Friday, June 17, 2016

Vol 1 - Bab 29 : Mengenai penebusan dosa



Volume 1 : Misteri Keadilan Allah

Bab 29

Mengenai penebusan dosa
Sifat keduniawian
 St.Bridget
Orang muda – serdadu
Mary Villani Terberkati dan wanita duniawi

Jiwa-jiwa yang membiarkan dirinya dikacaukan oleh kesia-siaan duniawi ini, meskipun mereka bisa bernasib baik hingga lolos dari hukuman kekal, tetapi dia harus tetap mengalami hukuman yang amat mengerikan. Marilah kita menyimak buku ‘Revelations of St.Bridget’, yang sangat dihargai oleh Gereja itu. Disitu kita bisa membaca didalam buku 6, bahwa orang kudus itu melihat sendiri dirinya dibawa didalam roh menuju Api Penyucian, dan diantaranya dia melihat ada seorang wanita muda dimana dulunya wanita itu terlibat didalam kemewahan dan kesia-siaan duniawi ini. Jiwa yang malang itu menceritakan kepada St.Bridget sejarah masa lalunya dan keadaannya yang sangat menyedihkan saat itu. “Beruntung sekali”, kata wanita itu, “sebelum kematian aku telah mengakukan dosa-dosaku hingga aku bisa lolos dari neraka. Namun kini aku harus menderita disini untuk menebus dosa dari kehidupanku dulu, dimana ibuku tidak pernah mencegahku”. “Celaka !”, dia menambahkan dengan mengeluh, “kepala ini, yang dulu selalu ingin dihiasi dengan berbagai perhiasan dan yang berusaha menarik perhatian orang lain, kini hancur didalam nyala api, didalam dan diluarnya. Dan nyala api ini begitu besarnya hingga setiap saat aku akan mati karenanya. Bahuku ini, lenganku ini, yang dulu senang dikagumi orang lain, kini diikat dengan kejamnya dengan rantai besi yang panas membara. Kaki ini, yang dulu selalu berlatih dansa, kini dikelilingi oleh ular-ular berbisa yang mengoyakkannya dengan gigitan taringnya dan mengotorinya dengan getah tubuhnya yang busuk itu. Semua anggota tubuhku yang dulu selalu kupuji-puji dan kuhiasi dengan berbagai permata, bunga-bunga, dan berbagai perhiasan lainnya, kini menjadi mangsa dari siksaan yang amat mengerikan sekali. Oh ibu, ibu !”, dia menangis keras, “betapa jahatnya engkau terhadap aku ! Engkaulah yang dengan tindakan memanjakan diriku selalu, telah mendorong seleraku kepada hal-hal yang kelihatan dan kemewahan. Engkaulah yang mengajak aku pergi ke teater, pesta, dansa, dan kepada kesenangan duniawi yang kemudian menjadi kehancuran bagi jiwa-jiwa..... Jika aku tidak sampai terkena bencana hukuman yang kekal, hal itu adalah karena rahmat yang istimewa dari kerahiman Tuhan yang menyentuh hatiku dengan pertobatan yang tulus. Aku telah melakukan pengakuan dosa dengan baik, maka aku dibebaskan dari ancaman neraka, hanya untuk kemudian melihat diriku hancur didalam siksaan-siksaan yang paling mengerikan didalam Api Penyucian”. Kita telah mengatakan bahwa apa yang dikatakan tentang anggota tubuh yang disiksa itu tidak bisa diartikan secara harafiah, karena jiwa itu sudah terpisah dari tubuhnya. Namun Tuhan memberikan rasa dan keinginan atas organ jasmani kepada suatu jiwa, dan membuat jiwa itu mengalami sensasi jasmani ini seperti yang diceritakan diatas. Penulis biografi orang kudus itu mengatakan kepada kita bahwa dia menceritakan penglihatan ini kepada kemenakan dari orang yang meninggal itu, yang juga menjalankan bujukan-bujukan dunia ini. Kemenakan itu merasa terpukul dengan kisah itu sehingga dia lalu menolak segala bentuk kemewahan, kesia-siaan dan kenikmatan dunia ini dan dia lalu membaktikan sisa hidupnya untuk melakukan silih disebuah ordo religius yang ketat menjaga disiplin.
St.Bridget selama ekstasenya itu juga melihat penghakiman atas seorang serdadu yang baru meninggal. Dia telah menjalani kehidupan didalam kebusukan yang sudah biasa dilakukan di lingkungan profesinya, dan dia akan dihukum di neraka jika saja Perawan Terberkati, yang selalu dia hormati, tidak mempertahankan dia dari kemalangannya itu, dengan mendapatkan rahmat pertobatan yang tulus bagi serdadu itu. St.Bridget melihat serdadu itu hadir dihadapan pengadilan Allah dan dia dihukum dalam waktu yang lama didalam Api Penyucian karena segala macam dosa yang dia lakukan. “Hukuman dari mata”, demikian kata Sang Hakim Utama, “adalah berupa memikirkan benda-benda yang menimbulkan rasa takut. Hukuman terhadap dosa lidah, ditusuk oleh jarum-jarum yang sangat tajam dan disiksa oleh rasa haus. Hukuman terhadap rasa sentuhan, dimasukkan kedalam lautan api”. Tetapi segera Sang Perawan Suci ikut campur disitu hingga serdadu itu mendapatkan pengurangan atas kerasnya hukuman itu.
Marilah kita ceritakan contoh lainnya dari pemurnian-pemurnian yang diperuntukkan bagi manusia duniawi ini didalam Api Penyucian, jika mereka tidak sampai terkubur di neraka, seperti orang kaya yang suka makan itu yang ada didalam Injil.
Mary Villani Terberkati seorang rohaniwati Dominikan, memiliki devosi yang besar kepada jiwa-jiwa suci di Api Penyucian dan sering terjadi bahwa mereka muncul dihadapannya untuk berterima-kasih atau meminta bantuan doa-doanya atau perbuatan baiknya. Suatu hari ketika Mary Villani Terberkati sedang berdoa bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian dengan penuh semangat, dia dibawa didalam roh, menuju penjara penebusan dosa itu. Diantara jiwa-jiwa yang menderita disana, dia melihat ada beberapa jiwa yang disiksa lebih kejam dari pada yang lainnya, ditengah-tengah nyala api yang menyelimuti dirinya. Terdorong oleh rasa belas kasihannya, hamba Allah ini bertanya kepada jiwa itu. “Aku berada disini”, jiwa itu menjawab, “sudah lama sekali. Aku dihukum karena perbuatan kesia-siaan dan perbuatan memalukan yang luar biasa besarnya. Sejauh ini aku belum pernah menerima pengurangan sedikitpun juga dari rasa sakitku. Ketika aku berada di dunia dulu, diriku tertutup oleh segala macam perhiasan, kesenangan serta kenikmatan duniawi. Saat itu aku sedikit sekali menjalankan kewajibanku sebagai seorang Kristiani dan aku hanya memenuhi hidupku dengan kemalasan dan penolakan untuk beribadat. Satu-satunya pikiranku adalah terus memperhatikan kepentingan duniawi keluargaku. Lihatlah sekarang, bagaimana aku dihukum. Mereka tidak memikirkan aku sama sekali : orang tua, anak-anakku, sahabatku, yang dulu dekat denganku. Semuanya telah melupakan aku”.
Mary Villani meminta kepada jiwa ini agar dia boleh ikut merasakan penderitaannya itu. Dan segera saja terjadilah seperti sebuah lidah api yang menyentuh dahinya. Rasa sakit yang dialami oleh Mary Villani segera membuat keadaan ekstasenya berhenti. Terdapatlah bekas luka pada dahinya yang cukup dalam dan menyakitkan sekali, sehingga sampai dua bulan sesudahnya tanda itu masih kelihatan, dan membuat biarawati yang suci itu menderita terus. Dia menanggung rasa sakit ini didalam semangat silih, demi pertolongan kepada jiwa yang nampak kepadanya itu. Beberapa saat kemudian jiwa itu datang lagi kepadanya dan memberitahukan pembebasannya.

No comments:

Post a Comment