Wednesday, October 23, 2019

UMAT ​​KATOLIK DI SELURUH DUNIA MENDUKUNG PRIA...




UMAT ​​KATOLIK DI SELURUH DUNIA MENDUKUNG PRIA YANG MELEMPARKAN BERHALA AMAZON 'PACHAMAMA' KE SUNGAI TIBER



Oleh: Dorothy Cummings McLean
LifeSiteNews, 22 Okt 2019

VATICAN CITY, 22 Oktober 2019 (LifeSiteNews) - Banyak umat Katolik di seluruh dunia merayakan pembuangan dan penghancuran patung-patung yang diyakini sebagai berhala kesuburan dari sebuah gereja Katolik di Roma kemarin, oleh para pria Katolik yang tetap anonim.

Dukungan bagi para pria tak dikenal ini, yang memfilmkan diri mereka minggu ini, saat mereka mengumpulkan figur-figur kayu dari Gereja Santa Maria di Traspontina dan melemparkannya ke sungai Tiber, belum mereda di media sosial, sejak video pembuangan patung itu dirilis. Pengguna Twitter menggunakan tagar #Splashamama untuk merayakan peristiwa tersebut.

Kelompok yang bertanggung jawab atas pemajangan spiritualitas Amazon di gereja Katolik, Pan-Amazonian Ecclesial Network (REPAM), mengecam keras, tanpa menyebutkan secara spesifik, pembuangan dan penghancuran patung-patung Pachamama tersebut.  Kelompok itu, yang melakukan advokasi atas nama masyarakat Amazon dan dipimpin oleh pemimpin sinode, Kardinal Cláudio Hummes, diduga melaporkan insiden itu ke polisi.

“Kami sangat menyesalkan dan sekaligus mengecam, bahwa dalam beberapa hari terakhir ini kami telah menjadi korban tindakan kekerasan yang mencerminkan intoleransi agama, rasisme, sikap menindas, yang ditimpakan ke atas semua masyarakat adat, penolakan untuk membangun jalan baru bagi pembaruan Gereja kami,” kata kelompok itu dalam siaran pers 21 Oktober.

Namun, banyak umat Katolik dari seluruh dunia telah menunjukan solidaritas mereka kepada para penghancur Pachamama itu, dengan mengklaim diri mereka telah melakukan perbuatan itu.

"Saya Cristeros," yang diambil dari sebuah drama tentang "Saya Spartacus," telah menjadi meme di Twitter.

Di tahun 1960, di dalam adegan klimaks dari film Spartacus, sekelompok budak yang melarikan diri yang telah tertangkap kembali oleh orang-orang Romawi, diberitahu bahwa mereka akan menerima pengampunan jika mereka mau membocorkan identifikasi pemimpin mereka, yaitu Spartacus.  Ketika sang pemimpin berdiri untuk menyerahkan diri, semua budak lain menunjukan solidaritas mereka dengan ikut melakukan tindakan yg sama, masing-masing menyatakan dirinya sebagai Spartacus, dan dengan demikian mereka menunjukkan diri mereka secara sukarela berbagi nasib dengan pemimpin mereka, menerima hukuman mati.

Pengguna Twitter Katolik Deacon Nick Donnelly dari Inggris men-tweet bahwa jika kelompok di balik Sinode Amazon ingin mengidentifikasi para penghancur Pachamama itu, maka "Akulah Cristeros."

Edward Pentin melaporkan di EWTN Vatican bahwa REPAM, kelompok di balik Sinode Amazon, bermaksud untuk mengambil tindakan terhadap para pahlawan Cristeros yang telah melemparkan berhala-berhala mereka ke dalam sungai Tiber.  Mereka berusaha mengidentifikasi para pelaku, tulisnya. "Akulah Cristeros."

Seruan virtual tersebut diikuti oleh Krystal Wasser, yang men-tweet, “Akulah Cristeros. Datanglah kepadaku."

Yang lain menanggapi, “#IamCristeros.  ¡Viva Cristo Rey y Santa María de Guadalupe!” (“Hidup Kristus Raja dan Bunda Maria dari Guadalupe!”)

"Saya Cristeros," tweet Brigid Costello dari Irlandia.

Komentar-komentar terus mengalir dari pengguna Twitter dari Amerika Serikat, Kanada, Italia, dan Spanyol.
Penulis Austin Ruse, presiden dari Center for Family and Human Rights (C-Fam)/(Pusat Keluarga dan Hak Asasi Manusia), menyindir, “Pachamama tidur dengan ikan-ikan.  Saya yang melakukannya. Saya telah menceburkannya.  Tapi saya berterima kasih kepada Pachamama, karena telah membuat pengikut [Twitter] saya bertambah dari 4950 menjadi 5.000.”

Orang-orang Cristeros adalah orang-orang Katolik Meksiko, yang tidak puas dengan protes damai, lalu bangkit dalam pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Meksiko yang anti-klerikal, pada tahun 1927. Para pemberontak, yang mengabdikan diri mereka kepada Kristus Raja, menyebut diri mereka Cristeros.  Seruan perang mereka adalah Viva Cristo Rey!  ¡Viva la Vírgen de Guadalupe! (Hidup Kristus Sang Raja! Hidup Perawan dari Guadalupe!)

John Zmirak, penulis The Politically Incorrect Guide to Catholicism, mengatakan kepada LifeSiteNews bahwa menempatkan figur-figur kayu itu di gereja-gereja Roma adalah sebuah kejahatan rasial.’ 

"Perayaan idola-idola pagan di gereja-gereja di Vatikan adalah sebuah kejahatan rasial terhadap setiap orang Katolik yang masih hidup - dan juga terhadap para leluhur pagan kita yang telah melepaskan jimat-jimat iblis seperti itu demi Allah Abraham, Ishak, dan Yesus," kata Zmirak.

"Bayangkan jika beberapa imam murtad mengabadikan taxidermy dari kulit babi di atas Ka'abah di Mekah, atau seorang rabi yang membenci dirinya sendiri menyemprot Tembok Barat dengan gambar swastika. Seburuk itulah," lanjutnya.

"Para anggota Gereja yang berani yang telah melemparkan totem seks-magis yang kasar itu ke Tiber, layak menerima ungkapan terima kasih dan dukungan kita."

Zmirak mengatakan, dia berharap bahwa para imam dan uskup sama kuatnya dengan orang-orang tak dikenal ini, dalam pembelaan mereka terhadap iman Katolik.

“Jika Vatikan mengidentifikasi dan menuntut orang-orang Katolik yang berani ini, maka [orang-orang itu] pada gilirannya harus mengajukan tuntutan kejahatan terhadap pemerintah Italia, terhadap organisasi yang berkolusi dalam mencemarkan gereja-gereja bersejarah ini,” pungkasnya.

Stefanie Nicholas di [laman] OnePeterFive mengatakan bahwa penghancuran Pachamama adalah kemenangan nyata melawan kaum Modernis.

“Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama,” tulisnya, “ketika Pachamama tenggelam ke dasar sungai Tiber, umat Katolik yang setia telah meraih kemenangan nyata melawan kaum Modernis. Marilah kita mengingat momen kemenangan ini, dan gigih dalam mempertahankan motivasi kita untuk berjuang demi Gereja, dengan semua senjata yang tersedia di dekat kita.”


No comments:

Post a Comment