Sunday, October 13, 2019

USKUP AGUNG VIGANÒ MENDESAK PAUS...




By Diane Montagna 

NEWSCATHOLIC CHURCH Thu Oct 10, 2019 - 3:20 pm EST


USKUP AGUNG VIGANÒ MENDESAK PAUS UNTUK SECARA PRIBADI MENJAWAB KLAIM BAHWA DIRINYA TIDAK PERCAYA AKAN KEILAHIAN KRISTUS


ROMA, 10 Oktober 2019 (LifeSiteNews) - Menyusul upaya kedua kalinya dari pihak Vatikan untuk menyangkal klaim oleh wartawan atheis Italia, Eugenio Scalfari, bahwa Paus Francis mengatakan kepadanya bahwa dia tidak percaya pada keilahian Kristus, Uskup Agung Carlo Maria Viganò mendesak Paus sendiri untuk memberikan ‘jawaban yang jelas.’

Dalam komentarnya kepada LifeSiteNews setelah briefing pers sinode dan penolakan klaim Scalfari hari Kamis, Uskup Agung Carlo Maria Viganò mengatakan: "Katakan ‘ya’ itu ‘ya’ dan ‘tidak’ itu ‘tidak.’ “

"Mengapa Paus tidak menggunakan bahasa orang-orang sederhana, sementara dia mengundang manusia 'Cher jaleo,' macam Scalfari itu, untuk menciptakan kekacauan, kebingungan, dan perpecahan? Apakah ini yang menjadi misi Paus? Hacer jaleo."

Pada akhir briefing sinode hari Kamis, Prefek Dicastery untuk Komunikasi Vatikan, Paolo Ruffini, menegaskan bahwa Paus "tidak pernah mengatakan seperti apa yang ditulis oleh Scalfari."

"Baik apa yang ‘dilaporkan’ dikatakan paus maupun rekonstruksi dan interpretasi oleh Scalfari - percakapan itu telah dimulai lebih dari dua tahun lalu –hal itu boleh dianggap sebagai laporan yang boleh diabaikan begitu saja tentang apa yang dikatakan Paus dalam seluruh magisteriumnya dan di dalam Gereja, tentang Yesus, sungguh Allah dan sungguh Manusia,” demikian kata Paolo Ruffini.

LifeSite bertanya kepada Uskup Agung Viganò: "Dalam hal apa klarifikasi lebih lanjut dari Paolo Ruffini masih diperlukan, mengingat bahwa dia secara eksplisit telah menyebut Yesus sebagai "sungguh Allah dan sungguh Manusia?"

“Dalam arti bahwa umat Kristiani mengharapkan jawaban yang jelas dari Paus sendiri. Masalahnya terlalu penting; itu penting: Ya, saya percaya bahwa Kristus adalah Anak Allah yang menjadi manusia, satu-satunya Juru Selamat dan Tuhan,” jawab Uskup Agung Viganò.

"Semua umat Kristiani menunggu klarifikasi ini dari paus, bukan dari orang lain, dan berdasarkan pembaptisan, mereka memiliki hak untuk mendapatkan jawaban ini."

Sementara klarifikasi lebih lanjut dari Ruffini secara luas dilihat sebagai langkah ke arah yang benar, baik klerus berpangkat tinggi dan umat Katolik biasa bisa mengajukan pertanyaan yang sama: mengapa perlu lebih dari dua kali usaha untuk menjawab dan lebih dari dua puluh empat jam waktu untuk mengklarifikasi masalah mengenai kebenaran yang merupakan pusat iman Kristiani tentang keilahian Yesus Kristus? Dan mengapa paus Francis, yang telah memberi Scalfari beberapa kali wawancara selama bertahun-tahun, tidak mau mengkonfirmasi sendiri kepada saudara-saudara di dalam iman dan menjauhkan diri dari orang yang menabur kebingungan? (Scalfari)

Seorang imam di Roma menunjukkan bahwa kebingungan yang ditimbulkan oleh Scalfari, yang termasuk di antara pewawancara favorit Paus, diperparah dengan dikeluarkannya “Dokumen Persaudaraan Manusia” yang ditandatangani oleh paus Francis dengan Imam Besar Ahmad el-Tayebin, Februari 2019, dan yang menyatakan: "Kemajemukan dan keragaman agama, warna kulit, jenis kelamin, ras dan bahasa adalah diinginkan oleh Allah dalam kebijaksanaan-Nya."

Imam itu berpendapat bahwa jika paus menyatakan bahwa semua agama memang dihendaki oleh Tuhan dengan cara yang sama seperti jenis kelamin, ras atau warna kulit, maka umat Katolik dapat juga mempertanyakan kebenaran-kebenaran yang diungkapkan secara ilahi bahwa Yesus Kristus adalah Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus, Sabda Yang Menjelma dan satu-satunya Juru Selamat dunia.

Seorang imam Capuchin Amerika dan cendikiawan Amerika, Pastor Thomas Weinandy, menggemakan pandangan ini dalam sebuah artikel baru-baru ini untuk The Catholic Thing berjudul, Pope Francis and Schism.” Pernyataan Abu Dhabi, katanya, "secara langsung bertentangan dengan kehendak Bapa dan dengan demikian merusak keutamaan Yesus Kristus, Putra-Nya sebagai Tuhan definitif dan Juruselamat universal."

Paus Francis telah memberikan beberapa kali wawancara kepada Scalfari, berusia 95 tahun, (yang tidak menggunakan tape recorder) sejak awal kepausannya, dengan efek yang sama dan dapat diprediksi: membingungkan dan merusak. Pada bulan Maret 2018, Scalfari mengklaim bahwa Paus mengatakan kepadanya bahwa neraka itu tidak ada. La Repubblica, harian Italia yang didirikan Scalfari, mengklaim bahwa Francis telah mengatakan kepadanya bahwa jiwa-jiwa mereka yang tidak masuk ke surga akan dimusnahkan begitu saja. Annihilationism adalah ajaran sesat menurut Gereja Katolik.

Saat itu, Vatikan membantah klaim tersebut, dengan bersikeras bahwa Paus percaya bahwa neraka itu ada dan bahwa "tidak ada kutipan dari artikel Scalfari tersebut yang bisa dianggap  sebagai transkripsi yang benar dari perkataan Bapa Suci."

No comments:

Post a Comment