Sunday, October 20, 2019

VORTEX - PENCEMARAN DAN MISTERI




VORTEX - PENCEMARAN DAN MISTERI
Pertanyaan tanpa henti. Dan terus tidak adanya jawaban yang jelas.


October 18, 2019

Bukannya menjadi lebih jelas, misteri seputar identitas patung kayu dari seorang wanita hamil telanjang yang di arak kemana-mana, justru tumbuh semakin dalam.

Vatikan sekarang telah ditanya secara langsung, dua kali, tentang identitas patung yang pertama kali muncul saat penanaman pohon di kebun/taman Vatikan, upacara pemujaan Ibu Pertiwi menjelang pembukaan sinode, pada 4 Oktober.

Sedemikian besarnya umat Katolik se dunia merasa tersinggung pada saat seorang dukun perempuan dan rombongannya membungkuk kepada sosok ini, yang diletakkan atas selimut yang mewakili bumi, sehingga media sosial se dunia berkobar oleh pertanyaan tentang identitas patung itu.

Dan ketika patung itu diserahkan kepada paus Francis dan dibawa ke Basilika Santo Petrus pada hari berikutnya, dalam sebuah perahu kecil, spekulasi yang luas telah menjamin bahwa itu adalah peristiwa penyembahan berhala yang semakin intensif, karena, ya… seperti itulah kenyataannya.

 

Siapakah patung itu sebenarnya? Umat ​​Katolik yang berpikiran tradisional melihatnya sebagai sosok dewi berhala.

Para pembela kepausan, seperti reporter liberal Inggris, Austen Ivereigh, mengklaim di media sosial, bahwa kedua patung itu, yang hampir identik, adalah Maria dan Elizabeth - keduanya sama-sama sedang hamil.

Perang media sosial kemudian meletus antara Ivereigh dan umat Katolik yang setia, bersama dengan umat Katolik ortodoks, yang menunjukkan bahwa yang pertama, mereka tidak percaya bahwa itu adalah Bunda Maria, dan jika ya, maka hal itu sangat tidak sopan dan ofensif untuk menghadirkan Bunda Maria dalam keadaan telanjang.

Ivereigh mengambil kesempatan itu pada konferensi pers Vatikan hari berikutnya untuk mencoba mempermalukan umat Katolik yang setia, tetapi dia adalah ‘orang yang memakai topeng pada wajahnya.’

Ketika disebut-sebut namanya, dia menuduh apa yang dikatakannya ‘beberapa media Amerika’ karena menafsirkan sosok kayu itu sebagai ‘simbol kesuburan berhala’ dan meminta panitia untuk mengklarifikasi.

Tetapi respons yang dia dapatkan bukanlah yang ingin dia dengar. Salah satu uskup Amazon menanggapi:

Kita semua memiliki interpretasi kita sendiri-sendiri - Perawan Maria, Ibu Pertiwi. Mungkin mereka yang menggunakan simbol ini ingin merujuk pada kesuburan, wanita, kehidupan ... kehidupan yang ada di masyarakat Amazon.

Saya tidak berpikir kita perlu mengaitkan patung itu dengan Perawan Maria atau sebuah elemen berhala.

Namun apa pun artinya itu, jelaslah bahwa patung itu sama sekali bukan Perawan Maria.

Minggu ini, masalah itu muncul lagi, dan kali ini, Vatikan menyinggung pertanyaan tentang siapa patung itu atau apa yang diwakilinya.

Paolo Ruffini, prefek Komunikasi Vatikan mengatakan, "Patung ini mewakili kehidupan, melalui seorang wanita."

Tetapi kemudian dia dengan cepat merubah pernyataannya, mengatakan bahwa itu hanyalah pendapat pribadinya dan sebagai fakta, sebagai catatan, dia tidak tahu sama sekali apa tokoh kontroversial itu atau siapa yang diwakilinya.

Para wartawan diminta untuk bertanya kepada Pan-Amazonian Ecclesial Network (REPAM) serta ‘Gerakan Katolik bagi masalah Iklim,’ dua kelompok yang menyelenggarakan upacara penanaman pohon dan kehadiran patung itu di Roma.

Kedua kelompok itu ternyata penganut kuat dari teologi pembebasan.

Jadi, patung itu, paling tidak, adalah simbol kesuburan, yang dalam penyembahan berhala selalu diidentikkan dengan dewa. Umat ​​Katolik tidak menyembah dewa, atau bahkan memiliki simbol-simbol yang secara khusus merayakan kesuburan. Itulah sebabnya dominasi dan penyembahan besar yang diberikan kepada patung ini, di dalam sinode ini, sangatlah meresahkan.

Pada saat ini, selimut Ibu Pertiwi dan patung itu, bersama dengan patung-patung kecil lainnya, sedang menutupi altar samping dekat dengan St. Peter, yaitu di Gereja Santa Maria yang terkenal di Traspontina, sebagaimana video Church Militan menunjukkan hal itu.

Panitia berdiri di dekat pajangan itu sambil membagikan literatur dan hadiah-hadiah kecil lainnya yang mempromosikan budaya dan kehidupan Amazon sambil mereka menjaga tampilan yang sakrilegis.

Dan ya, semua itu bersifat asusila karena niatan yang ada di belakangnya. Tidak masalah jika terlihat membingungkan atau menimbulkan pertanyaan kepada pengamat. Yang penting adalah niatan di balik mereka yang mengaturnya.

Selimut Ibu Pertiwi itu diletakkan di taman Vatikan dan para pribumi Amazon bersujud di atas selimut itu. Doa-doa berhala dipersembahkan kepada sesuatu oleh seorang dukun perempuan.

Para pembela kepausan ini, yang gagal dalam upaya mereka untuk menjadikan peristiwa ini sebagai hal yang termasuk tradisi Katolik, yang bergaya Amazon, sekarang mereka mau menyarankan bahwa gerakan membungkuk, mengucapkan mantra, dan gerakan berdoa seperti itu tidak benar-benar berarti Anda harus ikutan membungkuk, mengucapkan doa.
Lalu apa lagi maksud mereka?

Tentu saja semua tindakan itu adalah apa adanya. Tidak bisa dimaknai yang lain. Jenis-jenis tindakan seperti itu diakui ada secara universal, di mana-mana, dalam setiap budaya, Kristen maupun berhala, seolah memiliki makna keagamaan. Hal ini memunculkan masalah yang sangat serius: Mengapa para penyembah berhala ini - karena Vatikan telah mengatakan kepada kita bahwa mereka bukan Kristen – tetapi mengapa simbol-simbol penyembahan berhala ini diijinkan menghiasi hampir setiap sisi altar di Gereja ini yang dipersembahkan kepada Bunda Maria?

Siapa yang menyarankannya? Siapa yang menyetujuinya? Mengapa?

Dan bagaimana Vatikan sendiri tidak dapat memberikan jawaban langsung? Selimut dan kano Bumi Pertiwi ini dan dewi kesuburan, adalah simbol-simbol kehidupan dengan interpretasi yang elastis, semua itu berada di hadapan semua peserta sinode, di aula konferensi sinode setiap hari.

Simbol-simbol berhala itu duduk di sana, terbentang tepat di depan penerus Santo Petrus, dan tidak seorang pun di Vatikan yang ingin mengetahui dengan mengatakan apa, atau lebih tepatnya siapa, yang diwakili oleh benda-benda itu.

Dalam paganisme, Bunda Bumi atau Ibu Pertiwi, dipandang sebagai dewi, seringkali disebut dengan nama Pachamama. Kesuburan adalah domain dari dewi-dewi lainnya.

Kedua simbol itu menjadi berita utama di Roma saat ini, dan kita seharusnya percaya bahwa ini bukan masalah biasa, dan menambah penghinaan terhadap cedera yang telah ada, bahwa tidak ada yang benar-benar tahu apa yang mereka wakili.

  
Ini, mungkin, bukan ekspresi Amazon atau penyembahan berhala, tetapi di sini di Amerika, kami memiliki ekspresi untuk ini. Jika sesuatu berjalan seperti bebek, terdengar suaranya seperti bebek dan bentuknya seperti bebek, maka itu adalah bebek.

Sampah berhala ini tidak boleh memiliki tempat di Roma – TITIK.



No comments:

Post a Comment