Sunday, October 13, 2019

Vortex - FRANCIS, JESUS DAN SCALFARI




Vortex
FRANCIS, JESUS DAN SCALFARI
Weird. Really weird.

Aneh. Sangat aneh.

October 11, 2019 


Hai,
Saya Michael Voris, datang kepada Anda dari Kota Vatikan, khususnya berkaitan dengan beberapa pemikiran tentang berita yang mengganggu dalam wawancara Paus Francis & Eugenio Scalfari tentang apakah Yesus adalah bersifat ilahi - Allah.

Ada banyak yang bisa dikatakan tentang hal ini, ada banyak yang bermasalah, dari kisah aslinya hingga tanggapan Vatikan yang agak bimbang, hingga pertanyaan lebih lanjut tentang seluruh kasus yang terjadi.

Pertama, pembicaraan antara Paus dan Eugenio Scalfari. Scalfari adalah seorang jurnalis Italia yang sangat tua, atheis, yang telah lama mengenal Francis dan yang menikmati persahabatan yang hangat dengan Francis.

Persahabatan itu telah menghasilkan berbagai wawancara dengan Scalfari di masa lalu - dan semuanya, selalu disertai dengan kontroversi.

Scalfari melaporkan tahun lalu bahwa Paus Francis tidak percaya akan adanya Neraka, bahwa jiwa manusia (yang berdosa) tidak masuk ke sana. Scalfari mengatakan bahwa Paus mengatakan kepadanya bahwa jiwa-jiwa berdosa tidak akan dikutuk selamanya, mereka hanya dimusnahkan begitu saja, masuk ke dalam ‘ketidakberadaan.’

Komentar itu memicu badai api kritikan, dimana Vatikan dengan lemah mencoba beralasan dengan mengatakan bahwa wawancara Scalfari itu tidak dapat diandalkan. Itu hanya ingatan kasar yang ditafsirkan secara bebas olehnya.

OK, jadi mengapa Francis terus bersedia memberikan wawancara kepada seorang pria yang tampaknya tidak merekam wawancara secara elektronik, tidak membuat catatan dan hanya mengoceh dengan ingatan yang sangat buruk ketika menceritakan hasil wawancaranya?

Anda akan berpikir bahwa Paus telah salah ucap seolah menyangkal keabadian jiwa, dan bahwa tidak ada manusia yang terkutuk selamanya (menurut Francis), dan seharusnya ini akan cukup bagi Francis untuk menolak permintaan wawancara berikutnya dari Scalfari.

Tapi, tidak - tidak seperti itu dalam kepausan Francis ini.

Pria yang menutup mulutnya rapat-rapat di pesawat dari Irlandia ketika tuduhan Viganò muncul, dan pria itu mengatakan kepada wartawan di pesawat itu bahwa dia tidak akan mengatakan sepatah kata pun; ketika pria itu menolak untuk meredakan kontroversi seputar dugaan penolakannya terhadap adanya jiwa di dalam neraka dan keabadian jiwa; ketika pria itu – paus Francis  - yang menolak untuk bertemu dengan para kardinal dubia, namun pria yang sama itu, paus Francis, dia justru bersedia bertemu dengan seorang reporter atheis yang, menurut Vatikan, tidak dapat dipercaya untuk menceritakan kisahnya dengan benar – maka kita memiliki masalah besar disini.

Ini adalah masalah menyeluruh yang membingkai seluruh kontroversi ini. Francis terus bertemu dengan jurnalis atheis ini, padahal Francis tahu bahwa ucapannya akan dikutip, secara akurat atau tidak akurat.

Dan di tengah-tengah semuanya, inilah pertanyaan yang belum ditanyakan: Bagaimana Scalfari bisa salah?

Sesungguhnya, bagaimana seorang reporter (Eugenio Scalfari) duduk dengan seorang teman lama (Francis), dimana dirinya selalu bilang bahwa dia yakin betul kalau Francis berbicara tentang hal-hal seperti itu… yah… apakah Yesus adalah Tuhan - atau tidak.

Paus berkata, "Ya, Eugenio. Yesus adalah Tuhan," dan kemudian Eugenio berkata, "Ya. Mengerti. Yesus adalah bukan Tuhan."

Skenario seperti ini lebih sulit untuk dipercaya daripada seorang paus yang tidak percaya pada keilahian Yesus ketika Dia berada di dunia. Bagaimana seorang jurnalis kawakan bisa salah besar? 100% salah, 180 derajat bertolak belakang.

Namun, jika kita ingin mempercayai pernyataan Vatikan, maka justru itulah yang harus Anda percayai, yang tentu saja menimbulkan pertanyaan berikutnya: Mengapa Vatikan tidak benar-benar menyangkal isinya, bukan hanya sekadar mengalah dan mengatakan Scalfari salah? Dan yang kedua, mengapa Francis terus mau melakukan wawancara dengan jurnalis ini?

For years, decades really, there has been a theme running through the Jesuits, a kind of Arianism, that while Jesus was on earth, walking around during His Galilean days, He either actually wasn't divine, or didn't really know He was divine.

Selama bertahun-tahun, berpuluh-puluh tahun, ada sebuah tema umum yang beredar di antara para Yesuit, semacam Arianisme, bahwa ketika Yesus ada di bumi, berjalan-jalan selama hari-hari di Galilea, Dia sebenarnya tidak ilahi, atau tidak benar-benar tahu bahwa Dia adalah ilahi.

Proposisi kedua itu benar-benar bodoh karena bagaimana mungkin Tuhan, yang adalah Makhluk yang Mahatahu, bisa tidak tahu bahwa Diri-Nya adalah Tuhan?

Namun demikian, ini adalah urusan Yesuit yang hampir selalu didengungkan oleh orang-orang seperti James Martin, yang mengatakan hal-hal seperti Yesus belajar misi-Nya dari wanita Syrophoenician - sungguh?

Yah, saya kira umat manusia lainnya harus berterima kasih karena telah membawa kesadaran Yesus bahwa Dia perlu menebus kita. Hah !

Tetapi jangan lupa bahwa inilah tepatnya pahlawan dari uskup Barron, Hans Urs von Balthasar, percaya, bahwa Pribadi Kedua dari Tritunggal Kudus ‘mendepositokan’ keilahian-Nya – ini adalah istilah yang digunakannya - sebelum inkarnasi.

Dia memiliki ‘semacam akses’ kepada keilahian-Nya ketika Dia berdoa kepada Bapa, tetapi Dia sendiri di bumi, tidak, tidak ilahi.

Sekarang, ketika Anda memiliki latar belakang kepercayaan seperti itu, pengingkaran selama beberapa dekade dari para Jesuit, atau setidaknya memalsukan keilahian Yesus ketika berada di bumi, atau klaim gila dari von Balthasar bahwa Yesus ‘mendepositokan,’ atau apa pun istilahnya, keilahian-Nya, sebelum inkarnasi, dan Anda kembali membaca wawancara Francis yang ditulis Scalfari, itu mulai menjadi sedikit tidak pasti karena apa yang dikatakan Scalfari tentang perkataan Francis adalah persis seperti yang dikatakannya kepada semua orang.

Bahwa Yesus tidak ilahi ketika Dia berjalan di bumi – Dia hanyalah seorang pria yang baik, penuh kebajikan, bla bla bla…, tetapi Dia bukanlah Tuhan.

Ada kesinambungan yang sangat mengganggu di sini antara apa yang telah menjadi teologi yang diterima di antara banyak Jesuit - dan Paus Francis adalah seorang Jesuit – dengan apa yang dikatakan Scalfari tentang apa yang paus katakan kepadanya.

Dan ada pertanyaan menjengkelkan, mengganggu, mengomel, di benak Anda tentang yang satu ini: Bagaimana mungkin Paus mengatakan Yesus itu ilahi dan Scalfari memelesetkan ‘Paus mengatakan bahwa Yesus tidak ilahi?

Aneh. Sangat aneh.

Dan Vatikan tidak memberi kejelasan.

No comments:

Post a Comment