Monday, June 13, 2016

Vol 1 - Bab 28 : Mengenai penebusan dosa



Volume 1 : Misteri Keadilan Allah

Bab 28

Mengenai penebusan dosa
Sisa-sisa dosa berat
Lord Stourton
Dosa-dosa nafsu yang belum ditebus sempurna di dunia
 St.Lidwina

Kita telah mengatakan bahwa jumlah total hutang-hutang penderitaan dari Api Penyucian berasal dari semua kesalahan kita yang belum ditebus di dunia, terutama karena dosa-dosa berat mereka. Manusia yang melewatkan seluruh hidupnya didalam kebiasaan dosa berat, dan yang menunda-nunda pertobatan mereka hingga akhir, dengan mengharapkan bahwa Allah akan memberikan rahmat yang istimewa baginya, mereka akan mengalami hukuman yang paling menyakitkan. Contoh dari Lord Stourton berikut ini bisa kita renungkan bersama. Lord Stourton seorang bangsawan Inggris yang hatinya adalah seorang Katolik, namun untuk mempertahankan posisinya didalam pemerintahan, dia juga aktiv mengikuti ritual agama Protestan secara teratur bersama para pejabat lainnya. Dia memiliki seorang imam Katolik di rumahnya, dengan menanggung resiko dia dalam bahaya besar karena kedudukannya, dan didalam dirinya dia berjanji untuk memanfaatkan waktunya untuk berdamai dengan Allah pada saat kematiannya nanti. Namun ternyata dia mengalami kecelakaan yang mendadak, dan sering terjadi pada kasus semacam ini, melalui titah yang adil dari Allah, dia tidak berkesempatan untuk bertobat. Namun Kerahiman Ilahi memperhitungkan apa yang telah dia kerjakan terhadap penindasan Gereja Katolik di Inggris dan hal itu telah mendatangkan baginya sebuah rahmat penyesalan hati yang sempurna, dan akibatnya hal itu bisa mendatangkan keselamatannya. Namun dia harus membayar dengan keras di Api Penyucian bagi kelalaiannya yang jahat itu.
Bertahun-tahun telah berlalu. Istrinya menikah lagi dan memiliki anak-anak. Salah satu puterinya, Lady Arundel, yang menceritakan fakta ini sebagai kesaksian :
“Suatu hari ibuku meminta kepada imam F.Cornelius, seorang religius Jesuit yang sangat berjasa bagi keluarganya, yang kemudian meninggal sebagai martir (dia dikhianati oleh pembantu keluarga Arundel, dan dia dihukum mati di Dorchester pada 1594), untuk mempersembahkan Misa Kudus bagi jiwa John, Lord Stourton, suami pertamanya. Imam F.Cornelius berjanji untuk melakukan hal itu. Ketika diatas altar, saat antara Konsekrasi dan Memento bagi orang yang meninggal, imam itu berhenti agak lama, seolah dirinya terserap kedalam doa yang intens. Setelah Misa Kudus imam itu mengatakan kepada umat yang hadir bahwa dia menerima penglihatan selama Misa Kudus itu. Dia melihat sebuah hutan yang lebat yang membentang dihadapannya, namun semuanya dalam keadaan terbakar dan membentuk sebuah kawah api yang luas. Ditengahnya terdapatlah si bangsawan yang meninggal itu, dengan meneriakkan rintihan-rintihan yang menimbulkan rasa belas kasihan serta menyesali kehidupannya dulu yang bersalah. Setelah mengakukan segala dosa-dosanya, orang yang malang itu mengakhiri kalimatnya itu, seperti yang keluar dari mulut Ayub didalam Kitab Suci : “Kasihanilah aku ! Kasihanilah aku, paling tidak, kalian para sahabatku, karena tangan Tuhan telah mengenai aku”. Kemudian dia menghilang.
“Sementara bercerita ini, imam F.Cornelius meneteskan air mata yang banyak, dan semua anggota keluarganya, sekitar 24 orang, juga ikut menangis. Tiba-tiba ketika imam masih berbicara, kami melihat pada dinding dibelakang altar itu ada suatu bekas bara api yang terbakar.
Begitulah cerita Dorothy, Lady Arundel, yang bisa dibaca didalam buku ‘the History of England’ tulisan Daniel.
St.Lidwina juga melihat didalam Api Penyucian ada suatu jiwa yang menderita karena dosa berat yang belum ditebus secara mencukupi di dunia. Kisah itu ditulis didalam biografi orang kudus itu. Seorang pria yang sejak lama menjadi budak setan melalui perbuatan ketidak-murnian, akhirnya menerima kebahagiaan karena dia dipertobatkan. Dia sempat mengakukan dosa-dosanya dengan penyesalan hati yang besar dan tulus, namun dia dicegah oleh kematian, hingga dia tak mempunyai kesempatan untuk menebus dosa-dosanya yang banyak itu. Lidwina yang kenal baik dengan orang itu, berdoa baginya. Dua belas tahun setelah kematiannya Lidwina masih terus mendoakan dia, dan kemudian pada suatu keadaan ekstase, dia dibawa kedalam Api Penyucian oleh malaikat pelindungnya. Dia mendengar suara yang bersedih yang keluar dari sebuah celah :”Itu adalah suara dari pria itu”, kata malaikat pelindungnya, “bagi siapa kamu telah berdoa dengan tekun dan penuh semangat”. Lidwina terkejut demi mendapaati dia berada didalam Api Penyucian sampai 12 tahun setelah kematiannya. Malaikat itu, demi melihat Lidwina sangat bersedih, menawarkan kepadanya apakah dia bersedia menanggung penderitaan demi pembebasan dari jiwa itu. “Dengan segenap hatiku”, jawab Lidwina. Dari sejak saat itu dia mengalami rasa sakit yang baru dan siksaan yang amat mengerikan yang nampaknya melebihi daya tahan manusia. Namun dia menanggung hal itu dengan berani, karena dia lebih dipertahankan oleh rasa kemurahan hati yang besar dari pada rasa takut akan kematian, hingga tindakan itu sangat menyukakan hati Allah dan Dia berkenan mengirimkan pengurangan rasa sakit itu. Lalu Lidwina bernapas panjang, seolah dia memasuki suatu kehidupan yang baru dan pada saat yang sama dia melihat jiwa dari pria itu, bagi siapa dia telah menderita amat banyak, keluar dari lembah itu dengan penampilan seputih salju dan dia terbang kearah Surga.


No comments:

Post a Comment