Tuesday, July 26, 2016

Vol 1 - Bab 41 : Penebusan dosa – Penyalah-gunaan rahmat



Volume 1 : Misteri Keadilan Allah

Bab 41

Penebusan dosa – Penyalah-gunaan rahmat
St.Magdalen de Pazzi dan religius yang meninggal
Margaret Mary Terberkati dan 3 jiwa di Api Penyucian

Terdapat juga kesalahan lain didalam jiwa yang dihukum oleh Allah dengan kerasnya yang harus diperhatikan, yaitu penyalah-gunaan terhadap rahmat. Dengan ini bisa dipahami bahwa kelalaian didalam menyikapi pertolongan Allah kepada kita dan terhadap undangan yang Dia berikan kepada kita untuk melaksanakan keutamaan-keutamaan demi kesucian jiwa kita. Rahmat ini yang Dia berikan kepada kita, adalah sebuah hadiah yang amat berharga, yang tidak boleh kita buang begitu saja. Ia merupakan benih keselamatan dan jasa, yang tidak boleh dibiarkan hingga tidak menghasilkan buah. Kesalahan ini dilakukan jika kita tidak mau menanggapi dengan kemurahan hati terhadap undangan Ilahi. Aku menerima dari Allah segala sarana untuk memberikan sedekah. Sebuah suara batin mengundang aku untuk melakukan hal itu. Tetapi aku telah menutup hatiku ataupun aku memberi dengan tangan yang kikir. Ini adalah penyalah-gunaan rahmat. Aku bisa mendengar ada Misa Kudus dilaksanakan, mendengar kotbah, pemberian Sakramen-sakramen. Suara batinku mendorongku untuk menerimanya. Namun aku tak mau datang dan berusaha menerimanya. Ini adalah bentuk penyalah-gunaan rahmat.
Seorang religius muda haruslah bersikap patuh, rendah hati, melakukan penyangkalan diri, dan berbakti kepada tugas-tugasnya. Tuhan meminta hal ini dan memberinya rahmat keutamaan didalam hidup baktinya. Namun dia tidak mau menerapkan hal ini. Dia tidak berusaha menguasai dirinya sendiri, agar bisa bekerja sama dengan pertolongan Allah. Ini adalah bentuk penyalah-gunaan rahmat.
Seperti telah kita katakan, orang yang berdosa seperti ini akan dihukum dengan kerasnya didalam Api Penyucian. St.Magdalen de Pazzi menceritakan kepada kita ada seorang Suster yang harus menderita berat setelah kematiannya, karena dalam 3 kali kesempatan dia tidak mau menanggapi rahmat Allah. Terjadilah pada suatu hari pesta Gereja, dia ingin melakukan sebuah tugas kecil. Hal itu berupa menyulam sehelai kain. Namun hal itu sebenarnya tidak perlu dan hal itu sebenarnya bisa ditunda pada saat yang lain. Inspirasi rahmat datang kepadanya dan menganjurkan dia untuk tidak melakukan hal itu demi menghormati kemeriahan pesta Gereja hari itu. Namun Suster itu ternyata lebih ingin memuaskan kepuasan alamiahnya terhadap pekerjaaan menyulam itu, dengan alasan bahwa pekerjaan itu hanya ringan saja. Di lain waktu, dia melihat ada aturan tertentu dari biara tidak dilakukan, dan jika dia mau melaporkan hal itu kepada atasannya maka akan mendatangkan kebaikan bagi komunitasnya, tetapi dia tidak mau melaporlan hal itu. Inspirasi rahmat mengatakan kepadanya untuk melakukan kemurahan hati ini, namun sifat manusiawi menahannya. Kesalahan ke 3, adalah keterkaitan yang tidak baik dengan keluarganya di dunia. Sebagai mempelai dari Yesus Kristus, maka seluruh perhatiannya haruslah tercurah kepada Mempelai Ilahi itu, namun Suster itu telah membagi hatinya dengan terlalu banyak memperhatikan anggota keeluarganya. Meskipun dia tahu bahwa tindakannya itu salah, dia tetap tidak mau mematuhi dorongan rahmat itu ataupun berusaha untuk tidak melakukannya. Suster ini meskipun dia cukup terpuji, meninggal beberapa saat kemudian. Margaret Mary berdoa bagi jiwanya dengan semangat yang besar. 16 hari berlalu, Suster itu menampakkan diri kepada orang kudus itu, untuk mewartakan pembebasannya. Margaret Mary meneyatakan keheranannya bahwa Suster itu harus tinggal lama didalam penderitaan Api Penyucian. Dinyatakan kepadanya bahwa jiwa itu harus menebus dosa penyalah-gunaan rahmat dalam 3 kasus seperti yang kita ceritakan diatas, dan bahwa kesalahan-kesalahan ini akan menahannya lebih lama lagi didalam siksaan-siksaannya jika Tuhan tidak memperhitungkan tingkah lakunya yang baik. Tuhan telah mengurangi penderitaannya karena kesetiaannya terhadap tata tertib biara, karena kemurnian intensinya dan karena kemurahan hatinya terhadap para Suster sahabatnya.  
Mereka yang masih berada di dunia ini, yang menerima lebih banyak rahmat dan banyak cara untuk melunasi hutang-hutang rohaninya, maka mereka akan diperlakukan lebih keras dari pada mereka yang kurang mempunyai kesempatan untuk menebus dosa-dosa itu didalam kehidupannya.
Margaret Mary Terberkati telah mempelajari kematian 3 orang religius dan seorang awam yang sekuler. Dia berdoa demi penghiburan terhadap jiwa-jiwa mereka. Hari pertama dalam tahun itu, Tuhan tersentuh oleh rasa kemurahan hatinya dan Tuhan memperlakukan dia dengan keramahan yang tak terkatakan, telah sudi menampakkan Diri kepadanya dan menunjukkan kepadanya keadaan dari 3 jiwa itu didalam penjara yang kejam, dimana mereka sangat merana. Tuhan bersabda kepada Margaret Mary :”PuteriKu, sebagai hadiah Tahun Baru, Aku memberimu pembebasan dari salah satu jiwa ini, dan Aku menyerahkan pilihannya kepadamu. Jiwa manakah yang akan Kulepaskan ?”. “Siapakah diriku ini, Tuhan ?”, jawab Margaret Mary, “yang layak menerima kehormatan ini ? Terserah Engkau sajalah yang memilihnya”. Lalu Tuhan melepaskan jiwa dari orang awam sekuler itu dengan mengatakan bahwa Dia bisa menerima adanya religius yang menderita, karena mereka memiliki lebih banyak sarana untuk menebus dosa-dosa mereka selama hidupnya.

No comments:

Post a Comment