Friday, August 10, 2018

TDB Epperson Bab 31


TATA DUNIA BARU

A. Ralph Epperson


Bab 31

Serangan Atas Pendidikan



Pada Hari Thanksgiving tahun 1984, ada tiga bersaudara dan istri-istri mereka semuanya ditangkap di Idaho dan dipenjara selama 21 hari.

Di sekitar waktu yang sama, ada dua orang lainnya lagi, suami-istri, ditangkap dan dipenjarakan selama 132 hari.

Semua orang ini memiliki satu kesamaan: mereka percaya pada kebebasan beragama. Mereka semua membawa anak-anak mereka keluar dari sekolah umum sehingga mereka dapat mengajar mereka di rumah.

Konstitusi Amerika Serikat, dalam Amandemen Pertama, memberikan jaminan kepada setiap warga Amerika untuk memiliki dan melaksanakan hak yang diberikan Tuhan kepada mereka, hak yang tak dapat dicabut, untuk melaksanakan secara bebas ibadah dari ajaran agama mereka.

Bagian yang bersangkutan dari Amandemen itu berbunyi sebagai berikut: "Kongres tidak akan membuat undang-undang yang menghormati pembentukan agama, atau melarang pelaksanaannya secara bebas..."

Para orang tua ini menggunakan hak mereka yang diberikan Tuhan untuk kebebasan beragama, tetapi hal itu ditolak, dan bahkan dipenjarakan, karena mereka berusaha untuk melaksanakan hak-hak tersebut.

Kaum Mason / Komunis / Humanis / Illuminati semua menginginkan pemerintah untuk melatih anak-anak bangsa di sekolah-sekolah negeri.

Adam Weishaupt, pendiri Illuminati, menulis: "Kita harus merebut dan menang atas orang-orang biasa di setiap sudut.

Hal ini akan bisa diperoleh terutama melalui sekolah-sekolah." (599)

"Kita harus mendapatkan pengendalian atas arah pendidikan - manajemen gereja - dari kursi para profesor (di sekolah), dan dari mimbar (Gereja)." (600)
Dan Profesor John Robison menulis dalam bukunya tentang Illuminati yang berjudul PROOFS OF A CONSPIRACY bahwa: "Mereka (Illuminati) berusaha untuk menempatkan anggota-anggota mereka sebagai tutor bagi para pemuda." (601)

Karl Marx, Komunis, menulis ini di COMMUNIS MANIFESTO-nya: "Pendidikan gratis untuk semua anak di sekolah umum." (602)

Matt Cvetic, yang selama sembilan tahun adalah agen rahasia Partai Komunis AS di dalam tubuh FBI, menghadiri pertemuan rahasia Komunis tingkat atas pada tahun 1948, di mana seorang Agen Soviet mengutip pidato dari Joseph Stalin, kepala Partai Komunis di Rusia. Diktator Rusia itu memberi arahan kepada Komunis Amerika untuk memberikan penekanan baru pada perekrutan pemuda. Ini adalah bagian dari pidato itu: "Kami, Komunis, menguasai Pemuda di Rusia sebelum kami mampu mengobarkan Revolusi Komunis yang berhasil di Rusia, dan kawan-kawan, kita juga harus menguasai Pemuda di Amerika Serikat jika kita ingin Revolusi Komunis yang sukses di negara itu.

Untuk tujuan ini, kami memerintahkan kawan-kawan kami untuk membentuk kelompok Pemuda Komunis yang baru di Amerika Serikat." (603)

Enam tahun kemudian, Pravda mencetak Deklarasi Komite Sentral Partai Komunis. Deklarasi itu ditandatangani oleh Perdana Menteri Nikita Khrushchev, diktator Rusia. Deklarasi itu menyatakan: "... propaganda ilmiah dan atheistik adalah bagian integral dari pendidikan Komunis rakyat pekerja, dan memiliki tujuan penyebaran pengetahuan ilmiah dan materialis di tengah masyarakat dan membebaskan orang-orang beriman dari pengaruh prasangka agama mereka." (604)

Tetapi bahkan baru-baru ini, Victor Mikronenko, kepala Liga Komunis Muda saat ini, yang disebut Komsomol, diwawancarai oleh reporter New York Times, Bill Keller, pada Februari 1988. Bill Keller melaporkan bahwa Mikronenko telah berkata: "… bahwa dia tidak melihat alasan untuk mengubah kebijakan yang melarang orang percaya (kepada Tuhan) dari Komsomol. Pendidikan atheis adalah salah satu tugas utama organisasi pemuda." (605)

Kaum Komunis memandang pendidikan sebagai wahana untuk mendidik kembali anak-anak muda untuk menjauhi agama dan kepercayaan kepada Tuhan.

Upaya serupa telah terjadi dan sedang terjadi di Amerika. Para Mason telah memberikan dukungan mereka bagi pendidikan di sekolah-sekolah publik (negeri).

Henry C. Clausen, Mason tingkat ke-33, dan Panglima Agung Berdaulat untuk Ritus Skotlandia Freemasonry sampai beberapa waktu yang lalu, menulis sebuah pamflet berjudul DEVILISH DANGER. Disini dia memberi sebuah contoh kasus dukungan Masonik kepada pendidikan publik. Dia menulis: "Jadi, kami (mungkin dia berbicara untuk semua Masonry) harus berkata lagi: "Lepaskan sekolah-sekolah umum kami! Jagalah agar gereja & negara terpisah selamanya! Tetaplah menjadi orang Amerika!" (606)

Panglima Tertinggi Mason itu mengatakan jika dia prihatin bahwa Mahkamah Agung pada tahun 1983 telah memberikan izin kepada negara bagian Minnesota untuk memungkinkan pengurangan pajak untuk biaya sekolah swasta / gereja yang kurang memadai. Dia merasa khawatir, rupanya, bahwa para orang tua sekolah swasta mendapatkan pengecualian agama atas mereka yang tidak beragama. Sejauh yang bisa dilihat dalam pamfletnya, dia tidak mengungkapkan kekhawatiran tentang mengapa orang tua Kristen, yang ingin membayar pendidikan pribadi untuk anak-anak mereka di sekolah swasta, harus dipaksa membayar untuk dua pendidikan (swasta dan negeri), dimana salah satunya (sekolah negara) tidak pernah dimanfaatkan oleh orang tua itu.

Masalah ini melibatkan alasan di balik persyaratan bahwa orang tua yang memberikan pendidikan alternatif untuk anak-anak mereka harus membayar dua jenis pendidikan: satu untuk sekolah yang mereka gunakan, dan yang satu untuk sekolah yang tidak mereka gunakan. Masalahnya bukan tentang agama: ini tentang kebebasan!

Tapi Clausen tidak melihatnya seperti itu.

Dia rupanya ingin agar semua anak diajari apa yang diinginkan pemerintah untuk diajarkan di sekolah-negeri negeri.

Dan kedua, Clausen tampaknya tidak mengakui fakta bahwa orang-orang "non-religius" (orang yang tidak beragama) memiliki hak yang diberikan Tuhan yang sama untuk membawa anak-anak mereka keluar dari sekolah negeri dan mengajari mereka di rumah seperti halnya orang yang beragama.

Mason juga tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Sam Blumenfeld, seorang penulis besar yang menulis tentang masalah pendidikan. Dia mengajukan pertanyaan ini dalam bukunya yang berjudul, NEA: TROJAN HORSE IN AMERICA: "Jika (negara) dapat melarang pelajaran agama (sekalipun hanya sedikit) di sekolah umum dengan alasan bahwa itu melanggar pemisahan gereja dan negara, bagaimana bisa hal itu membenarkan masuknya murid secara besar-besaran ke dalam sekolah yang didanai oleh gereja?" (607)

Ini adalah pertanyaan yang sah dan merupakan sebuah pertanyaan dimana kaum Humanist / Illuminati / Komunis / New Agers nampaknya tidak mau menjawabnya.

Dan Blumenfield juga membuat pengamatan ini: "... pemerintah tidak memiliki hak untuk menulis doa untuk digunakan di sekolahnya sendiri, tetapi di Nebraska dan di tempat lain mereka mengklaim hak untuk mengatur kurikulum sekolah gereja yang bahkan tidak meminta dukungan dari pemerintah, dan akan ditolak bahkan jika memintanya, dengan alasan bahwa dukungan tersebut akan melanggar klausul pendiriannya (artinya Amandemen Pertama yang melarang "pembentukan agama.") (608)

Para Humanist menambahkan dukungan mereka untuk pendidikan publik dengan ini, dengan Prinsip ke-11 dalam MANIFESTO HUMANIS II: "Kami percaya pada hak atas pendidikan universal." (609)

Beberapa orang mengatakan kepada dunia mengapa mereka ingin negara mendidik anak-anak. Ashley Montague menulis ini: "Setiap anak di Amerika datang ke sekolah 'gila' pada usia enam tahun karena struktur keluarga Amerika." (610)

Pihak lain yang melihat masalah anak-anak dibesarkan dengan apa yang mereka anggap sebagai sikap beracun orang tua yang taat beragama, adalah the National Training Laboratories (Laboratorium Pelatihan Nasional,) sebuah program yang dijalankan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional, serikat guru nasional. Mereka menulis: "Meskipun mereka (anak-anak dari orang tua yang taat beragama) kelihatannya berperilaku pantas dan tampak normal oleh kebanyakan standar budaya, mereka mungkin sebenarnya membutuhkan perawatan kesehatan mental, untuk membantu mereka berubah, beradaptasi, dan menyesuaikan diri dengan ‘masyarakat yang telah direncanakan’ yaitu masyarakat di mana tidak akan ada konflik sikap atau keyakinan." (611)

Para humanis tampaknya melihat hal itu sebagai masalah ketika orang tua mengendalikan apa yang diajarkan kepada anak-anak mereka. Orang tua memiliki kendali penuh atas anak-anak mereka setidaknya selama lima atau enam tahun pertama kehidupan mereka. Kemudian negara memulai proses pendidikan ketika anak-anak ditempatkan di taman kanak-kanak atau kelas satu.

Salah satu kekhawatiran utama kaum humanist adalah bahwa orang tua mungkin telah menanamkan beberapa nilai agama kepada anak mereka sebelum sekolah negeri memulai program pelatihan formal mereka.

Orang yang menyuarakan pendapat itu adalah Paul Blanchard yang berkata seperti ini pada tahun 1976: "Saya pikir bahwa faktor yang paling penting yang menggerakkan kita menuju masyarakat sekuler (yang berarti duniawi) telah menjadi faktor pendidikan.

Sekolah-sekolah kita mungkin tidak mengajarkan Johnny untuk membaca dengan benar, tetapi fakta bahwa Johnny bersekolah sampai dia berusia enam belas tahun cenderung mengarah pada tindakan penghapusan takhayul agama.

Anak Amerika rata-rata sekarang memperoleh pendidikan sekolah menengah, dan ini melawan Adam dan Hawa serta semua mitos lain dalam sejarah." (612)

Orang lain yang meramalkan bahwa sekolah umum adalah solusi bagi masalah anak-anak yang diajari keyakinan agama oleh orang tua mereka, adalah John Dunphy, yang menulis sebuah esai berjudul A RELIGION FOR THE NEW AGE di majalah Humanist. Berikut ini adalah bagian dari apa yang dia tulis: "Saya yakin bahwa pertempuran untuk masa depan umat manusia harus dilancarkan dan dimenangkan di ruang-ruang kelas dari sekolah umum oleh para guru yang dengan tepat melihat peran mereka sebagai penganut baru dari agama baru: agama kemanusiaan yang mengakui dan menghormati percikan dari apa yang disebut oleh para teolog sebagai keilahian di dalam diri setiap manusia. (Disitu terkandung pemikiran bahwa manusia adalah dewa.)

Para guru ini harus melakukan dedikasi tanpa pamrih yang sama dengan para pengkhotbah fundamentalis yang paling fanatik.

Ruang kelas harus dan akan menjadi arena konflik antara yang lama dan yang baru - mayat Kekristenan yang membusuk, bersama dengan semua kejahatan dan kesengsaraan yang menyertainya, berhadapan dengan iman/agama baru ... yang gemilang dalam janjinya ... " (613)

Salah satu pendidik paling terkenal di masa lalu adalah Profesor George S. Counts dari Columbia University. Dia menulis bahwa dia melihat kebutuhan untuk merubah tujuan pendidikan dalam sebuah monografi tahun 1932 berjudul DARE THE SCHOOLS BUILD A NEW SOCIAL ORDER? (BERANIKAH SEKOLAH MEMBANGUN TATANAN SOSIAL YANG BARU?) Dia membuat pandangannya sangat jelas mengenai apa yang dia pikir sebagai tujuan pendidikan, adalah dengan komentar-komentar ini: "Ketidaktahuan harus digantikan oleh pengetahuan, persaingan dengan kerja sama, kepercayaan pada Takdir (yang berarti keyakinan pada Tuhan) dengan perencanaan yang matang, dan kapitalisme swasta oleh beberapa bentuk ekonomi yang disosialisasikan ... " (614)

Dengan semua diskusi tentang apa pendidikan yang seharusnya atau tidak seharusnya, orang akan berpikir bahwa semua dialog telah menyebabkan pendidikan menjadi sebuah ilmu definisi yang tepat. Saat ini, tujuan pendidikan seharusnya dipikirkan dengan matang, sehingga tidak boleh ada perdebatan lebih lanjut tentang apa itu. Namun, bukan itu masalahnya.

Pada tahun 1979, sebuah buletin yang disebut EDUCATION USA melaporkan bahwa setidaknya satu hakim menyatakan bahwa tidak ada yang tahu apa arti pendidikan itu. Hal itu sedikit mengungkapkan kesimpulan yang ditawarkan oleh hakim dalam kasus pengadilan yang melibatkan seorang ibu yang menggugat Distrik Sekolah Bersatu San Francisco pada tahun 1976 karena puteranya, yang merupakan lulusan sekolah menengah disitu, tidak dapat membaca atau menulis.

Dia meminta ganti rugi untuk pendidikan perbaikan dan upah yang tidak diterima oleh anak laki-lakinya karena kurangnya keterampilan pendidikan di sekolah itu. Hakim tidak setuju, menurut buletin itu, dan mengatakan: "Sekolah tidak memiliki kewajiban hukum untuk mendidik. Jika tidak ada kewajiban hukum untuk mendidik, maka tidak akan ada malpraktek jika pendidikan gagal." (615) Hakim di pengadilan distrik yang mendengar kasus tersebut melaporkan bahwa "sekolah-sekolah tidak memiliki kewajiban hukum untuk mendidik," karena tujuan pendidikan masih tidak diketahui. Bahkan para pendidikpun tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan anak-anak yang dibawa secara paksa ke sekolah mereka.

Hakim di pengadilan banding menjelaskan: "Ilmu pedagogi (didefinisikan sebagai seni atau ilmu pengajaran) itu sendiri penuh dengan teori yang saling berbeda dan bertentangan ..."

Akibatnya, katanya, tidak ada cara untuk menuduh kelalaian sekolah ketika mereka tidak bisa mendidik satu anak sekalipun.

Jadi pengadilan juga masih tidak tahu apa tujuan dari pendidikan itu.

Tetapi ada sebagian dari para pendidik yang tahu. Ini untuk memastikan bahwa anak di sekolah pemerintah tidak lagi percaya pada apa yang diajarkan orang tuanya. Mereka tentu tahu bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menghapus semua nilai agama yang diajarkan oleh orang tua. Itulah yang mereka katakan dengan jelas!

Beberapa orang di Amerika tahu mengapa mereka menginginkan anak-anak di sekolah negeri. Jadi, Hakim itu salah. Ada yang tahu, dan ada yang ingin agar orang tua mengirim anak-anak mereka ke sekolah pemerintah.

Tetapi anak masih belum bisa mengerti tiga hal penting dari pendidikan yang baik: apa yang dulu disebut 3 R: membaca, menulis dan berhitung. Hiburan ditawarkan kepada semua anak-anak, dan menahan anak yang cerdas agar mengajar anak-anak yang lamban, dan hal ini telah menyebabkan sebuah bangsa menjadi cemas oleh siswa-siswa yang dungu.

Melihat anak-anak di sekolah tidak dapat belajar, telah menyebabkan para dokter dan psikolog untuk menciptakan diagnosa baru di bidang penyakit masa kanak-kanak, yang disebut Attention Deficit Disorder atau Minimal Brain Disfunction. Anak-anak itu sekarang diistilahkan memiliki Gangguan Belajar. Anak-anak itu sekarang disebut Learning Disabled (cacad dalam belajar)

"Alkitab" dari industri psikiatri, yang dikenal sebagai Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, memberikan gejala-gejala penyakit baru ini: (berikut ini hanya sebagian daftar)

A.       Tidak adanya perhatian: Setidaknya ada tiga dari hal yang berikut ini:
Anak tidak memiliki perhatian: menunjukkan aktivitas seperti: sering gagal menyelesaikan hal-hal yang dia mulai; sering tidak mendengarkan; perhatian yang mudah teralihkan; memiliki kesulitan berkonsentrasi pada tugas sekolah atau tugas lain yang membutuhkan perhatian yang berkelanjutan; dll.

B.   Bersifat Impulsiv (meledak-ledak): Ada tiga sifat dari yang berikut ini:
Menunjukkan perilaku seperti: sering bertindak sebelum (tanpa) berpikir; berganti-ganti secara berlebihan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya; dll.

C.   Hiperaktif: Setidaknya dua dari sifat yang berikut ini:
Menunjukkan perilaku seperti: berlari atau memanjat sesuatu secara berlebihan; mengalami kesulitan untuk tetap diam atau gelisah secara berlebihan; dll.

Dan cukup sering setelah anak didiagnosis menderita gangguan ini, dia akan diberikan Ritalin, obat yang diharapkan mendorong kepada perilaku normal. Obat itu juga memiliki nama lain, orang-orang di jalanan menyebutnya obat ‘speed’ (‘kecepatan’)

Tetapi obat tersebut memiliki reaksi negatif: dapat menyebabkan kegelisahan, insomnia, ruam kulit, dermatitis, mual, pusing, sakit kepala, kantuk, perubahan pada tekanan darah dan perubahan denyut nadi, detak jantung cepat, dan penurunan berat badan.

Tapi obat itu masih terus diresepkan.

Karena semua masalah ini, orang tua di seluruh Amerika Serikat menarik anak-anak mereka dari sekolah umum dan mengajari mereka di rumah atau menempatkan mereka di sekolah swasta atau Kristen yang mengajarkan nilai-nilai agama. Dan semua kegiatan ini tidak luput dari perhatian kaum Humanist / New Age / Komunis.

Dua orang peneliti menulis laporan pada bulan Februari, 1980, PHI DELTA KAPPAN tentang tantangan baru ini terhadap sistem sekolah negeri. Mereka menyimpulkan bahwa tren pemindahan akan terus berlanjut, dan mungkin semakin cepat: "karena kaum fundamentalis tetap terkunci pada posisi yang kaku dan berbasis teologis pada banyak isu, sementara masyarakat Amerika bergerak maju."

Mereka mengatakan bahwa kaum fundamentalis memiliki hak untuk: "berbaris dengan teguh pada nilai-nilai masa lalu mereka, tetapi orang mungkin mempertanyakan apakah mereka harus merebut persentase yang semakin besar dari pemuda Amerika untuk tinggal bersama mereka?" (616)

Jelaslah bahwa angka kehadiran sekolah publik yang menurun telah menyebabkan beberapa pejabat sekolah pemerintah menjadi khawatir, karena penempatan anak-anak di sekolah swasta telah meluputkan mereka dari indoktrinasi dalam sistem sekolah umum. Jadi, banyak negara telah mengambil langkah-langkah untuk menutup banyak sekolah-sekolah swasta ini.

Salah satu contoh mencolok dari penyalahgunaan kekuasaan pemerintah negara bagian, terjadi pada tanggal 14 Januari 1986, ketika tiga puluh pejabat pemerintah negara bagian dan lokal, termasuk hampir selusin petugas berseragam dan berpakaian preman, mengepung gereja dan sekolah milik Gereja Santa Monica Foursquare di California Selatan.

Apa yang memprovokasi unjuk kekuatan ini? Apakah para guru memukuli anak-anak? Apakah mereka memaksa anak-anak untuk memakai narkoba?

Apakah mereka mengajari anak-anak bahwa kanibalisme adalah pilihan moral? Tidak, sekolah itu berjalan tanpa lisensi yang dikeluarkan oleh negara.

Di negara bagian lain, dalam kasus ini Dakota Utara, seorang hakim menghukum seorang pendeta Baptis dan istrinya dengan tuduhan melanggar hukum ‘wajib bersekolah di sekolah milik negara’ karena orang tua mengirim anak-anak mereka ke sekolah fundamentalis yang mereka operasikan sendiri. Pendeta mengambil posisi yang sama dengan yang telah diambil oleh para menteri lain di negara itu: "Bagi kami untuk tunduk kepada aturan ini... berarti kami mengakui bahwa negara adalah tuan atas gereja." (617)

Mereka yang mendukung pendidikan publik (negara) harus takut pada orang tua yang memilih untuk memberikan pendidikan pribadi kepada anak-anak mereka di Amerika. Mereka harus gemetar karena pertumbuhan sekolah swasta dan sekolah pribadi di rumah (home schooling).

Ada ratusan ribu anak-anak tidak diajari dengan apa yang ingin diajarkan oleh kaum Humanist / Mason / Komunis / New Agers, di sekolah-sekolah negeri.

Beberapa anak diajari nilai-nilai agama.

Dan hal itu tidak diterima oleh mereka yang percaya kepada Tata Dunia Baru.

No comments:

Post a Comment