Saturday, July 23, 2016

Vol 1 - Bab 40 : Penebusan dosa



Volume 1 : Misteri Keadilan Allah

Bab 40

Penebusan dosa
Ttidak adanya kemurahan hati dan rasa hormat kepada tetangga
St.Louis Bertrand dan jiwa yang meninggal memohon ampun
Pastor Nieremberg
Margaret Mary Terberkati dan religius Benediktin

Kemurahan hati yang sejati adalah bersifat rendah hati dan lemah lembut terhadap orang lain, menghormati orang lain, seolah semua orang lain adalah atasannya. Perkataannya selalu bersahabat, penuh pengertian terhadap orang lain, tidak menyinggung atau bersikap dingin, tidak menghina, karena orang yang penuh kemurahan hati lahir dari sebuah hati yang penurut, sederhana, rendah hati, seperti Yesus. Orang yang penuh kemurahan hati selalu menghindari segala sesuatu yang merusak persatuan. Dia berusaha dengan segala cara, membuat segala kurban untuk mewujudkan perdamaian, sesuai dengan Sabda Guru kita : “Jika engkau mempersembahkan persembahanmu diatas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu didepan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmmu itu” (Mat 5: 23-24).
Seorang religius yang melanggar tindakan kemurahan hati menurut St.Louis Bertrand akan menerima hukuman yang sangat mengerikan setelah kematiannya. Dia diceburkan kedalam api dari Api Penyucian yang harus dia tanggung hingga dia bisa memuaskan Pengadilan Ilahi. Tidak lebih, dia tak bisa berada di tempat kaum terpilih hinga dia selesai melaksanakan tindakan penebusan dosa, yang bisa menjadi contoh bagi umat yang masih hidup ini. Kenyataan ini diceritakan didalam biografi orang kudus, St.Louis Bertrand.
Ketika St.Louis Bertrand dari ordo Dominikus, tinggal di biara Valencia, disitu ada seorang religius muda yang terlalu lekat kepada kepentingan ilmu pengetahuan yang tidak baik. Memang, surat-surat dan buku pelajaran memiliki nilainya sendiri, namun seperti yang difirmankan oleh Roh Kudus, mereka haruslah takut akan Allah dan pengetahuan para kudus. Non super timentem Dominum ---- Tak ada yang bisa mengalahkan dia yang takut akan Allah --- Ecclus. 25:13. Ilmu pengetahuan para kudus ini yang diilhamkan oleh Kebijaksanaan Kekal kepada kita, berisi kemurahan hati dan kerendahan hati. Religius muda yang kita ceritakan ini sedikit sekali menguasai ilmu pengetahuan Ilahiah dan membiarkan dirinya mempersalahkan Pastor Bertrand dengan pengetahuannya yang sedikit itu, dan dia berkata kepada Pastor Bertrand :”Orang bisa melihat, Pastor, bahwa anda kurang begitu cerdik”. “Bruder”, jawab orang kudus itu dengan kepolosan, “Lucifer sangat cerdik sekali, namun dia dikutuk”.
Bruder itu yang telah berdosa seperti itu, tidak berpikir untuk memperbaikinya. Namun dia bukanlah religius yang terlalu buruk, dan beberapa saat sesudahnya, dia jatuh sakit keras dan menerima Sakramen Perminyakan dengan kesiapan mental yang baik, dan dia meninggal dalam damai didalam Allah. Beberapa waktu berselang, dan Louis Bertrand diangkat sebagai Kpala biara. Suatu hari setelah dia berdoa, orang yang meninggal itu nampak kepada Louis dengan diselimuti oleh nyala api dan bersujud dengan rendah hati dihadapan Pastor Louis dan berkata :”Pastor, ampunilah aku akan perkataanku yang melawan anda. Tuhan tidak mengijinkan aku untuk memandang WajahNya hingga anda memaafkan aku dan mempersembahkan Misa Kudus bagiku”. Orang kudus itu dengan sukacita mengampuni dia dan pagi berikutnya dia merayakan Misa Kudus bagi pelepasan jiwa itu. Malam harinya dia melihat Bruder yang meninggal itu nampak dengan berkilauan cahaya dan kemuliaan, dan dia naik ke Surga”.
Pastor Eusebius Nieremberg, religius dari the Company of Jesus, penulis dari buku yang indah ‘Difference between Time and Eternity’ tinggal di College of Madrid, dimana dia meninggal didalam kesucian pada tahun 1658. Hamba Allah ini yang sangat berdevosi kepada jiwa-jiwa dari Api Penyucian suatu hari sedang berdoa didalam Gereja bagi seorang Pastor yang baru meninggal. Orang yang meninggal itu, seorang profesor teologi, telah menunjukkan dirinya sebagai religius yang baik disamping dia seorang teolog yang pandai. Dia terkenal karena devosinya kepada Perawan Terberkati, namun ada sebuah kejahatn yang mengotori keutamaan-keutamaannya. Didalam perkataannya dia tidak bersifat murah hati, dan seringkali dia menceritakan kesalahan orang lain. Kini ketika Pastor Nieremberg berusaha membantu jiwa itu dihadapan Allah, jiwa religius itu muncul kepadanya dan mengatakan tentang keadaan jiwanya. Dia dihukum untuk menerima siksaan yang amat menyakitkan karena dia sering berbicara melawan kemurahan hati. Maka lidahnya, sebagai sarana dari kesalahannya itu, disiksa oleh nyala api. Perawan Terberkati, sebagai balasan atas devosi kepadanya, telah mendapatkan ijin bagi jiwa itu untuk datang ke dunia dan meminta bantuan doa-doa. Pada saat yang sama jiwa itu juga menjadi contoh bagi orang lain agar mereka selalu menjaga segala perkataan mereka. Pastor Nieremberg setelah mempersembahkan banyak doa-doa serta silih baginya, akhirnya mendapatkan berita tentang pembebasannya.
Didalam biografi Margaret Mary Terberkati terdapat kisah seorang religius juga, dimana hamba Allah itu, Margaret Mary, menderita hebat selama 3 bulan bagi jiwa religius itu, karena kesalahan-kesalahan melawan kemurahan hati. Kisah dari penampakan itu adalah :
Margaret Mary Terberkati suatu hari ketika sedang berdoa dihadapan Sakramen Terberkati, tiba-tiba melihat dihadapannya ada seorang pria yang diselimuti oleh api, dimana panasnya api itu seolah membakar dirinya. Keadaan yang malang dari jiwa itu membuatnya meneteskan air mata. Pria itu adalah seorang religius Benediktin dari biara Cluny, kepada imam itu dia dulu pernah mengaku dosa dan imam itu telah berbuat kebaikan kepadanya dengan menganjurkan dia menerima Komuni Kudus. Sebagai ganjaran dari pelayanan ini maka Tuhan mengijinkan imam itu mendatangi Margaret Mary, agar dia bisa mendapatkan pengurangan dari rasa sakitnya itu.
Jiwa imam yang malang itu meminta agar Margaret Mary bersedia bekerja keras dan menderita selama 3 bulan baginya. Hal ini disanggupi oleh Margaret Mary setelah dia mendapatkan ijin dari atasannya. Lalu imam itu mengatakan kepada Margaret Mary bahwa penyebab utama dari penderitaannya itu karena dia lebih mencari kepentingannya sendiri lebih dahulu dari pada kemuliaan Allah serta demi kebaikan dari jiwa-jiwa, dimana dia terlalu memikirkan kepentingannya sendiri. Yang kedua adalah keinginannya untuk memberikan kemurahan hati kepada saudara-saudaranya sendiri. Yang ketiga, karena kelemahannya, dia memberi perhatian alamiah kepada makhluk hingga terlalu besar, dan kepada siapa dia telah memberikan pernyataan yang kurang layak didalam relasi spirituilnya dengan mereka, dimana semuanya ini tidak menyukakan Allah.
Memang sulit untuk mengatakan semua hal yang harus diderita oleh Margaret Mary selama 3 bulan itu. Tetapi jiwa imam itu tidak meninggalkan dia. Di tempat dimana imam itu berdiri, Margaret Mary nampak terbakar, dengan rasa sakit yang amat besar, sehingga Margaret Mary sampai menangis. Atasan dari Margaret Mary merasa tersentuh oleh rasa belas kasihan kepadanya dan dia juga ikut melakukan silih dan matiraga, karena rasa sakit dan penderitaan bisa menghiburnya. Siksaan-siksaan yang diberikan oleh Kesucian Allah kepada Margaret Mary seolah tak tertanggungkan lagi. Itulah bentuk penderitaan yang ditanggung oleh jiwa-jiwa malang.


No comments:

Post a Comment