Friday, June 10, 2016

Vol 1 - Bab 27 : Penyebab dari penderitaaan didalam Api Penyucian



Volume 1 : Misteri Keadilan Allah

Bab 27

Penyebab dari penderitaaan didalam Api Penyucian
Mengenai penebusan dosa didalam Api Penyucian
Doktrin dari Suarez
St.Catherine dari Genoa

Mengapa jiwa-jiwa harus menderita sebelum mereka diijinkan untuk melihat wajah Allah ? Apakah masalahnya, apakah hal yang pokok dari penebusan dosa itu ? Apakah yang dimurnikan oleh api dari Api Penyucian ? Agar jiwa-jiwa terbakar didalamnya ? Kata para doktor Gereja, adalah noda-noda yang masih tertinggal didalam dosa-dosa itulah yang dihapuskan.
Namun apakah artinya noda-noda itu ? Menurut para ahli teologi, itu bukanlah kejahatan dari suatu dosa, melainkan rasa sakit atau hutang rasa sakit, yang dikarenakan oleh dosa. Untuk memahami hal ini, kita harus tahu bahwa dosa menghasilkan dua buah akibat pada jiwa, yang kita sebut sebagai hutang (reatus) kejahatan dan hutang rasa sakit. Dosa itu membawa akibat kepada jiwa itu bukan saja berupa cap sebagai jiwa yang jahat, tetapi jiwa itu juga layak menerima rasa sakit atau yang disebut dengan pemurnian. Setelah kejahatan itu diampuni, dimana cap sebagai jiwa yang jahat telah dihapuskan, tetapi rasa sakit itu masih tetap ada dan harus dijalani, baik seluruhnya ataupun sebagian saja, dan hal ini harus ditanggung baik di dunia ini maupun didalam kehidupan mendatang.
Jiwa-jiwa didalam Api Penyucian sama sekali tidak memiliki noda atau cap kejahatan itu sedikitpun juga. Kejahatan yang ringan, pada saat kematian mereka telah hilang oleh karena kemurahan hati yang murni, dengan mana mereka itu dibakar didalam kehidupan sebelah sana. Namun mereka masih harus menanggung hutang penderitaan rasa sakit yang belum mereka lunasi sebelum kematian mereka. Hutang ini berasal dari segala kesalahan yang dilakukan selama hidup seseorang, terutama karena dosa-dosa berat yang sudah diampuni kejahatannya. Namun mereka lupa untuk menebusnya dengan buah-buah yang layak dari tindakan silih. 
Itulah ajaran yang umum dari para ahli teologi yang diringkaskan oleh Suarez didalam buku ‘Treatise on the Sacrament of Penance’. “Kami menyimpulkan”, demikian katanya, “bahwa semua dosa-dosa ringan dari orang yang adil bijaksana yang meninggal, diampuni kejahatannya itu, pada saat ketika suatu jiwa dipisahkan dari tubuhnya, oleh karena keutamaan dari tindakan kasih Allah serta melalui penyesalan hati yang sempurna atas seluruh kesalahan-kesalahan pada waktu yang lalu. Kenyataannya, suatu jiwa pada saat itu mengetahui keadaan dirinya dengan sempurna, serta dosa-dosa dimana hal itu dianggap sebagai kejahatan di mata Allah. Pada saat yang sama, pengetahuan itu menjadi alasan bagi pembebasannya, untuk bisa bertindak baik. Di pihak lain, dari pihak Allah, pertolongan-pertolongan yang paling bermanfaat diberikan kepadanya, agar dia bisa bertindak sesuai dengan ukuran dari rahmat penyucian yang dia miliki. Kemudian didalam kecenderungan yang sempurna ini, jiwa itu bertindak tanpa ragu sedikitpun juga. Ia berpaling kepada Tuhannya, dan mendapati dirinya terbebas dari segala dosa-dosa ringan dengan melalui sikap kebenciannya terhadap dosa, dimana sikap ini adalah cukup kuat dan berkuasa. Tindakan yang universal dan bermanfaat ini sudah mencukupi bagi remisi atas cap kejahatan didalam jiwa mereka.
Semua noda-noda kejahatan telah hilang. Namun rasa sakit itu tetaplah harus ditanggungnya, dengan segala kekerasannya dan lamanya, paling tidak, bagi jiwa-jiwa yang tidak ditolong oleh orang-orang yang masih hidup ini. Jiwa-jiwa itu tak bisa memperoleh sendiri pengurangan rasa sakit itu bagi dirinya sendiri, karena saat untuk mengumpulkan jasa-jasa bagi dirinya sendiri sudah habis. Mereka tak lagi bisa memperoleh jasa-jasa, tetapi hanya bisa menderita saja, dan dengan begitu dia akan membayar pengadilan yang amat mengerikan dari Allah atas segala hutang-hutangnya, hingga kepada satu sen terakhir. Usque ad novissimum quadrantem (Mat. 5:26).
Hutang-hutang rasa sakit ini adalah merupakan sisa-sisa dosa dan merupakan noda yang bisa menghalangi penglihatan akan Allah, dan ia menaruh penghalang terhadap persatuan jiwa dengan tujuannya yang terakhir. Karena jiwa-jiwa didalam Api Penyucian dibebaskan dari cap kejahatan dosa didalam jiwanya, demikian tulis St.Catherine dari Genoa, maka tak ada penghalang diantara mereka, dan persatuan mereka dengan Allah telah menghilangkan sisa-sisa dosa itu, dari mana mereka harus dimurnikan. Penghalang ini, yang mereka rasakan didalam diri mereka, membuat mereka menderita siksaaan-siksaan dari orang-orang terkutuk, dimana aku telah membicarakan hal ini, dan siksaan ini telah menunda saat persatuan mereka yang sempurna dengan Allah, dimana persatuan ini telah menjadi instink dan sifat alamiah dari jiwa, dengan mana mereka ditarik menuju Allah sebagai Kebahagiaan Yang Maha Kuasa. Jiwa-jiwa itu melihat dengan jelas betapa seriusnya dihadapan Allah jika ada penghalang yang terkecil sekalipun yang disebabkan oleh sisa-sisa dari dosa, dan demi rasa keadilan maka Dia menunda pemenuhan keinginan mereka akan bisikan abadi.
Begitulah pandangan ini menyelimuti mereka dengan nyala api, seperti yang ada didalam neraka, namun mereka tanpa memiliki kejahatan dosa.

No comments:

Post a Comment