Thursday, November 1, 2018

API DI API PENYUCIAN BERASAL DARI API NERAKA

 

 

API DI API PENYUCIAN BERASAL DARI API NERAKA

 




Saat dari pesta Santo Michael sampai Halloween, bagi saya, selalu menjadi waktu untuk merenungkan neraka itu sendiri. Setelah semuanya seperti jatuh mengendap di belahan bumi utara, orang cenderung merenungkan akhirat sebagai hari-hari yang lebih pendek dan lebih gelap. Dan bukankah Kristus berbicara tentang kebinasaan, sedikit? Dulu dikatakan bahwa Anda tidak boleh makan blackberry setelah pesta Santo Michael, karena setan jatuh dari Surga setelah hari itu, dan mendarat di semak-semak blackberry, mengutuki duri-durinya dan dia buang air besar di atasnya. Sementara saat Halloween mendekat dan kami bersiap untuk merayakan Hari Seluruh Jiwa, maka Api Penyucian juga muncul dalam pikiran.

Sekarang kita bicara tentang Api Penyucian. Itu bukanlah tempat yang mudah. Itu adalah tempat penyucian. Api Penyucian - tempat di antara dunia ini dan Surga - adalah wilayah di mana Anda harus dibersihkan dari semua kejahatan duniawi Anda sehingga Anda layak untuk menghadap Tuhan. Setiap orang yang masuk ke Api Penyucian akhirnya akan masuk ke Surga. Tetapi sekali di Api Penyucian, Anda bukannya menunggu di ruang tunggu yang nyaman. Anda terbakar. Anda sedang menderita. Dan yang paling membuat frustrasi, semua doa Anda tidak akan efektif bagi diri Anda sendiri. Anda tidak dapat memohon belas kasihan Tuhan di sana. Anda terjebak di sana sampai Anda dibersihkan oleh api.

Banyak umat Katolik menyadari fakta-fakta ini. Namun apa yang tidak dimengerti oleh kebanyakan umat Katolik adalah bahwa Api Penyucian adalah juga bagian dari api neraka. Renungkan hal ini. Neraka digunakan untuk membakar kejahatan Anda. Jika Anda cukup jahat untuk tidak mendapat rute langsung ke Surga ketika Anda mati, maka Anda harus disentuh oleh neraka sebelum Anda dapat naik dan tinggal bersama dengan Tuhan Anda.

Di Api Penyucian, seperti halnya di dalam neraka, terdapat dua macam sakit - sakit karena kehilangan dan rasa sakit itu sendiri. Sakit karena kehilangan terdiri atas kehilangan waktu untuk bisa melihat Tuhan, yang merupakan Kebaikan Utama, sebuah akhir yang maha indah bagi tempat mana jiwa kita diciptakan, seperti halnya mata kita diciptakan adalah untuk melihat cahaya. Ini adalah kehausan moral yang sangat menyiksa jiwa. Rasa sakit dari rasa, atau penderitaan yang dirasakan, adalah sama dengan apa yang kita alami di dalam daging kita. Sifatnya tidak didefinisikan oleh iman, tetapi menurut pendapat umum dari para Doktor Gereja bahwa hal itu terdiri dari api dan jenis-jenis penderitaan lainnya. Api dari Api Penyucian, kata para Bapa Gereja, adalah neraka, yang di dalamnya orang kaya yang rakus berkata: Quia crucior in hac flamma, “Aku menderita dengan sangat kejam di dalam api ini.”
From Chapter IX of Purgatory: Explained by the Lives and Legends of the Saints by Rev. Fr. F.X. Schouppe, S.J.

Pendapat ini, kata Fr. Schouppe, diberikan oleh para teolog besar dan bahkan para Bapa Gereja, meskipun dia mengakui bahwa ajaran mereka tentang hal ini tidaklah seragam. Namun, ini adalah topik yang layak untuk diperiksa lebih jauh. Pernyataan berikut berasal dari orang-orang kudus Gereja, dimana semuanya akan membuktikan bahwa api di dalam Api Penyucian adalah api dari neraka itu sendiri.

Hukuman terbesar di Api Penyucian berada di tingkat pertama di atas kegelapan (neraka). Setan-setan dapat menyentuhnya di sana. Ada panas dan dingin, kegelapan dan kebingungan, semuanya berasal dari hukuman neraka.
St. Bridget

Wilayah terendah dipenuhi dengan api yang ganas, tetapi tidak terlalu gelap seperti neraka; itu adalah lautan yang sangat luas, yang memuntahkan api yang sangat besar.
St. Frances of Rome

"Api yang sama menyiksa orang-orang terkutuk dan memurnikan orang-orang pilihan."
Pope St. Gregory the Great

Mengenai penderitaan, di Api Penyucian sama dengan di neraka.
–St. Catherine of Genoa

Hampir semua teolog mengajarkan bahwa orang-orang yang terkutuk di dalam neraka dan jiwa-jiwa di dalam Api Penyucian, menderita siksaan dari api yang sama.
–St. Robert Bellarmine

St. Bellarmine melanjutkan dengan mengatakan bahwa tidak bisa dibandingkan antara penderitaan yang Anda alami di dunia ini dengan apa yang Anda derita di Api Penyucian. St Thomas Aquinas bahkan melangkah lebih jauh, mengatakan kepada kami bahwa rasa sakit yang terkecil sekalipun di Api Penyucian adalah melampaui semua penderitaan dalam kehidupan ini, tidak peduli betapa hebatnya orang menderita di dunia. Dikatakan bahwa St. John Bosco serasa terbakar hebat pada tangannya hanya dengan menyentuh dinding paling luar dari neraka. Maka betapa jauh lebih mengerikan jika kita disiksa di dalam api neraka.

Api di neraka tidaklah seperti api kita di dunia ini. Faktanya, api kita di dunia masih jauh lebih dingin dibandingkan dengan api di neraka dan di Api Penyucian. Api di neraka memang diciptakan secara khusus untuk menyiksa. Di neraka, Anda terbenam dalam jurang api, seperti ikan di dalam air, dan jilatan apinya akan masuk ke dalam diri Anda sehingga bahkan seluruh bagian dalam diri Anda akan hangus. Ini adalah rasa sakit yang tidak dapat dibatalkan yang tidak akan pernah hilang. Anda menderita untuk selama-lamanya. Namun, meski ada api ini, Anda tidak dapat melihatnya, karena ia tidak memancarkan cahaya sama sekali.

Cahaya adalah karunia dari Tuhan - mungkin hadiah pertama yang pernah ada. Namun tidak ada karunia di neraka. Bahkan jika Anda bisa melihat, asap dan aroma belerang dari neraka akan menyengat mata sedemikian rupa sehingga Anda tidak dapat melihat, dan orang-orang yang terkutuk di dalam neraka adalah seperti orang buta yang tak berdaya. Namun di dalam Api Penyucian, setidaknya masih ada sedikit cahaya. Ini adalah salah satu hal yang membedakan Api Penyucian dari neraka.

Ada sesuatu yang lebih menghibur tentang Api Penyucian yang membuatnya lebih baik daripada kehidupan di dunia ini: fakta bahwa jiwa-jiwa di Api Penyucian dalam keadaan aman dalam jaminan bahwa mereka suatu hari nanti akan dipersatukan dengan Allah (sedangkan manusia di dunia tidak ada jaminan bahwa dia pasti akan masuk kedalam Surga):

Jiwa-jiwa di Api Penyucian berada dalam persekutuan yang terus-menerus dengan Tuhan ... Mereka dengan sempurna menyerahkan dirinya kepada kehendak-Nya, atau lebih tepatnya: keinginan mereka ditransformasikan begitu rupa hingga menjadi kehendak Allah sendiri, dan bahwa mereka dengan sukarela tidak dapat berkeinginan tetapi hanya apa yang dikehendaki oleh Allah; sehingga jika Firdaus akan dibuka bagi mereka begitu saja, mereka justru akan melemparkan dirinya ke dalam neraka, daripada dirinya hadir di hadapan Allah dengan membawa noda yang mereka lihat ada dalam dirinya. Mereka akan memurnikan diri mereka dengan rela dan penuh kasih, karena itulah kesenangan Ilahi.
Mereka ingin berada di sana dalam keadaan di mana Tuhan berkenan, dan selama itu dia akan terus berusaha menyenangkan Dia.
“Penderitaan mereka yang paling dahsyat ditenangkan oleh kedamaian yang mendalam. Ini adalah seperti neraka, dalam hal penderitaannya; tetapi itu adalah Surga karena kenikmatan yang dimasukkan ke dalam hati mereka oleh belas kasih --- belas kasih yang lebih kuat dari kematian dan lebih kuat dari neraka; belas kasih yang pelitanya adalah semua api dan kobarannya. Sebuah keadaan yang membahagiakan! Lebih dirindukan daripada mengerikan, karena kobarannya adalah kobaran api kasih dan kemurahan hati.”
From Chapter IX of The Spirit of St. Francis de Sales

“Tidak ada kedamaian dibandingkan dengan jiwa-jiwa di Api Penyucian, serta orang-orang kudus di Surga, dan kedamaian di Api Penyucian ini semakin meningkat karena masuknya Allah ke dalam jiwa-jiwa ini, yang semakin meningkat secara proporsional ketika rintangan-rintangan mereka dihapuskan. Segala keropos karena dosa adalah merupakan rintangan, dan keropos ini terus menerus dikikis habis oleh api di dalam Api Penyucian.”
- St. Catherine dari Genoa

Memang sangat menggelisahkan, dalam berbagai cara, jika menyadari bahwa kebanyakan orang pada akhirnya akan mengalami penderitaan api neraka. Kebanyakan orang akan berakhir di dalam neraka. Dari mereka yang berusaha menghindari keabadian di neraka, sebagian besar harus melewati Api Penyucian terlebih dahulu. Namun St. Bridget pernah berkata, dengan mengetahui bahwa Surga sebagai tujuan akhir mereka adalah tempat kenyamanan, maka dia lebih baik menderita seperti orang sakit yang terbaring di tempat tidur yang menerima kunjungan dan harapan baik dari para tamu.

Betapa lebih besar lagi kebahagiaan seseorang di Api Penyucian yang tiba-tiba menerima karunia doa-doa dari orang yang dikasihinya dalam kehidupan ini? Betapa jauh lebih luar biasa dan lebih besar jika menderita dalam genangan api, ketika tiba-tiba beban Anda terangkat dan waktu penantian Anda dipersingkat karena doa seseorang? Di bumi, di dunia orang hidup, doa-doa kita dapat membantu mereka yang menderita di Api Penyucian. Kita dapat memohon kepada Tuhan untuk mempersingkat waktu yang diderita jiwa di Api Penyucian. Jiwa-jiwa malang yang terjebak di Api Penyucian tidak dapat meminta pertolongan kepada Tuhan. Tetapi kita bisa menjadi pembela mereka di hadapan Tuhan dan meminta belas kasihan-Nya.

Maka sangat penting bagi kita untuk mengingat orang-orang yang kita cintai yang telah meninggal serta teman-teman kita yang mungkin masih menderita dan menunggu di tempat itu. Api di Api Penyucian adalah berasal dari api neraka yang tak pernah padam. Selama bulan ini, ingatlah akan orang-orang yang Anda kasihi yang telah meninggal dunia. Berdoalah untuk jiwa mereka, dan mohonlah kepada Tuhan untuk membebaskan mereka dari rasa sakit itu sekali dan untuk selamanya, agar mereka akhirnya dapat diterima masuk melalui gerbang Surga.

No comments:

Post a Comment