Friday, November 9, 2018

SEPULUH HAL UNTUK DIINGAT TENTANG REALITAS DOA SYAFAAT



Bottom of Form
SEPULUH HAL UNTUK DIINGAT TENTANG REALITAS DOA SYAFAAT (PENGANTARAAN) ORANG-ORANG KUDUS DI SURGA





“Aku akan menghabiskan surgaku dengan melakukan kebaikan di dunia. Aku akan membiarkan hujan mawar untuk turun dari Surga.” (Saint Therese of Lisieux)                                               

“Aku percaya akan persekutuan para kudus” (doa Credo para rasul)

1.  Dalam Perjanjian Baru (Ibrani 12: 1) kita diberitahu bahwa orang-orang kudus yang hidup sebelum kita membentuk sebuah "awan para saksi yang besar" yang "mengelilingi" kita, dan oleh karena itu mereka tertarik pada perjuangan yang kita lakukan saat ini sebagai bagian dari Tubuh Kristus.

2. Dalam Kitab Wahyu, di mana kita melihat sekilas apa yang sedang terjadi di Surga, kita melihat orang-orang kudus (yang disebut sebagai para penatua) di Surga yang membawa doa-doa umat Allah yang kudus di bumi ke hadapan Anak Domba, Yesus (lht Wahyu 5:8-9). Ini adalah contoh dari kemurahan hati yang ada di antara orang-orang kudus di bumi (Gereja Militan) dan orang-orang kudus di Surga (Gereja Yang Jaya).

3. Setelah mati di dalam Kristus, orang-orang kudus di Sorga tidak mati (kita berdoa kepada orang-orang kudus yang hidup); pada kenyataannya, mereka lebih hidup dari pada sebelumnya, mereka sepenuhnya bersatu dengan pahala yang tak terhingga besarnya dari Kristus. Seperti yang dikatakan Yesus (Markus 12: 26-27), yang berbicara tentang Abraham, Ishak dan Yakub, Allah kita bukanlah Allah orang mati, “tetapi orang yang hidup.” Dan sebagaimana yang dikatakan oleh penulis Kitab Ibrani, “Kamu telah datang ke Gunung Sion… ke Yerusalem Surgawi… kepada roh-roh (yang hidup) dari orang-orang yang benar yang disempurnakan” (Ibrani 12: 22-24).

4. Kita melihat dalam Kitab Wahyu, yang menunjukkan kepada kita kegiatan-kegiatan Surga, bahwa para martir suci di bawah altar (di Surga) berseru kepada Tuhan memohon pembersihan (penghakiman) (Why. 6: 9-11). Kita melihat di situ, orang-orang kudus di Surga memohon keadilan kepada Tuhan sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bumi.

5. Kutipan Perjanjian Baru lainnya menunjukkan bahwa orang-orang kudus yang hidup mendahului kita masih aktif di dalam tubuh Kristus, adalah dari Markus 9: 4, di mana selama perubahan wujud-Nya, Yesus berbicara dengan Elia dan Musa.

6. Beberapa orang mengutip 1 Timotius 2: 5, yang menyatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya pengantara dan penengah antara Allah dan manusia, untuk menentang doktrin pengantaraan orang-orang kudus. Tetapi sebenarnya jika Anda membaca ayat-ayat tepat sebelum 1 Tim. 2: 5, Anda akan melihat bahwa Paulus jelas tidak melihat adanya konflik antara doa syafaat dan peranan unik dari Kristus sebagai satu-satunya perantara. Misalnya, pada 1 Tim. 2: 1-3 Paulus “mendesak agar permohonan, doa, syafaat dan ucapan syukur dilakukan untuk semua orang….” Dengan demikian, jelas bahwa peranan Kristus sebagai satu mediator memberdayakan mereka yang berada di dalam tubuh Kristus untuk bertindak sebagai pendoa syafaat.

7. Orang-orang kudus adalah pendoa syafaat yang kuat atas nama kita, karena mereka bergabung dengan Allah seperti cabang-cabang yang bergabung dengan pokok anggur, yang pada intinya, membentuk satu organisme yang dipertahankan tetap hidup oleh kehidupan Kristus sendiri. Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita, menaruh hal itu dalam Injil Yohanes (Bab 15):

Yoh 15:5
Akulah pokok anggur
dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia,
ia berbuah banyak,
sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

8. Kita melihat dalam Kitab Wahyu bahwa orang-orang kudus (dalam hal ini, para rasul) membantu Yesus terutama dalam melakukan penghakiman. Why 20:4: Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.” Karena itu, orang-orang kudus bukannya berdiam diri saja di Surga, tetapi mereka bekerja bersama Kristus untuk membawa sejarah keselamatan menuju tahap-tahap terakhirnya.

9.  Doa kita kepada satu sama lain sangatlah berharga. Seperti dikatakan oleh St.Yakobus dalam Perjanjian Baru: "…berdoalah untuk satu sama lain, supaya kamu dapat disembuhkan" (5: 16). St.Paulus, sendiri, mempersembahkan doa syafaat atas nama komunitas (Roma 1: 9). Sekarang, di Surga, doa-doa St.Paulus yang dipersatukan dengan doa kita sendiri, bahkan lebih berkhasiat demi kepentingan tubuh mistik Kristus. St.Paulus juga mengajarkan bahwa pengorbanan seorang Kristen demi kepentingan orang lain sangatlah menguntungkan (lihat 2 Kor. 12: 15 dan 2 Tim. 4: 6). Bahkan penghormatan terhadap peninggalan (relikwi) seorang kudus dapat bermanfaat bagi tubuh mistik Kristus: Dikatakan tentang Santo Paulus bahwa "…begitu luar biasanya mukjizat yang dilakukan oleh Allah di tangan St.Paulus sehingga sapu tangan atau celemek yang telah menyentuh tubuhnya, yang dibawa kepada orang sakit, mereka sembuh dari penyakit mereka, dan roh jahat keluar dari mereka.”(Kis. 19: 11-12). Intinya di sini jelas: doa dan pengorbanan satu anggota tubuh mistik Kristus dapat bermanfaat bagi anggota lainnya. Orang-orang kudus di Surga adalah anggota tubuh mistik Kristus!

10.  Semua doa-doa yang tulus pada dasarnya ditujukan kepada Allah (dan berasal dari rahmat dan dorongan Roh Kudus). Doa syafaat hanya merupakan penyatuan doa dan kebutuhan kita dengan doa orang-orang kudus di dunia atau di Surga; doa syafaat adalah satu contoh dari kesatuan yang ada antara Kristus dan semua orang beriman (“…kita semua, dalam kesatuan dengan Kristus, membentuk satu tubuh” - Roma 12: 5). Mengatakan bahwa doa syafaat mengurangi hubungan kita dengan Kristus akan sama absurdnya dengan mengatakan bahwa kasih kepada sesama bisa mengalihkan perhatian kita dari kasih kepada Allah ketika, pada kenyataannya, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama adalah perintah yang tak terpisahkan (“…siapa pun yang berkata, 'Aku mengasihi Tuhan,' tetapi membenci saudaranya, dia adalah pembohong ”- 1 Yohanes 4: 20). Orang-orang kudus di Surga sepenuhnya bersatu dengan Kristus; mereka tidak bersaing dengan Yesus untuk ‘merebut’ doa-doa kita, tetapi di dalam persekutuan dengan Yesus mereka ikut merasakan Kehidupan-Nya sebagai anggota dari keluarga Allah.

Tom Mulcahy, M.A.

No comments:

Post a Comment