Wednesday, August 1, 2018

TDB Epperson Bab 27


TATA DUNIA BARU

A. Ralph Epperson

 

 

Bab 27

 

Etika Situasi

 

 


"Jika kita adalah dewa, maka kita bisa mengembangkan kebenaran kita sendiri."

Tetapi jika Humanisme berhasil dan agama dihapus dari gaya hidup Amerika, gaya moralitas Kristen akan hilang juga. Itu berarti bahwa kaum Humanist harus memiliki pandangan moral untuk ditawarkan sebagai gantinya.

Dan mereka melakukannya: itulah disebut Etika Situasi.

Kamus mendefinisikan "etika situasi" sebagai: "Sebuah sistem etika yang menurutnya aturan moral tidak mutlak mengikat, tetapi dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi tertentu."

Kaum Humanis telah menyatakan dukungan mereka terhadap konsep ini.

Mereka telah memasukkannya dalam Manifesto Humanis II: "Ketiga: Kami menegaskan bahwa nilai-nilai moral mendapatkan sumbernya dari pengalaman manusia.

Jadi, etika bersifat otonom dan situasional." (536)

Douglas Grothuis, penulis UNMASKING THE NEW AGE, menulis: "Begitu anda telah mendewakan diri anda (menjadikan diri anda sendiri sebagai dewa,) yang merupakan isi dari ajaran New Age, maka tidak ada nilai moral absolut yang lebih tinggi. Ini adalah resep untuk melakukan anarki etis." (537)

Intinya, kaum New Age mengatakan: Semua nilai moral bersifat situasional. Situasi yang ada, menentukan apa yang benar atau salah, dan karena situasi terus berubah, maka apa yang benar saat ini mungkin besok menjadi salah.

Gerakan New Age, Agama Humanis, dan Komunis telah membuat sebuah dewa dari manusia; mereka telah mendewakan manusia. Nilai moral yang baru untuk dewa-manusia ini adalah apa pun yang ia putuskan adalah benar, dan itulah yang dilakukan oleh New Age-Humanists- Communists. Moralitas baru mereka itulah yang disebut Etika Situasi.

Dr Arthur E. Gravatt, MD, mendefinisikan istilah ini untuk sebuah jurnal ilmiah: "... perilaku moral dapat berbeda dari situasi ke situasi. Sebuah perilaku tertentu mungkin dikatakan bermoral untuk satu orang dan bukan untuk orang yang lain. Apakah suatu tindakan adalah bermoral atau tidak bermoral ditentukan oleh hukum kasih,  yaitu sejauh mana kasih dan kepedulian terhadap orang lain menjadi faktor yang berperanan dalam hubungan mereka." (538)

Tapi adalah orang lain yang menciptakan istilah "Etika Situasi."

Orang itu adalah Joseph Fletcher, yang pertama kali menggunakan kata itu (Etika Situasi) dalam sebuah pidato kepada alumni Harvard pada tahun 1964. Dia adalah seorang profesor di Seminari Teologi Episcopal Cambridge.

Inilah yang dia percaya: "... bagiku tidak ada aturan - tidak ada sama sekali ...

... apapun dan semuanya bisa benar atau salah menurut situasinya - apa yang salah dalam beberapa kasus adalah benar di kasus yang lain ...

... seorang penganut ‘Etika Situasi’ akan membuang semua yang absolut kecuali yang absolut: selalu bertindak dengan penuh perhatian." (539)

Dengan definisi ini, seorang pembunuh massal tidak akan bersalah jika mereka mengatakan bahwa tindakan mereka didasarkan pada kecintaan pada kemanusiaan, dan bahwa mereka telah melakukan pembunuhan dengan "perhatian yang penuh kasih". Jika, misalnya, salah satu pembunuh ini membunuh orang di daerah yang tercemar limbah radioaktif, dan mengatakan bahwa tindakan ini dilakukan karena si pembunuh tidak ingin orang-orang terkena polusi bahan radioaktif, dan bahwa dia mencintai mereka, maka tindakan pembunuhan itu akan dapat diterima menurut mereka yang percaya pada Etika Situasi.

Moralitas seperti inilah, yang dikenal sebagai ‘Etika Situasi’, adalah filosofi yang mendasari Komunis / Sosialis yang membunuh sejumlah besar populasi suatu negara dalam upaya untuk mencapai tujuan Komunisme atau Sosialisme mereka. Para pendukung "-isme" inilah yang mengklaim bahwa tujuan mereka itu sangat diinginkan sehingga orang-orang yang mereka bunuh harus memberi jalan demi kebaikan seluruh umat manusia. Akibat wajar dari sikap seperti ini adalah "Tujuan menghalalkan cara."

Kaum Komunis di Rusia telah membunuh hingga 42 juta orang dalam Revolusi Komunis tahun 1917 karena masyarakat Komunis menganggap layak untuk melakukan semua pembunuhan massal oleh para pembunuh.

Sudah pasti bahwa Adolf Hitler merasa bahwa pembunuhannya terhadap sekitar 50 juta orang selama Perang Dunia II tidak salah karena "Third Reich" (terbentuknya negara Jerman ketiga) yang akan terjadi setelah perang usai, akan sepadan dengan harga nyawa 50 juta orang itu.

Chou En-Lai dan Mao Tse Tung membunuh sebanyak 64 juta orang dalam Revolusi Komunis mereka, yang dimulai pada tahun 1923 dan berakhir pada tahun 1949, dan seseorang dapat mengetahui bahwa mereka merasa bahwa harga yang harus dibayar oleh orang-orang yang  mati dibunuh demi orang-orang Cina mendatang adalah harga yang wajar bagi tujuan akhir yang ingin mereka peroleh.

Patut diingat bahwa Adam Weishaupt, pendiri Illuminati, telah menulis bahwa "Tujuan akhir membenarkan cara."

Weishuapt lebih lanjut menulis bahwa "…tidak ada orang yang cocok untuk Ordo kita jika dia tidak siap untuk bertindak apapun." (540) Dengan kata lain: Hanya orang yang tak memiliki nilai-nilai moral, orang yang percaya pada Etika Situasi, yang akan "bersedia untuk bertindak apapun."

John Robison, penyebar Illuminati, menulis: "Yang paling sering dibicarakan dalam melakukan sesuatu demi mendapatkan tujuan yang baik, adalah cara-cara yang digunakan oleh orang-orang jahat untuk tujuan-tujuan yang jahat; dan telah diajarkan bahwa untuk mencapai kebaikan yang besar dibenarkan menggunakan segala cara." (541)

Seorang pendukung filosofi Etika Situasi zaman ini adalah aktris Shirley MacLaine. Dia telah menulis: "Tidak ada yang namanya kejahatan. Kejahatan adalah ketakutan dan ketidakpastian.

Kejahatan adalah apa yang anda pikir jahat.

Masalah 'jahat' dan 'setan' ini adalah konsep yang konyol bagi saya." (542)

Dan kaum Mason juga percaya pada Etika Situasi ini. Mason H. L. Haywood menulis dalam bukunya yang berjudul, GREAT TEACHINGS OF MASONRY: "Pengalaman manusia ... adalah otoritas terakhir dalam menentukan nilai moral.

Salah adalah apa pun yang menyakiti kehidupan manusia atau menghancurkan kebahagiaan manusia ...

Suatu tindakan, secara intrinsik tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena benar-salahnya ditentukan oleh akibatnya yang menguntungkan atau merugikan." (543)

Dan dia mengulangi pemikiran itu dalam bukunya yang lain, THE MEANING OF MASONRY: "Apa yang baik bagiku, mungkin jahat bagimu; apa yang benar untuk dilakukan pada satu saat, mungkin salah pada saat yang berikutnya." (544)

Dan Albert Pike setuju dengan komentar ini dalam bukunya MORALS AND DOGMA: "... semua kebenaran adalah kebenaran menurut masanya, dan bukan kebenaran untuk selamanya." (545)

Pike berpendapat bahwa tidak ada yang absolut. Semua kebenaran hanya untuk suatu periode tertentu saja. Pandangan inilah yang disebut Etika Situasi.

Pike memberi nama bukunya MORALS AND DOGMA. Etika Situasi adalah pandangan khusus tentang moralitas. Menilai dari komentar Pike, akan cukup adil untuk menyimpulkan bahwa ini adalah pandangan moral dari buku ini. Pike menginstruksikan setiap Mason yang membaca buku ini agar mengerti bahwa agama Masonik percaya dengan Etika Situasi.

Rekan Mason, Manly P. Hall mengambil taktik yang sedikit berbeda, tetapi pada dasarnya mengatakan hal yang sama: "Selalu menjadi pertanyaan serius bagi saya apakah Yesus pernah benar-benar mengucapkan kata-kata: 'Jika kamu mengasihi Aku, patuhilah perintah-perintah-Ku,' karena pernyataan itu jelas tidak sesuai dengan penalaran Ilahi maupun manusia." (546)

Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya bahwa mereka harus mematuhi perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah itu disebut Moral Absolute.

Hall mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan hal itu, dan bahwa akal manusia tidak akan menerima prinsip bahwa ada nilai moral yang mutlak. Penalaran manusia telah menyimpulkan bahwa menaati perintah Ilahi bukanlah "masuk akal."

Friedrich Nietzsche, yang disertasinya tentang THE GENEALOGY OF MORALS berusaha membuat "penilaian kembali atas semua nilai," menulis bahwa "apa yang disebut kejahatan itu baik, dan apa yang biasanya diyakini baik, adalah jahat." (547)

Kaum Komunis juga diajarkan bahwa tidak ada kemutlakan dalam hidup ini. Nikolai Lenin, Komunis Rusia, tentu percaya pada Etika Situasi. Revolusinya pada tahun 1917 telah membunuh, seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, hampir 42 juta orang, untuk mencapai tujuan Komunisme bagi rakyat Rusia. Dia menulis: "Komunisme adalah kekuatan yang didasarkan kepada paksaan dan tidak ada batasnya, tidak ada hukum dan sama sekali tidak ada aturan yang ditetapkan." (548)

"Kediktatoran proletariat tidak lain adalah kekuasaan yang berdasarkan paksaan dan tidak dibatasi oleh apapun juga - tidak ada jenis hukum apapun dan sama sekali tidak ada aturan." (549) "Kita harus memerangi agama. Ini adalah ABC dari semua paham materialisme dan akibat dari Marxisme.

Persetan dengan agama. Hiduplah atheisme. Penyebaran atheisme adalah tugas utama kita. Komunisme menghapuskan kebenaran-kebenaran kekal. Ia menghapus semua agama dan moralitas." (550)

Lenin menunjukkan bahwa pemikirannya sama tidak masuk akalnya seperti yang dipamerkan oleh John Dewey. Dia mengatakan bahwa "Komunisme menghapuskan kebenaran-kebenaran  abadi."

Ini tidaklah mungkin!

Kata "abadi" didefinisikan sebagai durasi yang tak terbatas, atau selamanya.

Apa yang kekal tidak ada akhirnya. Itu akan terus ada sepanjang waktu. Lenin mengakui bahwa dalam pandangannya, "kebenaran-kebenaran" ini adalah abadi.

Namun dia mengakui bahwa Komunisme akan "menghapus" semua "kebenaran abadi" ini. Dan apa yang abadi tidak bisa dihapuskan.

Anda tidak akan mengerti alur pemikiran seperti ini kecuali jika pemikiran anda berbelit-belit seperti yang terjadi pada otak Nikolai Lenin! Dan Lenin sama sintingnya dengan John Dewey!

Dia melanjutkan dengan pemikiran serupa lainnya: "Kami, tentu saja, mengatakan bahwa kami tidak percaya kepada Tuhan. Kami tidak percaya pada moralitas abadi.

Kami menolak semua moralitas yang diambil di luar manusia, ini adalah konsep kelas sosial dari komunis. Kami mengatakan bahwa moralitas kami sepenuhnya tunduk pada kepentingan perjuangan kelas.

Komunis harus menganggap diri mereka bebas, bahkan secara moral berkewajiban untuk melanggar kebenaran, menghormati kehidupan, dll., ketika benar-benar jelas bahwa banyak bahaya yang lebih besar (bagi tujuan Komunis) bisa diperoleh dengan berpegang pada prinsip-prinsip tersebut, daripada dengan melanggarnya.

Ini adalah moral, yang melayani penghancuran struktur masyarakat lama." (551)

"Kita harus menyangkal semua moralitas yang berasal dari ide-ide supranatural (agama), atau cita-cita yang di luar konsepsi kelas sosial (cara Komunis). Segala sesuatu adalah bermoral jika itu diperlukan untuk pemusnahan tatanan sosial yang lama yang bersifat eksploitatif dan demi menyatukan proletariat.

Dalam arti apa kita menolak etika dan moralitas?

Dalam arti bahwa mereka diajarkan oleh kaum borjuis (yang berarti orang kaya) yang menyatakan bahwa ini adalah perintah-perintah tuhan mereka." (552)

Frederick Engels, seorang rekan kerja di dunia Komunisme bersama Karl Marx, menulis: …mengesampingkan masalah moralitas ... bagi seorang revolusioner segala cara adalah benar asalkan ia mengarah kepada tujuan; cara kekerasan, nampaknya adalah jinak." (553)

Feodor Mikhailovich Dostoevski, novelis Rusia, menulis ini dalam salah satu tulisannya: "Jika tidak ada tuhan, maka semuanya diizinkan." (554)

Apa yang terjadi pada pikiran seseorang, setelah dia menerima filsafat etika situasi, dapat diilustrasikan dengan baik dengan mempelajari tulisan-tulisan Sergei Nechayev, seorang Revolusioner Rusia.

Pemuda ini memiliki pengaruh besar pada hasil Revolusi Komunis Bolshevik Rusia 1917, dengan kematian yang dihasilkan sekitar 42 juta orang, karena tulisan-tulisannya memiliki pengaruh besar pada Nikolai Lenin. Nechayev menulis: "Urusan kita adalah kehancuran yang mengerikan, total, universal dan tanpa belas kasihan ... Marilah kita bersatu dengan dunia biadab dan kriminal dari para revolusionis Rusia yang sejati dan satu-satunya." (555)

Hanya orang yang percaya pada Etika Situasi yang bisa mengatakan hal seperti itu. Tidak ada nilai moral yang mutlak ketika kehancuran total adalah tujuan anda. Dan itulah tujuan revolusioner ini.

Dia melanjutkan: "Kaum revolusioner adalah manusia yang terkutuk. Dia tidak memiliki kepentingan pribadi, tidak ada urusan bisnis, tidak ada emosi, tidak ada keterikatan, tidak ada properti dan tidak ada nama.

Segala sesuatu dalam dirinya sepenuhnya diserap dalam pemikiran tunggal dan gairah tunggal demi revolusi.

Kaum revolusioner tahu ... dia telah menghancurkan semua tali yang mengikatnya pada tatanan sosial dan dunia yang beradab dengan semua hukum, moralitas dan adat istiadatnya dan dengan kesepakatan yang diterima secara umum.

Objeknya terus-menerus sama: cara paling cepat dan paling pasti untuk menghancurkan seluruh tatanan yang kotor. Kaum revolusioner ... menghina dan membenci moralitas sosial yang ada ...

Baginya, moralitas adalah segala sesuatu yang berkontribusi pada kemenangan revolusi. Tidak bermoral dan kriminal adalah segala sesuatu yang menghalangi jalannya.

Orang Revolusioner harus bersikap tirani terhadap orang lain. Semua sentimen kekeluargaan, kasih sayang, persahabatan, rasa syukur, dan bahkan kehormatan harus ditekan dalam dirinya dan memberi tempat bagi semangat kaku dan satu-satunya untuk revolusi."

"Janganlah menaruh belas kasihan ... Bunuh saja di tempat-tempat umum jika bajingan tengik ini berani masuk ke dalam lingkup mereka, bunuh saja di rumah-rumah, bunuh saja di desa-desa.

Ingat, bahwa mereka yang tidak berpihak kepada kita, akan melawan kita.

Siapa pun yang melawan kita adalah musuh kita. Dan kita harus menghancurkan musuh dengan segala cara." (556)

Apa yang ditulis oleh revolusioner muda ini adalah Etika Situasi yang tidak dibatasi, di mana tidak ada yang benar dan tidak ada salah. Buah pikiran NechayeVs adalah akibat logis dari tipe pemikiran ini. Begitu seorang revolusioner menerima kode etik ini, maka apa pun diizinkan. Pembunuhan, penjarahan, perampokan dan penyiksaan, adalah perilaku yang dapat diterima.

Dan ini adalah kode etik dari kaum Humanist.

Etika Situasi telah berhasil membawa beberapa orang kepada sikap membenci seluruh masyarakat, dan mereka ingin menghancurkan seluruh tatanan sosial, "tatanan dunia lama." Maka mereka yang ingin mengisi kekosongan yang terjadi, dapat menyusun kembali dunia. Dan dunia baru yang akan diciptakan oleh mereka akan disebut TATA DUNIA BARU.

Ingat bahwa Nechayev telah menulis jika kaum revolusioner bermaksud untuk ‘menghancurkan seluruh tatanan yang kotor.’ Tujuan kaum revolusioner adalah untuk menghancurkan ‘tatanan dunia lama’ dan menggantinya dengan ‘Tata Dunia Baru’.

Mungkin tujuan utama dari Etika Situasi telah dijelaskan dalam sebuah buku yang ditulis oleh Aldous Huxley yang berjudul BRAVE NEW WORLD REVISITED. Dia mengidentifikasi penghancuran individu sebagai tujuan utama dari pengajaran etis baru ini. Dia menulis: "... Etika Sosial baru menggantikan sistem etika tradisional kita - sistem di mana individu adalah yang utama.

... keseluruhan pranata sosial memiliki nilai dan signifikansi yang lebih besar daripada bagian-bagian individualnya ... bahwa hak-hak kolektivitas lebih diutamakan daripada ... Hak-Hak Manusia secara pribadi." (557)

Tetapi sebenarnya Etika Situasi bukanlah hal baru. Hal itu sudah setua Alkitab.

Nabi Yesaya tergerak untuk menulis tentang sistem ini di sekitar tahun 740 SM. Dia menulis ini dalam Yesaya 5: 20, dalam Perjanjian Lama dari Alkitab: "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit."

Etika Situasi menyebut bahwa kejahatan adalah baik dan kebaikan itu jahat.

Dan itu adalah filosofi kaum Humanis, Komunis, dan para Mason. Dan pemikiran itu dengan cepat telah menjadi moralitas Amerika.



No comments:

Post a Comment