Tuesday, June 28, 2016

Vol 1 - Bab 32 : Penebusan dosa



Volume 1 : Misteri Keadilan Allah

Bab 32

Penebusan dosa
Kehidupan kenikmatan – Pengejaran akan kenikmatan
Frances dari Pampeluna Venerabilis  dan manusia duniawi St.Elizabeth dan ratu, ibunya.

Di xaman dulu ada seorang umat Kristiani yang sama sekali asing dengan salib serta penderitaan dan matiraga dari Yesus Kristus. Kehidupan nafsu dan bermain perempuan adalah satu-satunya rantai kenikmatan mereka. Mereka takut dengan segala sesuatu yang bernama kurban. Jarang sekali mereka memperhatikan hukum yang ketat dari puasa dan pantang seperti yang dianjurkan oleh Gereja. Karena mereka tak mau berbuat silih dan penebusan dosa di dunia ini, maka biarlah mereka merenungkan apa yang menimpa dirinya pada kehidupan nanti. Tentu saja didalam kehidupan duniawi ini mereka tidak melakukan kegiatan rohani apapun kecuali mengumpulkan hutang dosa. Karena mereka enggan melakukan silih, maka tak ada hutangnya itu yang terbayar di dunia, dan jumlah total hutang itu akan sungguh mengerikan untuk dibayangkan. Hamba Allah yang terpuji, Frances dari Pampeluna, yang dianugerahi dengan berbagai penglihatan atas Api Penyucian, suatu hari melihat pria duniawi ini. Meskipun dia adalah seorang Kristiani yang baik, tetapi dia melewati 59 tahun penderitaan didalam Api Penyucian karena dia dulu hanya mencari kesenangan dan kemudahan saja. Orang yang kedua, 35 tahun lagi harus dilewatinya didalam Api Penyucian karena alasan yang sama. Orang yang ketiga, karena dia terlalu senang berjudi, dia ditahan didalam Api Penyucian selama 64 tahun. Celaka sekali ! Orang-orang Kristiani yang tidak bijaksana ini telah membiarkan hutang mereka menumpuk dihadapan Allah, dimana seharusnya hutang-hutang itu bisa mereka bayar dengan mudah dengan cara melakukan karya-karya silih disini. Tetapi terpaksa hutang itu mereka bayar dengan melalui siksaan di dunia sana.
Jika Tuhan bertindak keras terhadap orang-orang kaya dan para pencari kenikmatan dunia ini, Diapun bertindak tidak kurang kerasnya terhadap para pangeran, para pejabat pemerintahan, para orang tua, dan secara umum terhadap orang-orang yang bertanggung jawab terhadap jiwa-jiwa lainnya dan yang berkuasa atas orang lain.
“Memang yang bawahan saja dapat dimaafkan karena belas kasihan, tetapi yang berkuasa akan disiksa dengan berat”, demikian SabdaNya (Keb. 6:6).
Laurence Surius bercerita betapa ada seorang ratu yang kaya raya. Setelah kematiannya, dia mengisahkan kenyataan ini. Didalam buku ‘the Life of St.Elizabeth, Duchess of Thuringia, dikatakan bahwa hamba Allah ini telah kehilangan ibunya, Gertrude, Ratu Hungaria, sekitar tahun 1220. Didalam semangat seorang puteri Kristiani yang baik, dia memberikan banyak sedekah, meningkatkan doa-doanya, dan bermati-raga, menghabiskan seluruh kemurahan hatinya demi keselamatan jiwa yang meninggal itu. Tuhan menyatakan kepadanya bahwa dia belum berbuat banyak. Suatu malam, orang yang meninggal itu menampakkan diri kepadanya dengan wajah bersedih dan kurus kering. Gertrude yang meninggal itu menempatkan dirinya pada kakinya, disamping tempat tidurnya dan berkata kepadanya sambil menangis :”Puteriku, kamu melihat pada kakimu, ada ibumu ini yang mengalami penderitaan. Aku datang untuk meminta tolong kepadamu, agar kamu meningkatkan doa-doa permohonanmu, agar Kerahiman Ilahi berkenan membebaskan aku dari siksaan yang amat menyakitkan yang kutanggung ini. Oh ! betapa banyaknya belas kasihan harus diberikan kepada orang-orang yang berkuasa atas diri orang lain. Kini aku harus menebus segala kesalahan yang telah kulakukan di dunia dari atas tahtaku dulu. Oh puteriku ! aku mendoakan kamu melalui rasa sakitku ketika aku melahirkan kamu dulu, dengan melalui pemeliharaanku dan kecemasanku didalam mendidik dan menyekolahkan kamu. Kini aku meminta tolong kepadamu untuk mengentaskan aku dari siksaan ini”. Elizabeth sangat tersentuh oleh permintaan itu, dan segera dia bangkit dan memohon kepada Tuhan dengan linangan air mata agar Dia mengasihani ibunya, Gertrude, dan dia bertekad untuk tidak berhenti berdoa hingga ibunya dibebaskan. Begitulah doa-doanya didengarkan.
Kita bisa melihat bahwa didalam contoh tadi hanya membicarakan tentang sang ratu itu saja. Maka bisa dibayangkan betapa lebih besar lagi bagi para raja, penguasa dan semua pejabat akan dituntut karena tanggung jawab dan pengaruhnya yang besar itu.


No comments:

Post a Comment