Sunday, August 26, 2018

BEKAS DUTA BESAR VATIKAN UNTUK AMERIKA SERIKAT BERSAKSI...


BREAKING NEWS:
BEKAS DUTA BESAR VATIKAN UNTUK AMERIKA SERIKAT, MENGATAKAN (DALAM KESAKSIAN TERTULIS) BAHWA PAUS FRANSISKUS MELAKUKAN UPAYA MENUTUP-NUTUPI KASUS PELECEHAN SEXUAL YANG DILAKUKAN OLEH CARD. MCCARRICK


paulsimeon2014

August 26, 2018




Dalam kesaksian tertulis, mantan duta besar apostolik untuk AS mengatakan bahwa Paus Francis membatalkan sanksi kanonik yang diterapkan oleh Paus Benediktus XVI kepada predator seksual, Cardinal McCarrick (kanan).

Kardinal McCarrick

Dalam sebuah pernyataan tertulis yang luar biasa, setebal 11 halaman, seorang mantan duta apostolik Vatikan untuk Amerika Serikat telah menuduh beberapa uskup agung terlibat dalam upaya menutupi tuduhan terhadap Uskup Agung Theodore McCarrick dalam kasus pelecehan seksual yang dilakukan Cardinal McCarrick, dan dia telah mengklaim bahwa Paus Francis tahu tentang sanksi yang dijatuhkan terhadap Kardinal McCarrick pada waktu itu oleh Paus Benediktus XVI tetapi Paus Fransiskus kemudian memilih untuk mencabut sanksi itu.

Uskup Agung Carlo Maria Viganò, 77, yang menjabat sebagai duta apostolik di Washington DC dari tahun 2011 hingga 2016, menulis bahwa pada akhir tahun 2000-an, bahwa Benediktus telah "menjatuhkan sanksi kepada Kardinal McCarrick yang serupa dengan yang sekarang dikenakan kepadanya oleh Paus Francis" dan bahwa Viganò secara pribadi telah memberi tahu Paus Francis tentang sanksi tersebut pada tahun 2013.

Uskup Agung Viganò mengatakan dalam pernyataan tertulisnya bahwa Paus Fransiskus “terus berusaha menutup-nutupi” kasus McCarrick dan bukan saja dia (Paus Fransiskus) “tidak menghiraukan sanksi yang dijatuhkan Paus Benediktus kepada McCarrick” tetapi juga Paus Fransiskus menjadikan McCarrick sebagai “penasihatnya yang terpercaya”, mengatakan bahwa mantan uskup agung Washington telah menyarankan kepada Paus untuk menunjuk sejumlah uskup di Amerika Serikat, termasuk Cardinals Blase Cupich dari Chicago dan Joseph Tobin dari Newark.

Uskup Agung Viganò, mengatakan bahwa "hati nuraninya telah mendikte dirinya" agar kebenaran (kenyataan ini) dipahami oleh masyarakat luas sebagai "kebusukan yang telah mencapai puncak hirarki Gereja," dan dia mengakhiri kesaksiannya dengan menyerukan kepada Paus Fransiskus dan semua orang yang terlibat dalam upaya menutup-nutupi kasus pelecehan Uskup Agung McCarrick agar segera mengundurkan diri.

Pada tanggal 20 Juni 2018, Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, atas perintah Paus Francis, melarang mantan Kardinal McCarrick untuk melakukan pelayanan publik, setelah penyelidikan oleh Keuskupan Agung New York mendapati bahwa tuduhan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur yang dilakukan oleh Cardinal McCarrick adalah "kredibel dan  terbukti.” Pada hari yang sama, publik Amerika Serikat mengetahui bahwa Keuskupan Agung Newark dan Keuskupan Metuchen di New Jersey telah menerima tiga tuduhan pelanggaran seksual yang melibatkan orang dewasa, yang dilakukan oleh Cardinal McCarrick juga. Sejak saat itu, laporan media telah menulis tentang para korban pelecehan sexual, mencakup beberapa dekade yang lalu, termasuk seorang remaja laki-laki, tiga imam muda atau seminaris, dan seorang pria yang kini berusia 60-an tahun yang menuduh McCarrick telah menyiksanya secara sexual sejak dia berusia 11 tahun. Paus kemudian menerima pengunduran diri McCarrick dari College of Cardinals.

Uskup Agung Carlo Maria Viganò menulis bahwa Benediktus, jauh sebelumnya, telah menjatuhkan sanksi kepada McCarrick, yang "mirip" dengan sanski yang dijatuhkan kepada Kardinal Parolin (Sekretaris Vatikan saat ini). “Kardinal itu akan meninggalkan seminari tempat dia tinggal,” kata Viganò, “dia juga dilarang untuk merayakan (Misa) di depan umum, untuk berpartisipasi dalam pertemuan publik, memberi ceramah, bepergian, dengan kewajiban untuk mendedikasikan dirinya bagi kehidupan doa dan penebusan dosa.” Carlo Maria Viganò tidak menyebutkan tanggal yang pasti, tetapi dia ingat bahwa sanksi yang dijatuhkan itu adalah sejak tahun 2009 atau 2010.

Langkah-langkah yang diambil oleh Benediktus itu terjadi beberapa tahun setelah pendahulu Uskup Agung Viganò sebagai duta besar Vatikan, Uskup Agung Gabriel Montalvo dan Pietro Sambi - “segera” memberi tahu Takhta Suci setelah mereka mengetahui tentang perilaku “perkosaan tak bermoral” yang dilakukan oleh Uskup Agung McCarrick dengan para seminaris dan para imam,” demikian pensiunan diplomat Vatikan itu menulis.

Carlo Maria Viganò mengatakan bahwa Uskup Agung Montalvo pertama kali memperingatkan Vatikan pada tahun 2000, meminta kepada kepala Dominikan, Boniface Ramsey, agar menulis surat ke Roma untuk melaporkan tuduhan tersebut. Pada tahun 2006, Carlo Maria Viganò mengatakan, dia  secara pribadi, sebagai delegasi yang mewakili kepausan di Sekretariat Negara, menulis memo kepada atasannya, Kardinal Leonardo Sandri, mengusulkan agar sebuah "tindakan yang patut dicontoh" segera dilakukan terhadap McCarrick yang bisa berfungsi sebagai "obat" untuk mencegah pelanggaran di masa depan dan sedikit mengobati "skandal yang sangat serius bagi umat beriman ini."

Viganò mengusulkan sebuah ‘memorandum penuntutan,’ seperti yang disampaikan oleh Uskup Agung Sambi kepada Kardinal Tarcisio Bertone, di mana ada seorang imam yang menjadi korban pelecehan sexual telah menuduh McCarrick melakukan "perbuatan kekejian yang besar seperti itu," termasuk "tindakan-tindakan bejat" dan "melakukan tindakan sakrilegi terhadap Ekaristi" (karena McCarrick masih terus ‘mempersembahkan’ Misa Kudus).

Memo Diabaikan

Namun, menurut Viganò, surat memo-nya diabaikan dan tidak ada tindakan yang diambil sampai akhir tahun 2000-an – ini adalah sebuah penundaan yang diklaim oleh Uskup Agung Viganò merupakan keterlibatan dari Sekretaris Negara saat itu, pada waktu pemerintahan John Paul II dan Benediktus XVI, yang bernama Cardinals Angelo Sodano dan Tarcisio Bertone.

Pada tahun 2008, Uskup Agung Viganò mengklaim bahwa dirinya menulis memo kedua, kali ini kepada penerus Kardinal Sandri sebagai pengganti di Sekretariat Negara, Kardinal Fernando Filoni. Viganò mengikut sertakan ringkasan penelitian yang dilakukan oleh Richard Sipe, seorang psikoterapis dan spesialis dalam pelecehan seksual yang dilakukan oleh para klerus, dimana Sipe juga telah mengirimkan surat itu kepada Benediktus dalam bentuk sebuah pernyataan. Viganò mengatakan bahwa dia mengakhiri memo itu dengan "mengulangi surat-surat kepada atasan saya, bahwa saya pikir sangatlah perlu untuk campur tangan sesegera mungkin dengan melepaskan topi kardinal dari kepala Cardinal McCarrick."

Sekali lagi, menurut Viganò, permintaannya jatuh ke telinga yang tuli dan dia menulis bahwa dia "sangat kecewa" karena kedua memo-nya diabaikan sampai pernyataan Sipe yang "berani dan berjasa" mendapatkan "hasil yang diinginkan."

“Benediktus melakukan apa yang harus dia lakukan,” kata Uskup Agung Viganò kepada media Register 25 Agustus, “tetapi rekan kerja Benediktus – Sekretaris Negara dan yang lain-lainnya - tidak mendukung memo itu sebagaimana yang seharusnya, yang menyebabkan keterlambatan dalam penanganan.”

"Apa yang pasti," tulis Viganò dalam kesaksiannya, "adalah bahwa Paus Benediktus telah  memberlakukan sanksi kanonik kepada McCarrick dan bahwa hal itu dikomunikasikan kepadanya oleh Nuncio Apostolik (dubes Vatikan) untuk Amerika Serikat, Pietro Sambi."

Media The Register telah secara independen menegaskan bahwa tuduhan terhadap McCarrick sudah pasti diketahui oleh Paus Benediktus, dan Paus Emeritus itu ingat bahwa dirinya telah menginstruksikan kepada Kardinal Bertone untuk memberlakukan tindakan sanski, tetapi tidak dapat mengingat isi sanksi itu yang pasti.

Pada tahun 2011, setibanya di Washington D.C., Uskup Agung Viganò mengatakan dia secara pribadi mengulangi sanksi kepada McCarrick. "Kardinal McCarrick bergumam dengan cara yang hampir tidak bisa dipahami, mengakui bahwa dia mungkin telah membuat kesalahan dengan tidur di ranjang yang sama dengan beberapa seminaris di rumah pantainya, tetapi dia mengatakan hal ini seolah-olah sesuatu yang tidak penting," Viganò mengingat kembali dalam kesaksiannya. Dalam pernyataan tertulisnya, Viganò kemudian menguraikan pemahamannya tentang bagaimana, terlepas dari tuduhan terhadap dirinya, McCarrick kemudian diangkat menjadi Uskup Agung Washington D.C. pada tahun 2000, dan bagaimana kesalahan-kesalahannya ternyata ditutup-tutupi. Pernyataannya berimplikasi pada Cardinals Sodano, Bertone dan Parolin, dan dia menegaskan bahwa banyak kardinal dan uskup lainnya tahu betul kasus ini, termasuk Kardinal Donald Wuerl, pengganti McCarrick sebagai Uskup Agung Washington D.C. “Saya sendiri telah menyampaikan kasus ini kepada Kardinal Wuerl pada beberapa kesempatan, dan saya tentu tidak perlu memerinci karena sudah jelas bagi saya bahwa dia sepenuhnya tahu akan hal itu,” tulisnya.

Bagian kedua dari kesaksian Viganò terutama berkaitan dengan apa yang diketahui oleh Paus Francis tentang McCarrick, dan bagaimana dia bertindak.

Viganò ingat bertemu dengan Kardinal McCarrick pada Juni 2013 di kediaman Paus, Domus Sanctae Marthae, di mana McCarrick mengatakan kepadanya “… dengan nada antara sikap ambigu dan penuh kemenangan: 'Paus menerima saya kemarin, besok saya akan pergi ke China'” – Hal ini berarti bahwa Paus Francis telah mencabut larangan bepergian yang dijatuhkan kepada McCarrick oleh Benediktus (bukti lebih lanjut dari ini dapat dilihat dalam wawancara ini, yang diberikan McCarrick kepada reporter National Catholic pada 2014).

Pada pertemuan pribadi beberapa hari kemudian, Uskup Agung Viganò mengatakan bahwa Paus Fransiskus bertanya kepadanya “'Seperti apakah Cardinal McCarrick?'” Viganò menjawab: “Dia merusak beberapa generasi seminaris dan imam-imam, dan Paus Benediktus telah  memerintahkannya untuk mundur kepada kehidupan doa dan pertobatan.” Bekas dubes itu mengatakan dia yakin tujuan Paus Fransiskus dalam bertanya kepadanya itu adalah “mencari tahu apakah saya sekutu McCarrick atau bukan.”

Dibebaskan Dari Batasan

Uskup Agung Viganò mengatakan bahwa sudah jelas bahwa "…sejak terpilihnya Paus Francis, maka McCarrick sekarang bebas dari segala batasan, dan dia merasa bebas untuk bepergian terus menerus, memberikan ceramah dan wawancara."

Selain itu, Viganò menambahkan, McCarrick telah "menjadi penentu keputusan di lingkungan Curia dan di Amerika Serikat, dan sebagai penasihat yang paling didengarkan di Vatikan untuk melakukan hubungan dengan pemerintahan Obama."

Viganò mengklaim bahwa pengangkatan Kardinal Cupich untuk Chicago dan Kardinal Joseph Tobin untuk Newark “telah diatur oleh McCarrick” di antara yang lainnya. Dia mengatakan tidak satu pun dari nama-nama itu diusulkan oleh dubes Vatikan di Amerika Serikat, yang tugasnya secara tradisional untuk menyajikan daftar nama, atau terna, kepada Kongregasi Uskup-uskup. Dia juga menambahkan bahwa penunjukan Uskup Robert McElroy untuk bertugas di San Diego diatur "dari atas" dan bukan melalui dubes Vatikan.

Diplomat Italia yang sudah pensiun itu juga mengungkap laporan tentang Kardinal Rodriguez Maradiaga dan catatannya tentang upaya menutup-nutupi kasus pelecehan sexual di Honduras, dan dia mengatakan bahwa Paus Fransiskus membela “orang-kepercayaannya itu" (Kardinal Rodriguez Maradiaga) hingga sampai kepada "akhir yang pahit", meskipun ada berbagai tuduhan terarah kepadanya. Hal yang sama berlaku juga untuk McCarrick, demikian tulis Viganò.

"Dia (Paus Francis) tahu setidaknya sejak 23 Juni 2013 bahwa McCarrick adalah seorang predator (pemangsa) serial," kata Uskup Agung Viganò, tetapi meskipun "Paus Fransiskus tahu bahwa McCarrick adalah seorang yang busuk, tetapi Paus Fransiskus menutup-nutupi dia sampai akhir yang pahit."

"Hanya ketika Paus Fransiskus ‘dipaksa’ oleh banyak laporan tentang kasus pelecehan sexual terhadap anak di bawah umur, sekali lagi semua ini atas dasar perhatian dari media, barulah Paus Fransiskus mengambil tindakan (terhadap McCarrick) untuk menyelamatkan citranya sendiri di media," demikian tulis Viganò.

Mantan dubes Vatikan untuk Amerika Serikat itu menulis bahwa Paus Fransiskus “…sedang melepaskan mandat yang diberikan Kristus kepada Petrus untuk mengukuhkan para penerus-Nya,” dan dia mendesak Paus Fransiskus untuk “mengakui kesalahannya” dan, “memberikan contoh yang baik kepada para kardinal dan uskup yang berusaha menutup-nutupi pelanggaran McCarrick dan agar dia mengundurkan diri bersama dengan mereka semua.”

Dalam komentarnya kepada media 26 Agustus, Viganò mengatakan motivasi utamanya untuk menulis kesaksiannya sekarang adalah untuk “menghentikan penderitaan para korban, untuk mencegah korban-korban baru dan untuk melindungi Gereja: hanya kebenaran yang dapat membuat Gereja menjadi bebas.”

Dia juga mengatakan bahwa dia ingin “…membebaskan hati nurani saya di hadapan Tuhan dari tanggung jawab saya sebagai uskup bagi Gereja universal,” dan dia menambahkan bahwa dia adalah “lelaki tua” yang ingin menghadirkan dirinya di hadapan Tuhan “dengan hati nurani yang bersih.”

"Umat Allah memiliki hak untuk mengetahui kebenaran penuh, termasuk kebenaran tentang gembala mereka," katanya. “Mereka memiliki hak untuk dibimbing oleh para gembala yang baik. Agar dapat mempercayai mereka dan mencintai mereka, mereka harus mengenal mereka secara terbuka, dalam transparansi dan kebenaran, sebagaimana adanya. Seorang imam harus selalu menjadi cahaya terang dari sebuah lilin, di mana-mana dan untuk semua.”

Silakan klik di sini untuk membaca teks bahasa Inggris resmi dari Kesaksian Uskup Agung Carlo Maria Viganò.

by Edward Pentin



BERIKUT INI ADALAH SURAT KESAKSIAN USKUP AGUNG CARLO MARIA VIGANÒ


Archbishop Carlo Maria Viganò at the Rome Life Forum on May 18, 2018.
Steve Jalsevac / LifeSiteNews




TESTIMONY
by
His Excellency Carlo Maria Viganò
Titular Archbishop of Ulpiana
Apostolic Nuncio

In this tragic moment for the Church in various parts of the world — the United States, Chile, Honduras, Australia, etc. — bishops have a very grave responsibility. I am thinking in particular of the United States of America, where I was sent as Apostolic Nuncio by Pope Benedict XVI on October 19, 2011, the memorial feast of the First North American Martyrs. The Bishops of the United States are called, and I with them, to follow the example of these first martyrs who brought the Gospel to the lands of America, to be credible witnesses of the immeasurable love of Christ, the Way, the Truth and the Life.



Silakan klik disini untuk membaca teks bahasa Inggris resmi dari Kesaksian Uskup Agung Carlo Maria Viganò.

No comments:

Post a Comment