Sunday, July 3, 2016

Vol 1 - Bab 34 : Penebusan dosa



Volume 1 : Misteri Keadilan Allah

Bab 34

Penebusan dosa
Sifat lalai didalam Komuni Kudus
Louis of Blois
St.Magdalen de Pazzi dan jiwa yang meninggal sedang melakukan adorasi

Didalam sifat ragu-ragu, termasuk juga sifat melalaikan didalam persiapan merayakan Perjamuan Ekaristi. Jika Gereja tidak henti-hentinya memanggil anak-anaknya menuju Meja Perjamuan Kudus, jika ia ingin agar mereka sering berkomunikasi, ia selalu berniat agar mereka melakukan hal itu dengan semangat, kesungguhan dan kesucian yang besar, yang dituntut oleh misteri Ekaristi itu. Segala sisfat melalaikan secara sengaja terhadap tindakan yang begitu suci itu, adalah merupakan penentangan terhadap kesucian Yesus Kristus, sebuah penentangan yang harus diperbaiki melalui penebusan dosa yang adil. Louis dari Blois Venerabilis didalam bukunya Miroir Spirituel, berbicara tentang seorang hamba Allah yang terkenal yang mempelajari masalah supernatural, mengenai betapa kerasnya kesalahan-kesalahan ini dihukum didalam Api Penyucian. Suatu hari dia menerima kunjungan dari suatu jiwa di Api Penyucian. Jiwa itu meminta pertolongannya dimana sebelumnya mereka adalah bersahabat baik. Jiwa itu berkata, bahwa dirinya menanggung siksaan-siksaan yang amat mengerikan karena kelalaiannya didalam mempersiapkan diri bagi Komuni Kudus selama hari-harinya di dunia dulu. Dia tak bisa dibebaskan dari Api Penyucian kecuali oleh penerimaan Komuni Kudus secara layak yang bisa melunasi kemalasannya pada waktu yang lalu.
Sahabatnya itu segera memenuhi keinginannya dengan menerima Komuni Kudus dengan kemurnian hatinya, dengan seluruh iman dan devosi yang dimungkinkan. Kemudian dia melihat jiwa yang suci itu nampak dengan bercahaya sekali dan naik menuju ke Surga.
Pada tahun 1589 didalam biara St.Mary of the Angels, di Florence, ada seorang religius meninggal, dimana dia sangat dihormati oleh semua sahabatnya. Namun jiwa itu segera nampak kepada St.Magdalen de Pazzi dan memohon pertolongannya ditengah kerasnya hukuman didalam Api Penyucian, dimana dia dihukum disitu. Orang kudus itu, St.Magdalen, sedang berdoa dihadapan Sakramen Terberkati ketika dia merasakan orang yang meninggal itu berlutut ditengah Gereja itu dengan sikap adorasi yang khusyuk sekali. Disekitar jubahnya nampak nyala api seperti membakar dirinya namun jubah putih yang menyelimuti dirinya itu telah melindungi dirinya dari amukan api itu. Dengan sangat penasaran St.Magdalen ingin tahu apa arti dari semua itu, dan dijawab bahwa jiwa itu menderita karena devosinya yang kecil terhadap Sakramen Maha Kudus di altar. Tidak seperti yang dianjurkan oleh aturan dan kebiasaan suci dari biara itu, tetapi jiwa itu sangat jarang sekali berkomunikasi dengan Sakramen Terberkati, atau kadang-kadang dengan sikap acuh. Karena alasan inilah maka Pengadilan Ilahi menghukumnya untuk datang setiap hari dan melakukan adorasi dihadapan Sakramen Terberkati dan agar dia tunduk kepada siksaan api di kaki Yesus Kristus. Namun sebagai ganjaran dari kesucian perawannya, yang dilambangkan oleh jubah putih itu, maka Mempelai Ilahinya telah mengurangi penderitaannya hingga banyak sekali.
Demikianlah pencerahan yang diberikan Tuhan kepada hambaNya. Dia sangat tersentuh oleh hal itu dan dia berbuat sekuat tenaganya untuk menolong jiwa yang malang itu dengan doa-doa permohonannya. Dia sering menceritakan penampakan ini dan menggunakan peristiwa itu untuk meneuntun para sahabatnya agar bersemangat didalam menerima Komuni Kudus.


No comments:

Post a Comment