Friday, June 24, 2016

Vol 1 - Bab 31 : Masalah penebusan dosa



Volume 1 : Misteri Keadilan Allah

Bab 31

Masalah penebusan dosa
Penyesatan
Lukisan-lukisan tak senonoh
Pastor Zucci dan novisiat

Mereka yang memberikan contoh jelek kepada orang lain, melukai ataupun menyebabkan kemusnahan jiwa-jiwa dengan melalui suatu penyesatan, haruslah memikirkan segala kesalahan itu sejak di dunia ini. Sebab jika tidak, mereka pasti akan melakukan penebusan dosa yang amat mengerikan di dunia sana. Bukanlah tanpa alasan jika Yesus Kristus  bersabda : ”Celakalah dunia dengan segala penyesatannya; memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya !” (Mat. 18:7).
Dengarlah apa yang dikatakan oleh Pastor Rossignoli didalam buku ‘Marveilles du Purgatoire’. Ada seorang pelukis yang sangat ahli dan cukup banyak ditiru pelukis lainnya. Suatu saat dia membuat lukisan yang sama sekali tidak sejalan dengan aturan-aturan yang ketat dari keutamaan Kristiani. Salah satu lukisan itu, yang dikatakan sebagai karya seni itu, didapatkan didalam koleksi keluarga terkenal dimana lukisan itu bisa menyebabkan hilangnya begitu banyak jiwa-jiwa.
Seni yang sejati adalah sebuah ilham dari Surga, yang bisa mengangkat jiwa kepada Tuhan. Seni yang mencemarkan, yang hanya menyenangkan indera saja, yang memberikan kepada mata hanya berupa keindahan daging dan darah semata, tidak lebih adalah ilham dari roh jahat. Karya-karya pelukis ini meskipun nampaknya amat mengagumkan, sebenarnya bukanlah karya seni sama sekali, dan nama itu adalah salah. Semua itu adalah merupakan produk dari imajinasi yang busuk dan hina. Seniman yang kita ceritakan ini telah membiarkan dirinya disesatkan oleh pemikiran seni ini, dengan melalui contoh yang buruk. Namun segera dia menolak gaya hidupnya yang jelek itu, dan dia memusatkan perhatiannya kepada lukisan-lukisan rohani atau paling tidak, lukisan-lukisan yang tidak tercela. Akhirnya dia membuat sebuah lukisan yang besar didalam biara Karmelit ketika kemudian dia diserang oleh suatu penyakit yang berat. Merasa bahwa dirinya akan meninggal, dia meminta kepada Kepala biara untuk mengijinkan dia dikubur didalam Gereja biara itu, dan mewariskan semua harta dan uangnya kepada anggota komunitas biara itu, yang jumlahnya cukup besar, agar hal itu juga dipergunakan untuk melaksanakan Misa Kudus bagi jiwanya. Dia kemudian meninggal dengan tenang dan beberapa hari berlalu, ada seorang religius yang sedang berdoa, melihat jiwa seniman itu nampak ditengah nyala api dan merintih meminta belas kasihan.
Kata religius itu :”Apakah yang kau keluhkan itu, setelah engkau menjalani kehidupan yang begitu baik dan meninggal dalam keadaan suci seperti itu ?”. “Celaka !”, jawab jiwa seniman itu, “karena gambar lukisan yang tidak senonoh itu, yang kubuat beberapa tahun yang lalu. Ketika aku hadir dihadapan pengadilan Hakim Yang Berkuasa itu, ada sejumlah besar orang-orang datang dan mempersalahkan aku dan mereka semua bersaksi yang merugikan aku. Mereka mengatakan bahwa mereka menjadi berpikiran kotor serta memiliki keinginan melihat gambar yang tidak senonoh, yang merupakan karya lukisanku. Akibat dari pikiran-pikiran kotor itu, beberapa orang masuk kedalam Api Penyucian, dan yang lain ada yang masuk ke neraka. Yang masuk kedalam neraka ini, mereka menuntut pembalasan dengan mengatakan bahwa hasil karyaku telah menjadi penyebab dari kemusnahan kekal mereka, maka aku juga seharusnya menerima hukuman yang sama. Lalu Perawan Terberkati dan para kudus yang sangat kuhormati melalui lukisan-lukisanku, membela aku. Mereka memberikan kesaksian kepada Sang Hakim Utama, bahwa lukisan yang tidak baik itu adalah merupakan karya kaum muda, dimana aku telah menyesalinya. Bahwa aku telah membayarnya sesudah itu dengan melalui benda-benda religius yang kubuat yang menjadi sumber kemuliaan jiwa-jiwa”.
“Dengan mempertimbangkan hal ini serta berbagai alasan lain, maka Hakim Utama itu menyatakan, bahwa dengan tindakan pertobatan dan penyesalanku serta perbuatan baikku, aku bisa diluputkan dari hukuman kekal. Namun pada saat yang sama, Dia menghukum aku kepada nyala api ini hingga lukisan itu dibakar, agar ia tidak lagi bisa mengotori seorangpun”.
Lalu pelukis yang malang itu memohon kepada religius itu untuk menghancurkan lukisan itu. “Aku memohon kepadamu”, katanya, “pergilah dalam namaku kepada orang itu, si pemilik lukisan itu.n katakanlah kepadanya akan keadaanku saat ini, yang telah membuat lukisan itu atas permintaannya, dan mintalah dia untuk mengurbankan lukisan itu. Jika dia menolak, celakalah dia ! Untuk membuktikan bahwa ini bukanlah khayalan saja, dan untuk menghukumnya karena kesalahannya, katakanlah kepadanya bahwa tidak lama lagi dia akan kehilangan dua anaknya. Jika dia menolak mematuhi Tuhan yang telah menciptakan kita, dia akan harus membayarnya dengan kematian dini”.
Religius itu tidak menunda lagi untuk melaksanakan permintaan dari jiwa yang malang itu, dan pergi kepada pemilik lukisan itu untuk memintanya. Si pemilik lukisan itu, demi mendengar hal ini, segera menghancurkan lukisan itu dan membakarnya. Namun sesuai dengan perkataan seniman itu, si pemilik lukisan itu kehilangan dua anaknya dalam waktu kurang dari satu bulan. Maka sisa dari hari-harinya dilaluinya didalam tindakan silih, karena dia telah memesan dan menyimpan lukisan tidak senonoh itu didalam rumahnya.
Jika demikian ini akibat dari lukisan yang tidak senonoh, bagaimana pula hukuman dari penyesatan yang lebih besar lagi karena buku-buku, tulisan-tulisan atau sekolah-sekolah yang busuk serta pembicaraan yang tak senonoh ? Vae mundo a scandalis ! Vae homini illi per quem scandalum venmit ! “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya ! Memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah bagi orang yang mengadakannya !” (Mat. 18:7).
Penyesatan telah merampok jiwa-jiwa dengan cara menipu orang-orang yang tak berdosa. Ah ! para penipu terkutuk itu ! Mereka akan menerima dari Allah penghitungan yang amat mengerikan atas darah para kurbannya. Kita bisa membaca cerita berikut ini didalam buku ‘the Life of Father Nicholas Zucchi’ yang ditulis oleh Fr.Daniel Bartoli dari the Company of Jesus.
Pastor Zucchi yang suci dan bersemangat, yang meninggal di Roma pada 21 Mei 1670, telah berhasil menarik 3 orang muda untuk menjalani hidup kesempurnaan dan kemudian, mempersembahkan diri mereka kepada Tuhan didalam biara. Salah satu dari mereka, sebelum meninggalkan dunia ini, akan dinikahkan dengan seorang bangsawan muda. Setelah dia menjadi novisiat, pria muda itu bukannya menghormati hidup bakti gadis itu, tetapi dia terus berkirim surat kepadanya, dan berharap agar gadis itu mau menerima lamarannya, dan mendorong gadis itu untuk keluar dari ‘pekerjaan bodoh’ melayani Allah itu, dan kembali menikmati kesenangan dunia ini. Pastor Zucchi bertemu bangsawan muda itu di jalan, dan memintanya untuk menghentikan perbuatannya itu. “Aku meyakinkan kamu”, kata Pastor Zucchi, “bahwa tidak lama lagi kamu akan hadir dihadapan pengadilan Allah dan inilah saat yang tepat bagimu untuk mempersiapkan dirimu dengan melakukan pertobatan yang tulus”.
Kenyataannya, 14 hari kemudian, bangsawan muda itu meninggal secara cepat, sehingga dia tidak sempat memperbaiki suara hatinya, agar dia tidak perlu takut akan keselamatannya.
Suatu malam, ketika 3 orang novisiat itu sedang berbincang-bincang masalah rohani, maka wanita yang paling muda dipanggil menuju ruang tamu. Disitu dia bertemu dengan seorang pria yang mengenakan jubah yang berat, dan dengan langkah perlahan-lahan dia berjalan didalam ruangan itu. “Tuan”, kata novisiat itu, “siapakah anda, dan mengapa anda mencari aku ?”. Orang asing itu tanpa menjawab, mendekat dan membuka jubahnya yang aneh itu yang menutupi tubuhnya. Religius itu segera mengenali orang meninggal yang malang itu dan dia memandangnya dengan rasa ketakutan karena orang itu diselimuti oleh rantai dari api pada lehernya, pergelangan tangan dan kakinya dan pada tungkai bawahnya. “Berdoalah bagiku”, kata pria itu dan kemudian dia menghilang. Penampakan yang ajaib ini menunjukkan bahwa Allah memiliki kerahiman terhadap dirinya pada saat terakhirnya. Meskipun dia tidak dihukum di neraka, namun dia harus membayar usahanya untuk membujuk gadis itu, didalam nyala Api Penyucian yang mengerikan.


No comments:

Post a Comment