Wednesday, October 9, 2019

SEORANG BIARAWATI MENGAKUI BAHWA PARA WANITA AMAZON...


KONTROL KERUSAKAN VATICAN:

seorang biarawati MENGAKUI bahwa para WANITA AMAZON telah BERTINDAK sebagai imam


Suster-suster biarawati di Amazon ‘merayakan’ berbagai perkawinan dan menerima pengakuan dosa tanpa memberikan absolusi

 

NEWS: WORLD NEWS


by Rodney Pelletier  •  ChurchMilitant.com  •  October 8, 2019  

 

VATICAN CITY (Church Militant.com) - Vatikan kini dalam mode kontrol kerusakan setelah komentar yang dibuat oleh seorang suster biarawati yang mengungkapkan bahwa wanita di Amazon sudah bertindak seperti pastor.

Pada hari Senin, hari pertama diskusi dan presentasi Sinode mengenai krisis imamat di Amazon, Sr. Alba Teresa Cediel Castillo, seorang anggota Misionaris Suster-Suster Maria Tak Bernoda dan St Catherine dari Siena, sebuah ordo para suster dari Kolombia, mengungkapkan bahwa para suster dan wanita lainnya sedang melakukan beberapa tugas sakramental yang diperuntukkan bagi para imam.

Menanggapi  sebuah pertanyaan wartawan Vatikan, mengenai peran biarawati di Amazon, suster itu berkata, "Kami fokus pada pendidikan, perawatan kesehatan, kami melaksanakan proyek. Kami membantu masyarakat adat untuk mengembangkan proyek mereka sendiri yang mempromosikan pembangunan."

"Di semua tempat ini, apa yang kita lakukan?" kata suster itu melanjutkan:

Ya, segala sesuatu yang dapat dilakukan seorang wanita, mulai dari pembaptisan, sebagai nabi dan imam, sebagai imam wanita kami menemani orang-orang di semua acara ketika para imam pria tidak bisa berada di sana. Jika ada kebutuhan untuk pembaptisan, kami membaptis anak-anak. Jika ada orang yang ingin menikah, kita bisa melakukannya, kita bisa merayakan pernikahan. Dan kadang-kadang kita juga harus mendengarkan pengakuan dosa. Tentu saja kita tidak dapat memberikan pengampunan, tetapi di lubuk hati kita, kita menempatkan diri kita pada posisi mendengarkan, dengan kerendahan hati memikirkan orang yang datang kepada kita untuk menerima kata penghiburan, bagi seseorang yang, mungkin akan mati.

Sr.Castillo melanjutkan, "Saat ini kami sedang bekerja di tingkat antar-jemaat dalam tim keliling pria dan wanita yang bepergian dengan kano dan kami menyeberangi sungai-sungai Amazon yang besar dan peran wanita dalam Gereja, menurut saya juga, harus menjadi lebih besar."

Suster itu menambahkan, "Kita akan sampai di sana tetapi sedikit demi sedikit. Kita tidak dapat memberikan terlalu banyak tekanan. Saya pikir melalui dialog, melalui pertemuan, kita akan dapat menjawab banyak tantangan."

Kontan saja umat ​​Katolik yang setia merespons kuat di media sosial, menyebutnya sebagai upaya untuk mengkooptasi imamat pria.




Namun, Kantor Berita Vatikan mengeluarkan komentar yang berbeda dari komentar Castillo dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Selasa, berjudul "Amazonia: religius wanita yang 'mendengar pengakuan dosa,' " setelah banyak umat Katolik menyatakan khawatir.

Bukannya menggunakan penerjemah resmi Vatikan, yang menerjemahkan perkataan Sr.Castillo secara literal, tetapi artikel itu justru memparafrasekan.

Artikel itu menambahkan secara umum, "Jika seseorang ingin menikah, kami hadir dan kami menyaksikan cinta dari pasangan itu."

Gereja memang mengajarkan sakramen pembaptisan dapat dikelola oleh seseorang yang bukan imam atau diaken dalam kasus darurat, yaitu, jika orang itu dalam bahaya kematian yang segera.

Para pemimpin sinode, seperti Cdl. Lorenzo Baldisseri, mengklaim bahwa dokumen kerangka Sinode Amazon adalah tidak resmi dan mewakili ‘suara gereja lokal.’

Dalam sebuah wawancara dengan National Public Radio, pastor Peter Hughes, seorang misionaris Irlandia di Amerika Latin, mengatakan, "Orang-orang di Amazon, seperti yang kita semua tahu, memiliki visi sendiri, visi realitas kosmik mereka sendiri, di mana menurut mereka, semua kehidupan saling berhubungan," menambahkan, "Mantra dari saling-terhubung ini yang digarisbawahi Paus, adalah landasan dari kerohaniannya dan kerohanian Kristen."



Sinode tidak pernah ada hubungannya dengan mengubah doktrin atau dengan mengubah disiplin, kata Cdl. Burke . Tweet

Ini dibuktikan pada hari Sabtu ketika paus Francis hadir dalam upacara penanaman pohon pagan (dianggap sakral oleh pribumi Amazon) di taman-taman Vatikan.

Seorang dukun perempuan memimpin upacara itu dengan orang-orang membungkuk ke arahnya, termasuk seorang biarawan Fransiskan, dalam penyembahan yang nyata terhadap bumi.

Austin Ivereigh, seorang jurnalis dan pembela Paus Francis, mengklaim bahwa upacara itu bersifat Katolik dan bahwa patung-patung kayu yang mewakili dua wanita telanjang dan hamil itu bukanlah berhala-berhala kafir, tetapi gambar-gambar dari Santa Perawan Maria yang Terberkati dan St. Elizabeth.

Namun, seorang uskup misionaris Amazon berkomentar bahwa patung-patung itu melambangkan ‘Ibu Pertiwi, kesuburan, wanita, kehidupan’ dan bukan Perawan Maria yang Terberkati.

Para teolog terkemuka mengutuk agenda sinode itu. Cdl Amerika Raymond Burke menyebut  sinode itu adalah sebuah kemurtadan dan merupakan ‘serangan langsung terhadap Ketuhanan Kristus.’

"Konsep mendasar dari sebuah sinode adalah untuk memanggil bersama perwakilan para klerus dan umat awam untuk melihat bagaimana Gereja dapat mengajar secara lebih efektif dan lebih efektif menerapkan disiplinnya," katanya.

"Sinode tidak pernah ada hubungannya dengan mengubah doktrin atau mengubah disiplin Gereja," Burke melanjutkan dengan menambahkan, "Itu semua dimaksudkan sebagai cara untuk memajukan misi Gereja."

No comments:

Post a Comment