paus harus menyampaikan secara jelas (tidak ambigu seperti biasanya) ajaran Ilahi tentang karakter penuh dosa dari tindakan homoseksual.
  3. Bahwa harus dikeluarkan norma-norma secara lengkap dan detail, yang akan mencegah pentahbisan pria yang memiliki kecenderungan homoseksual.
  4. Bahwa Paus harus memulihkan kemurnian dan kejelasan dari keseluruhan doktrin Katolik di dalam pengajaran dan pewartaan.
  5. Bahwa harus dipulihkan di dalam Gereja, melalui ajaran kepausan dan episkopal serta melalui norma-norma praktis dari tapabrata Kristiani yang pernah berlaku: latihan puasa, mati raga, penolakan segala hal yang buruk.
  6. Bahwa harus dipulihkan di dalam Gereja, semangat dan praktek perbaikan diri serta penebusan atas dosa-dosa yang dilakukan.
  7. Bahwa harus dimulai di dalam Gereja suatu proses seleksi calon-calon episkopat yang dijamin aman ke dalam keuskupan, yang terbukti sebagai orang-orang saleh dari Allah; dan bahwa adalah lebih baik untuk membiarkan keuskupan beberapa tahun tanpa seorang uskup daripada menunjuk seorang kandidat yang bukan manusia sejati di dalam Allah, yang tidak tekun di dalam doa, tidak paham dalam hal doktrin dan tidak bersikap dewasa dalam kehidupan moral.
  8. Bahwa harus mulai di Gereja suatu gerakan terutama di antara para kardinal, uskup dan imam, untuk meninggalkan kompromi dan segala godaan dengan dunia.


Orang tidak akan terkejut ketika media oligarkis internasional utama, yang mempromosikan homoseksualitas dan kebejatan moral, akan mulai merendahkan pribadi Uskup Agung Viganò dan membiarkan hilangnya isu utama dari dokumennya terkubur dibawah pasir.

Di tengah-tengah penyebaran ajaran sesat dan krisis moral yang mendalam dari sebagian besar klerus dan terutama dari Kuria Roma, Paus Adrian VI menulis kata-kata berikut ini, yang ditujukan kepada the Imperial Diet of Nuremberg pada tahun 1522: "Kami tahu, bahwa untuk beberapa waktu lamanya, banyak sekali kekejian, pelanggaran dalam urusan gerejawi, serta pelanggaran hak telah terjadi di dalam Tahta Suci, dan bahwa segala sesuatu telah diselewengkan hingga menjadi buruk. Dari dari kepala, kebusukan itu telah menyebar ke tangan, dari Paus kepada para uskup; saat itu kita semua akan telah mati, dan tidak ada yang akan mau berbuat baik; tidak, tidak ada satu pun."

Sikap tegas dan transparansi dalam mendeteksi dan mengakui kejahatan dalam kehidupan Gereja akan membantu memulai proses efisien dari pemurnian dan pembaruan spiritual dan moral. Sebelum menyalahkan orang lain, setiap pemegang jabatan klerus di dalam Gereja, terlepas dari pangkat dan gelar mereka, harus bertanya pada dirinya sendiri di hadapan Allah, jika dia sendiri dalam berbagai cara telah menutupi pelanggaran-pelanggaran seksual. Jika dia menemukan dirinya bersalah, dia harus mengakuinya di depan umum, karena Firman Tuhan menegurnya: “Jangan malu- malu mengaku dosamu, dan arus sungai jangan kaulawan. (Sir 4:26). Karena, seperti Santo Petrus, Paus pertama, menulis, “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri (Gereja) yang harus pertama-tama dihakimi.” (1 Pet. 4:17)



+++++++++++++++++++++++++

Cardinal Manning menulis sebagai berikut:

(Henry Edward Cardinal Manning, Krisis Tahta Suci, 1861, London: Burns and Lambert, hlm. 88-90)

"Kemurtadan kota Roma, melalui wakil Kristus, serta penghancurannya oleh antikris, mungkin merupakan hal yang sangat baru bagi kebanyakan umat Katolik, sehingga menurut saya, sebaiknya saya menyampaikan tulisan para teolog yang terkenal…

ROMA AKAN MURTAD DARI IMANNYA, mengusir wakil Kristus dan kembali kepada paganisme kuno.... Kemudian Gereja akan tercerai berai, diusir ke padang gurun, dan untuk sementara waktu Gereja akan seperti keadaannya semula: tidak terlihat, tersembunyi dalam katakombe-katakombe, di sarang-sarang, di gunung-gunung, di tempat-tempat yang tersembunyi; untuk sementara waktu Gereja akan nampak musnah dari muka bumi. Itulah kesaksian umum dari para Bapa Gereja awali."

Yves DuPont, penulis buku "Catholic Prophecy" dan banyak karya nubuat lainnya, menulis pada tahun 1970:
"Beberapa nubuatan tampaknya menjamin kesimpulan bahwa Gereja Katolik yang sejati akan lenyap sama sekali untuk sementara waktu sebagai sebuah organisasi. Namun meski tidak terorganisir, ia akan tetap bertahan dalam diri orang-orang yang tetap setia, baik para klerus maupun umat awam, yang akan pergi bersembunyi ke bawah tanah.“

Uskup Agung Fulton Sheen: Tubuh Mistik di dunia ini akan memiliki Judas Iskariotnya sendiri, ia adalah nabi palsu itu. Setan akan merekrutnya dari antara uskup-uskup kita.

Bunda La Salette, 19 September 1846:
Roma akan kehilangan iman, dan menjadi tempat kedudukan Antikris.

Karena itu sangat penting sekali untuk mendengarkan peringatan Bunda Maria bahwa akan ada DUA ORANG PAUS yang sama-sama masih hidup pada saat akhir nanti. Salah satunya adalah Nabi Palsu yang membuka jalan bagi antikristus, dan paus lainnya adalah paus yang benar. Mari kita simak perkataan Melanie, visiuner dari La Salette, dengan sangat hati-hati: "Awalnya, kita tidak akan tahu paus mana yang benar." Kata ‘benar’ disini menyiratkan bahwa salah satunya adalah paus yang benar dan yang lainnya adalah paus yang tidak benar.

2Tes 2:3 Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa.

Katekismus (CCC 675) menegaskan bahwa : ‘Sebelum kedatangan Kristus yang kedua Gereja harus melewati sebuah ujian terakhir yang akan menggoyahkan iman banyak orang... dalam bentuk sebuah kebohongan religius yang akan menjadi salah satu kemurtadan.


Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment