Friday, August 24, 2018

PAUS MENGANGKAT SEORANG USKUP BARU DI VATIKAN...



Thu Aug 16, 2018 - 2:22 pm EST

PAUS MENGANGKAT SEORANG USKUP BARU DI VATIKAN YANG MENGKLAIM BAHWA YESUS TIDAK 'MENETAPKAN ATURAN'


by Matthew Cullinan Hoffman

16 Agustus 2018 (LifeSiteNews.com) - Paus Francis telah mengesahkan sebagai seorang uskup, seorang imam dari Portugis yang mengklaim bahwa Yesus tidak "membuat peraturan" dimana imam itu juga mendukung pendapat seorang biarawati sesat yang membela legalisasi aborsi dan "pernikahan" homoseksual ."

José Tolentino Mendonça, nama imam dan penyair itu, yang merupakan wakil rektor Universitas Katolik Lisbon, sekarang akan mengepalai bagian Arsip Rahasia Vatikan untuk Paus Fransiskus, sebuah pos yang akan dia jalani mulai bulan September tahun ini.

“Bapa Suci mengharapkan saya akan terus menjadi sebuah sarana dialog dan persesuaian antara Gereja dan budaya,” kata Mendonca kepada layanan berita Portugis SAPO 24. “Itulah yang akan saya lakukan, terlepas dari Perpustakaan Kerasulan , tidak diragukan lagi, saya akan  menempatkan bakat saya dan cara saya guna melakukan hal-hal untuk melayani Gereja, dan menulis adalah bentuk komunikasi yang akan terus saya pertaruhkan sebagai tempat representasi dan komunikasi Yesus di dunia saat ini.”

Ditanya oleh SAPO 24 apakah dia bersikap terbuka (artinya: menerima) reformasi yang dilakukan paus, Mendonça menjawab bahwa pengangkatannya yang pasti “adalah menempatkan saya dekat dengan pesannya, dengan programnya bagi Gereja di zaman kita.”

Tolentino Mendonça adalah seorang teolog lainnya yang terkait dengan Paus Francis, yang memiliki hubungan dekat dengan dukungan dan advokasi homoseksual. Mendonça telah mengaitkan dirinya secara erat dengan Teresa Forcades, seorang biarawati Spanyol yang menjadi terkenal karena mengklaim bahwa "perkawinan" homoseksual harus dilegalkan dan aborsi harus diizinkan sebagai bagian dari hak "penentuan nasib sendiri."

Di awal tahun 2010, Mendonça bekerja di sebuah perutusan “Katolik” LGBT, yang melayani kaum homoseksual yang menyandang identitas “gay” yang kemudian bergantung kepada bimbingan spiritual diri mereka sendiri. Mengenai pelayanan ini, Mendonça mengatakan kepada media Portugis Publico pada tahun 2010 bahwa “Gereja bukanlah tempat untuk mendapatkan kepenuhan, tetapi Gereja adalah tempat pencarian. Kondisi kita adalah dalam kehausan dan keinginan. Tetapi kehausan dan keinginan itu tidak bisa didapatkan di sini, dan sekarang kita mau mewujudkan impian kita. Gereja adalah jalan umum, tidak bebas dari ketidaksempurnaan, terbuka bagi sikap progresifitas.” Dia menambahkan bahwa Gereja harus menyambut orang-orang dengan cara yang “tanpa syarat.” Artikel dalam Publico menyiratkan bahwa anggota kelompok pastor Mendonça ini terus terlibat dalam tindakan homoseksual.

Mendonça diundang oleh Paus Fransiskus untuk berkhotbah dan memberikan bimbingan rohani di retret Prapaskah tahun ini, dari tanggal 18 Februari hingga 23 Februari. Selain paus, para pejabat tinggi Vatikan lainnya juga hadir.


Setelah retret Francis berterima kasih kepada Mendonça karena telah "menunjukkan bagaimana (Roh Kudus) bekerja pada orang yang tidak beriman, pada 'orang-orang berhala,' pada orang-orang dari agama lain" dan bahwa Roh Kudus adalah "bersifat universal, itu adalah Roh Allah, untuk semua orang. . . Terima kasih atas panggilan ini untuk membuka diri, tanpa rasa takut, tanpa kekakuan, untuk bersikap lunak terhadap Roh dan tidak kaku di dalam struktur yang melingkupi kita.”

Menentang Tradisionalisme Dalam Gereja

Dalam pengantar bukunya pada tahun 2013, “Teologi Feminis dalam Sejarah,” Mendonça membandingkan aktivis LGBT suster Teresa Forcades dengan St. Hildegard dari Bingham. Dia menulis bahwa pandangannya (suster Teresa Forcades) diungkapkan dalam “suatu bentuk yang simbolis, terbuka, dan peka tentang pengalamatan yang nyata” sebagai lawan dari cara bicara Gereja tradisional dalam istilah-istilah yang jelas, non-metafora, yang dia sebut “tata bahasa univokal kemenangan yang kita kenal."

“Adalah perlu bahwa narasi doktrinal memahami dirinya sendiri untuk menjadi lebih dari sekedar membaca daripada menulis, lebih mirip sebuah perjalanan daripada sebuah tempat, karena memori yang mengangkutnya tidak dapat direduksi menjadi sebuah hukum, sebuah visi, sesuatu yang otomatis,” tulis Mendonça, dan mengklaim bahwa teologi seperti itu diberikan kepada kami oleh suster Forcades. “Adalah tepat di sini bahwa karya yang menakutkan (memprovokasi) dari suster Teresa Forcades i Vila, Feminist Theology dalam sejarah, yang telah dimiliki oleh pembaca, datang untuk membantu kami,” tulisnya.

"Suster Teresa Forcades i Vila (suster yang mendukung perkawinan homosex) mengingatkan akan hal-hal yang esensial: bahwa Yesus dari Nazareth tidaklah merancang ataupun tidak menetapkan peraturan," tulis pastor Mendonça. “Yesus hidup, artinya, Dia membangun etos relasi, mewujudkan puisi pesan-Nya dalam daging-Nya yang kelihatan, menggunakan tubuh-Nya sendiri sebagai sebuah dasar pikiran.”

Pada tahun 2016, pastor Mendonça memberikan wawancara kepada stasiun Radio Lisabon Renascença, di mana dia mengecam umat Katolik, dan terutama para kardinal, yang telah mengkritik penyimpangan Paus Fransiskus dari doktrin Katolik tradisional, dan dia menolak pandangan mereka sebagai "tradisionalisme," yang menurutnya benar-benar bertentangan dengan Tradisi gereja.

"Hari ini, kita melihat Paus Fransiskus ditentang oleh sayap yang lebih konservatif dalam Gereja dan oleh beberapa nama penting, bahkan kardinal, yang dengan cara tertentu bersedia menempatkan tradisionalisme di atas tradisi," kata Mendonça.

Mengenai sikap Paus Fransiskus yang “menyambut” mereka yang keras kepala untuk hidup dalam situasi homoseks dan perzinahan yang penuh dosa, Mendonça mengatakan kepada pewawancara, “Tidak seorang pun dapat dikecualikan dari kerahiman dan belas kasih Kristus. Dan pengalaman belaskasih itu harus dibawa kepada semua orang, apakah mereka orang Kristen yang menikah lagi, terluka oleh pengalaman perkawinan yang membawa bencana, apakah itu realitas keluarga baru, apakah itu orang homoseks, yang di dalam Gereja harus menemukan ruang untuk didengar, menerima sambutan dan belas kasihan. "

Juga pada tahun 2016, Mendonça memperkenalkan buku barunya, “Menuju teologi indera,” pada konferensi pers di mana dia saat itu disertai oleh suster Forcades.

Posisi Pengarsipan Vatikan Sangatlah Penting Dalam Proyek Untuk Merevisi Doktrin Tentang Kontrasepsi

Posisi pengarsipan Vatikan yang dipercayakan kepada Mendonça adalah kunci dalam konteks  politik Vatikan saat ini. Dalam beberapa bulan terakhir, Paus Fransiskus telah memberikan akses eksklusif dan belum pernah terjadi sebelumnya bagi Arsip Rahasia Vatikan kepada sekelompok kecil klerus dan ilmuwan yang tampaknya bertekad untuk merubah doktrin Gereja Katolik mengenai kontrasepsi.

Para klerus dan ilmuwan itu, termasuk Gilfredo Marengo dari Institut Kepausan John Paul, Pierangelo Sequeri, presiden dari institut yang sama, Philippe Chenaux, seorang profesor sejarah Gereja di Universitas Kepausan Lateran, dan Angelo Maffeis, presiden dari Paul VI Institute of Brescia, adalah orang-orang yang sedang dalam proses menciptakan sejarah revisionis (baca: melakukan perubahan bersejarah) atas perumusan ensiklik Humanae vitae kepausan, yang selalu mengulangi kecaman abadi Gereja Katolik terhadap pengendalian kelahiran artifisial.
Sebagai sebuah langkah dalam proses ini, Marengo baru-baru ini mengeluarkan sebuah buku yang mengklaim bahwa Humanae Vitae tidak memiliki "nada keteguhan doktrinal dan disiplin" dan malah berfokus pada "perspektif pasangan yang menyertainya, yang diundang untuk semakin mematuhi kepenuhan dari bentuk Kristiani dari percintaan mereka,” sebuah interpretasi yang cocok dengan agenda Paus Fransiskus untuk merubah kemutlakan moral, menjadi “cita-cita” yang tidak diharapkan atau dipenuhi oleh orang Kristen. (Menurut Paus Francis nilai moral itu tidak mutlak, tidak absolut. Ia bisa saja berubah sesuai dengan zamannya).

Email the author here.




Silakan melihat artikel lainnya disini : http://devosi-maria.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment